Apatis adalah sikap tidak peduli terhadap hal yang terjadi di sekitar, termasuk masalah pribadi maupun orang lain. Ciri-ciri apatis bisa berupa kurang semangat hingga kehilangan minat pada hal-hal yang dahulu disukai. Jika dibiarkan, apatis bisa menurunkan kualitas hidup dan mengganggu hubungan dengan orang lain.

Apatis merupakan kondisi yang umum dialami hampir setiap orang. Hal ini masih dianggap normal bila hanya terjadi sesekali atau muncul pada situasi tertentu.

Apatis: Ciri-Ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasinya - Alodokter

Namun, sikap apatis yang berlangsung lama dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari perlu diperiksakan ke psikolog atau psikiater. Pasalnya, apatis yang menetap bisa menjadi gejala gangguan mental maupun penyakit yang memengaruhi fungsi otak.

Ciri-Ciri Apatis

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beragam ciri-ciri sikap apatis, di antaranya:

  • Kurang bersemangat untuk melakukan sesuatu
  • Tidak termotivasi untuk menggapai tujuan
  • Tidak merasakan emosi apa pun saat hal baik atau hal buruk terjadi
  • Tidak acuh dengan perasaan orang di sekitarnya
  • Tidak tertarik lagi dengan hal-hal yang tadinya disukai
  • Kurang tertarik dengan acara atau aktivitas sosial
  • Tidak memiliki keinginan untuk mempelajari hal-hal baru
  • Tidak tertarik untuk mencari pengalaman dan bertemu orang baru
  • Tidak peduli dengan masalah yang sedang menimpa diri sendiri

Penyebab Apatis

Apatis bisa muncul karena berbagai hal, baik yang berkaitan dengan kondisi psikologis, lingkungan, maupun medis. Berikut beberapa penyebab yang umum:

Kurang aktivitas yang bervariasi

Rutinitas yang monoton atau jarang mencoba hal baru bisa membuat seseorang cepat bosan. Jika berlangsung lama, kondisi ini dapat menurunkan motivasi dan memicu sikap apatis.

Kurangnya dukungan sosial

Perasaan terabaikan, tidak diterima, atau terasing dari lingkungan dapat mengurangi semangat hidup. Hal ini kemudian bisa membuat seseorang tampak acuh tak acuh.

Stres berat atau tekanan emosional

Kehilangan orang terdekat, masalah keluarga, atau kesulitan ekonomi yang berlangsung lama dapat menguras energi mental. Pada akhirnya, kondisi ini bisa menimbulkan sikap apatis.

Efek samping penggunaan obat-obat tertentu

Beberapa jenis obat, seperti obat penenang, antipsikotik, atau obat untuk penyakit saraf, dapat memengaruhi cara seseorang merasakan dan mengekspresikan emosi. Akibatnya, penderita bisa terlihat tidak peduli atau apatis.

Penyakit yang menyerang fungsi otak

Kondisi medis, seperti demensia, stroke, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, atau penyakit Alzheimer dapat mengganggu fungsi otak. Perubahan pada otak ini bisa membuat penderitanya bersikap apatis.

Gangguan mental

Depresi, gangguan kecemasan, atau skizofrenia sering membuat penderitanya kehilangan minat, merasa putus asa, dan sulit bersemangat menjalani hidup. Kondisi tersebut dapat berujung pada munculnya sikap apatis.

Cara Mengatasi Apatis

Awalnya, pemilik sikap apatis mungkin tidak akan merasa dirinya bermasalah. Namun, orang-orang di sekitarnya akan terdampak oleh sikapnya ini, terutama jika sikap apatis yang dimiliki orang tersebut cenderung parah dan disebabkan oleh penyakit.

Untuk memastikan apatis disebabkan oleh kondisi medis atau tidak, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan menanyakan gejala ke pasien maupun keluarga, menelusuri riwayat kesehatan, serta melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan guna menentukan penanganan yang tepat.

Beberapa metode perawatan yang direkomendasikan untuk mengatasi apatis meliputi:

1. Obat-obatan

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa apatis muncul karena penyakit tertentu, dokter akan meresepkan obat sesuai dengan penyakit yang diderita. Misalnya, pada penderita penyakit Parkinson, dokter akan meresepkan obat stimulan dopamin. Sementara pada penderita depresi, dokter akan meresepkan obat antidepresan.

2. Psikoterapi

Jika apatis dipicu oleh depresi atau gangguan kecemasan, dokter juga akan merekomendasikan psikoterapi. Salah satu jenis psikoterapi yang sering digunakan adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku negatif menjadi positif.

3. Perubahan gaya hidup

Meski tidak mudah, penderita apatis harus berusaha mengubah gaya atau pola hidupnya. Ia juga disarankan untuk bersosialisasi kembali dengan orang-orang terdekat, meski keinginan untuk bersosialisasi tidak ada.

Selain itu, melakukan kembali hal-hal yang dulu disukai juga bisa menghilangkan sikap apatis. Hal ini karena dengan menjalani berbagai macam aktivitas yang menyenangkan, bisa membangkitkan kembali semangat yang hilang.

Meski terkesan sepele, tanda-tanda apatis tidak boleh diabaikan, terutama bila menetap serta mengganggu aktivitas dan lingkungannya. Oleh karena itu, jika Anda, keluarga, atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala apatis, segeralah berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.

Untuk mendapatkan respons yang cepat, Anda bisa melakukan konsultasi secara online di fitur Chat Bersama Dokter. Bila perlu, gunakan layanan janji temu dengan dokter di aplikasi ALODOKTER untuk pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit.