Threesome merupakan aktivitas seksual yang melibatkan 3 orang. Variasi dalam hubungan seksual ini dianggap bisa membuat kegiatan bercinta menjadi makin bergairah dan tidak membosankan. Meski begitu, threesome juga memiliki berbagai risiko kesehatan, baik fisik maupun mental, jika dilakukan dengan tidak aman.

Pandangan setiap orang terhadap threesome bisa berbeda-beda. Beberapa orang menganggap bahwa threesome adalah bentuk eksplorasi seksual yang menarik dan menantang. Beberapa orang lagi melakukannya hanya untuk memuaskan fantasi seksual.

Threesome, Pahami Risiko Kesehatan dan Hal yang Perlu Diperhatikan - Alodokter

Namun, tidak sedikit juga yang berpendapat jika berhubungan seksual dengan lebih dari 1 orang bukanlah hal yang lumrah. Apa pun alasannya, threesome sebaiknya dilakukan atas kesepakatan bersama agar semua pihak merasa nyaman.

Nah, dalam kacamata medis, melakukan threesome bisa saja berisiko menimbulkan penyakit. Risiko terkena penyakit akan meningkat bila threesome dilakukan tanpa pengaman, dengan pasangan yang tidak diketahui riwayat kesehatan seksualnya, dan dengan berganti-ganti pasangan.

Risiko Threesome yang Penting Diketahui

Karena dilakukan dengan 3 orang, pikirkanlah secara matang dan pertimbangkan risikonya sebelum melakukan threesome. Berikut ini adalah berbagai risiko threesome yang mungkin terjadi:

1. Penyakit menular seksual

Aktivitas seksual yang melibatkan banyak orang, termasuk threesome, meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual, seperti HIV, hepatitis B, herpes genital, HPV, gonore, atau sifilis. Makin sering seseorang melakukan hubungan seksual dengan orang yang berbeda-beda, makin besar pula risiko penularan infeksi tersebut.

Berbagai bakteri, virus, dan parasit penyebab penyakit menular seksual dapat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui darah, air mani, air liur, atau cairan vagina. Penularan kuman penyebab penyakit menular seksual ini bisa terjadi melalui hubungan seks vaginal, oral, atau anal tanpa kondom.

2. Masalah dalam hubungan dengan pasangan

Dilihat dari sisi emosional, threesome juga dapat memicu permasalahan dalam hubungan. Saat melakukan aktivitas seksual ini, tidak menutup kemungkinan salah satu pihak merasa cemburu atau terbawa perasaan kepada pihak lain. 

Walau dengan menetapkan batasan, melakukan aktivitas seksual dengan jumlah orang bertiga tetap berpotensi besar menyebabkan perselisihan. Hubungan seks seperti ini bahkan tidak jarang membuat seseorang meninggalkan pasangan resminya karena justru merasa lebih cocok dengan partner threesome lainnya. 

3. Gangguan kesehatan mental

Threesome bisa berakar dari perilaku hiperseks, yaitu kondisi ketika seseorang memiliki hasrat seksual yang tinggi. Orang dengan hiperseks cenderung memiliki banyak fantasi seksual dan sering berhubungan intim untuk memuaskan hasratnya. Jika tidak terkontrol, hiperseks juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kecanduan seks

Meski tahu risikonya, orang dengan hiperseks tetap akan melakukannya dan tidak pernah merasa puas. Nah, kesulitan dalam mengontrol hasrat dan fantasi seksual ini bisa menjadi pemicu perilaku penyimpangan seks, bahkan mengarah pada tindakan pelecehan atau kekerasan seksual.

Selain bisa meningkatkan risiko penyakit menular seksual, penyimpangan seksual ini juga bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental, seperti depresi, gangguan cemas, perasaan bersalah, dan masalah dalam hubungan asmara dengan pasangan.

4. Rentan terhadap pelecehan seksual

Pihak yang melakukan threesome juga rentan mengalami atau mungkin melakukan pelecehan seksual. Pasalnya, threesome melibatkan 3 orang sekaligus. Nah, hal ini sangat memungkinkan salah satu pihak untuk melakukan tindakan seksual yang tidak disetujui oleh pihak lain.

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Threesome

Mengingat berbagai risiko yang bisa dialami dalam ketika melakukan hubungan seksual bertiga, sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut ini:

  • Pastikan semua pihak yang terlibat dalam threesome setuju dengan calon pasangan hubungan seksual agar saling nyaman.
  • Saling terbuka mengenai riwayat seksual dan penyakit menular seksual dari masing-masing pihak.
  • Gunakan alat kontrasepsi yang bisa melindungi semua pihak dari penyakit menular seksual, seperti kondom.
  • Tetapkan aturan serta batasan dalam melakukan threesome dan pastikan semua pihak menyetujuinya, misalnya tidak boleh penetrasi, tidak boleh berciuman, atau apa yang harus dilakukan bila ada pihak yang merasa dikucilkan.
  • Sepakati mengenai posisi seks yang akan dilakukan agar semua pihak menyukainya.
  • Terbukalah mengenai fantasi atau preferensi seksual dan hal yang tidak disukai oleh masing-masing pihak dalam melakukan threesome.
  • Bila ada salah satu pihak yang tidak ingin ikut serta lagi, jangan memaksanya untuk melakukan threesome di kemudian hari.
  • Setiap pihak yang terlibat threesome memiliki hak untuk berhenti kapan saja. Setuju untuk melakukan threesome sekali tidak berarti bahwa ia wajib melakukannya lagi.

Selain itu, penting juga bagi pihak yang menjalani threesome untuk menentukan batasan dalam hubungan dengan pasangan ketiga. Jika terdapat ketertarikan atau getaran asmara antara salah satu pasangan dengan pihak ketiga, sebaiknya bicarakan baik-baik dan tetapkan komitmen yang jelas.

Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan yang membuat semua pihak yang terlibat merasa senang dan aman. Pada intinya, melakukan jenis aktivitas seksual apapun, termasuk threesome, harus bersifat konsensual. Artinya, masing-masing pihak yang terlibat menyetujui dan sepakat untuk melakukannya tanpa paksaan dari pihak mana pun. 

Jika Anda susah membendung keinginan untuk melakukan threesome, bahkan sampai memiliki dorongan atau sudah memaksa orang lain dan sering ganti pasangan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut guna mengendalikan hasrat seksual tersebut. Konsultasi ini bisa dilakukan tanpa tatap muka melalui chat dan kerahasiaan Anda pun terjamin.

Selain itu, jika ada salah satu pihak yang melakukan threesome menunjukkan tanda-tanda penyakit menular seksual, semua pihak wajib berhenti berhubungan seksual dengan siapa pun dan memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan langkah penanganan yang paling sesuai.