Penting bagi orang tua untuk mempersiapkan anak sebelum mereka kembali ke sekolah usai libur panjang. Selain memastikan anak sudah siap secara fisik dan mental, orang tua juga perlu memerhatikan perlengkapan sekolah mereka agar proses belajar berjalan lancar.

Musim liburan sudah usai, dan kini saatnya anak kembali bersekolah. Setelah libur panjang, akhirnya anak dan orang tua dihadapkan kembali pada rutinitas. Menjelang hari pertama anak kembali bersekolah, tidak sedikit orang tua yang merasa cemas.

Tips Mempersiapkan Anak Kembali ke Sekolah setelah Libur Panjang - Alodokter

Tips Mempersiapkan Anak Kembali Sekolah agar Tetap Semangat Belajar

Jangan khawatir. Berikut ini ada beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk menyiapkan Si Kecil menyambut hari pertama sekolah dengan penuh semangat:

1. Tanyakan perasaan Si Kecil mengenai kembali bersekolah

Sebagian besar anak mungkin merasa senang, bersemangat, dan antusias saat akan kembali bersekolah. Namun, tidak semua anak merasakan hal yang serupa. Anda perlu menanyakan bagaimana perasaan Si Kecil dan apakah ada alasan tertentu yang membuat ia cemas atau malas sekolah.

Jika Si Kecil merasa cemas, bisa jadi ada hal-hal serius yang menjadi penyebabnya, seperti khawatir tidak bisa mengikuti pelajaran atau mengalami perundungan di sekolah.

Sampaikanlah kepada Si Kecil bahwa perasaan cemas adalah hal yang normal, dan yakinkan dia bahwa Anda akan selalu ada untuk mendampinginya menyelesaikan berbagai masalah di sekolah.

Semangat dan dukungan positif dari orang tua akan menjadi bekal yang membuat anak percaya diri menyambut hari-hari bersekolah.

2. Siapkan buku dan peralatan sekolahnya

Membantu Si Kecil memilih peralatan sekolah, seperti buku, alat tulis, tas, dan peralatan makan siangnya, bisa menjadi salah satu penyemangat sebelum ia kembali bersekolah.

Menyiapkan dan mendampingi Si Kecil untuk mulai membaca buku pelajaran baru juga dapat membantunya mendapatkan gambaran mengenai hal-hal baru apa saja yang akan ia pelajari selama satu semester ke depan.

Selain itu, Anda pun dapat mengetahui bidang apa yang diminati Si Kecil, dengan memerhatikan responsnya terhadap pelajaran baru.

3. Siapkan seragam yang pas dan nyaman dipakai

Seiring bertambahnya usia anak, seragam sekolah yang sebelumnya pas bisa saja sudah tidak muat lagi sekarang. Oleh karena itu, beberapa waktu sebelum sekolah kembali dimulai, mintalah Si Kecil untuk mencoba seragam lamanya, lalu tanyakan apakah seragam tersebut masih nyaman dipakai atau tidak.

Jika sudah tidak muat, belikanlah Si Kecil seragam baru dengan ukuran yang lebih pas. Sebaiknya pilih seragam dari bahan yang menyerap keringat, seperti katun, agar Si Kecil terhindar dari iritasi kulit dan biang keringat.

4. Biasakan Si Kecil untuk bangun pagi

Selama liburan, orang tua mungkin mengizinkan anak untuk tidur larut malam dan bangun lebih siang. Kebiasaan bangun pagi sebaiknya mulai diterapkan kembali, setidaknya satu minggu sebelum Si Kecil kembali bersekolah.

Hal ini penting dilakukan supaya Si Kecil tidak kewalahan saat berusaha bangun pagi di hari-hari pertamanya kembali ke sekolah. Anda bisa mendisiplinkan Si Kecil dengan membangunkannya di jam yang sama setiap hari.

Bangun lebih awal juga akan memberikan anak lebih banyak waktu untuk menyiapkan diri dan perlengkapan sekolahnya, sarapan, atau bahkan berolahraga ringan sebelum berangkat sekolah.

5. Kurangi waktu menonton dan bermain game

Selama libur, banyak orang tua yang memperbolehkan anak untuk bermain gadget atau menonton acara televisi kesukaan mereka sepanjang hari. Padahal, hal tersebut berisiko membuat anak mudah jenuh dan lelah ketika kembali bersekolah, karena panjangnya jam pelajaran. Selain itu, memainkan gawai dan menonton terlalu sering dapat mengurangi kualitas tidur anak, karena mereka menjadi lebih sulit tidur.

Mengurangi waktu Si Kecil untuk bermain dan menonton dapat membantunya mempersiapkan diri agar tidak mudah jenuh di sekolah. Beberapa dokter anak menyarankan agar orang tua memberikan batas waktu bermain gadget maksimal 2 jam setiap hari.

6. Lakukan pemeriksaan kesehatan

Pastikan Si Kecil sudah mendapat imunisasi yang dia butuhkan sesuai dengan usianya. Selain itu, Anda juga dapat memeriksakan Si Kecil ke dokter sebelum mulai bersekolah, terutama jika memiliki masalah kesehatan kronis, seperti asma.

7. Jaga daya tahan tubuhnya

Jam sekolah yang panjang, lingkungan sekolah yang tidak selalu bersih, serta jajanan yang tidak higienis dapat membuat anak rentan terserang penyakit. Orang tua dapat menjaga daya tahan tubuh anak dengan memberikan mereka makanan sehat, seperti sayur dan buah yang kaya antioksidan, serta makanan berprotein tinggi.

Selain itu, orang tua juga dapat mencontohkan cara mencuci tangan yang benar kepada anak, dan sebisa mungkin menjauhkan mereka dari asap rokok, agar tidak mudah sakit.

8. Dampingi Si Kecil dalam memilih kegiatan di luar waktu sekolah

Selain kemampuan akademis, bakat anak dalam bidang lain, seperti seni, olahraga, bahasa, atau berorganisasi, juga perlu dipupuk sejak usia sekolah.

Umumnya, sekolah memiliki berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti anak setelah jam belajar usai atau di akhir pekan. Orang tua bisa mendampingi anak dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat mereka. Selain itu, orang tua juga bisa mendaftarkan anak ke kursus atau kelas informal di luar sekolah formal.

Namun, perlu diingat bahwa pemilihan kegiatan ekstrakurikuler atau kursus sebaiknya berdasarkan pilihan anak sendiri agar ia tidak merasa terpaksa saat mengikutinya.

Tidak hanya di sekolah, semangat Si Kecil untuk belajar juga perlu dibina ketika ia berada di rumah. Sepulang sekolah, Anda bisa membantu Si Kecil menyelesaikan pekerjaan rumah dan prakaryanya, mendengarkan cerita kesehariannya di sekolah, dan menanyakan pelajaran apa saja yang membuatnya tertarik.

Jika Si Kecil kesulitan mengikuti pelajaran, tampak cemas atau sangat gelisah untuk pergi ke sekolah, atau memiliki masalah dengan teman sekolahnya, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan guru pembimbing. Bila perlu, Si Kecil juga bisa diajak untuk mengikuti konseling dengan psikolog.

Ditulis oleh:

dr. Alya Hananti