Sarcoptes scabiei merupakan salah satu jenis tungau yang banyak ditemukan di Indonesia, terutama di wilayah padat penduduk. Binatang ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit kudis atau scabies, yang ditandai dengan gejala berupa ruam kemerahan yang terasa gatal di kulit.  

Sarcoptes scabiei membutuhkan inang atau organisme lain untuk hidup dan berkembang biak. Nah, organisme yang menjadi tempat Sarcoptes scabiei untuk hidup dan berkembang biak adalah manusia dan hewan.

Sarcoptes scabiei, Tungau Penyebab Penyakit Kudis - Alodokter

Untuk menginfeksi tubuh manusia, Sarcoptes scabiei biasanya akan menggali kulit manusia dan membuat terowongan di bawah kulit. Nah, terowongan inilah yang akan menjadi tempat Sarcoptes scabiei untuk makan dan bertelur.

Ragam Fakta tentang Sarcoptes scabiei

Ada beberapa fakta seputar Sarcoptes scabiei yang perlu kamu ketahui nih, yaitu:

1. Berukuran sangat kecil

Seperti jenis tungau lainnya, Sarcoptes scabiei juga memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, nih. Tergantung jenis kelaminnya, Sarcoptes scabiei betina dan jantan dewasa memiliki ukuran yang berbeda-beda. 

Sarcoptes scabiei betina dewasa biasanya memiliki panjang sekitar 0,33–0,45 mm dan lebar 0,25–0,35 mm. Sementara Sarcoptes scabiei jantan dewasa biasanya memiliki ukuran lebih kecil daripada Sarcoptes scabiei betina, yaitu panjang sekitar 0,2–0,24 mm dan lebar 0,15–0,2 mm.

2. Tubuhnya berbentuk bulat dan memiliki 8 kaki

Jika dilihat dengan bantuan mikroskop, Sarcoptes scabiei mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang cenderung lebih bulat dari jenis tungau lainnya. Selain itu, binatang ini juga memiliki 8 kaki dan tubuhnya memiliki warna dasar putih atau putih krem dengan kaki dan mulut berwarna cokelat.

3. Dapat berkembang biak di kulit hewan mamalia

Tidak hanya dapat berkembang biak di kulit manusia, Sarcoptes scabiei juga dapat berkembang biak di kulit hewan mamalia. Beberapa hewan mamalia yang sering menjadi inang Sarcoptes scabiei adalah kucing, anjing, kelinci, babi, kambing, domba, kuda, dan rubah. 

4. Bertahan hidup dengan makan cairan tubuh inang

Makanan utama Sarcoptes scabiei adalah plasma, yaitu cairan berwarna kekuningan dalam darah manusia atau hewan peliharaan. Meski begitu, Sarcoptes scabiei juga terkadang makan cairan getah bening yang berasal dari tubuh manusia atau hewan peliharaan untuk bertahan hidup.

5. Dapat hidup di luar tubuh inang

Sarcoptes scabiei memang membutuhkan sel inang untuk bertahan hidup. Namun, binatang kecil ini juga dapat hidup di luar tubuh inang atau lingkungan yang memiliki suhu kurang dari 21℃, dengan kelembapan lebih dari 40%.

Nah, lokasi yang biasanya menjadi tempat Sarcoptes scabiei untuk bertahan hidup adalah kasur, seprai, bantal, selimut, pakaian, handuk, sofa, karpet, dan peralatan rumah tangga lainnya.

6. Dapat hidup di tubuh inang selama 2 bulan

Saat berada di dalam tubuh inang, Sarcoptes scabiei dapat bertahan hidup selama 1–2 bulan. Namun, di luar inangnya, Sarcoptes scabiei umumnya hanya dapat bertahan hidup selama 2–3 hari atau bahkan lebih singkat, tergantung suhu dan kelembapan lingkungan sekitar.

Cara Membasmi Sarcoptes scabiei

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Sarcoptes scabiei bisa hidup di luar tubuh manusia dan hewan mamalia yang menjadi inangnya. Nah, untuk mengurangi jumlahnya, ada beberapa cara membasmi Sarcoptes scabiei yang bisa kamu lakukan, antara lain:

  • Cuci sprei, sarung bantal dan guling, pakaian, serta handuk menggunakan sabun dan air panas, kemudian keringkan menggunakan pengering dengan suhu tinggi. 
  • Bersihkan lantai, kasur, karpet, sofa, dan perabotan rumah tangga lain dengan alat penyedot debu secara rutin.
  • Bungkus barang yang berpotensi terpapar Sarcoptes scabiei tetapi tidak bisa dicuci dengan plastik, kemudian letakkan di tempat yang jauh dari jangkauan.
  • Jika memungkinkan, gunakan sarung tangan saat membersihkan rumah.

Itulah beberapa fakta seputar Sarcoptes scabiei yang perlu kamu ketahui. Nah, guna mengurangi paparan dan memutus daur hidup Sarcoptes scabiei, jagalah kebersihan lingkungan rumah dan hindari kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita kudis

Jika kamu merasakan gejala gigitan Sarcoptes scabiei, seperti gatal di kulit yang makin parah pada malam hari, bintil-bintil kecil di kulit, ruam kemerahan, dan kulit bersisik atau berkerak, periksakanlah diri ke dokter kulit melalui chat online untuk mendapatkan penanganan yang tepat.