Vagina basah adalah hal normal yang dialami semua perempuan, terutama sebelum menstruasi atau saat ada rangsangan seksual. Namun, pada kondisi tertentu, vagina basah juga dapat menjadi tanda adanya gangguan di vagina, misalnya infeksi.

Pada kondisi normal, vagina mengeluarkan cairan yang berfungsi untuk menjaga kebersihan dan kelembapannya. Cairan vagina yang normal biasanya berwarna bening atau putih dan tidak berbau menyengat. Konsistensi, volume, dan warna cairannya bisa berubah seiring waktu.

Vagina Basah - Alodokter

Namun, vagina basah juga dapat terjadi akibat infeksi pada vagina. Umumnya, cairan vagina akibat infeksi berjumlah lebih banyak dan berwarna kekuningan, kehijauan, atau keruh. Selain itu, vagina basah akibat infeksi juga akan disertai dengan gejala lain yang mengganggu, seperti vagina bau atau gatal.

Penyebab Vagina Basah

Vagina basah bisa disebabkan oleh kondisi normal maupun tidak normal. Berikut penjelasan mengenai penyebab vagina basah:

Normal

Vagina sehat memiliki pelembap alami berupa lendir yang dikeluarkan dari dinding vagina maupun leher rahim (serviks). Selain itu, vagina juga dapat mengeluarkan keringat yang dapat melembapkannya.

Ada beberapa kondisi yang dapat membuat vagina basah akibat lendir atau keringat yang berlebih tetapi masih tergolong normal. Kondisi normal yang bisa menyebabkan vagina basah antara lain:

  • Rangsangan seksual
  • Masa ovulasi, kira-kira 14 hari sebelum menstruasi
  • Kehamilan
  • Stres
  • Penggunaan obat-obatan hormonal atau pil KB
  • Olahraga yang menyebabkan banyak keringat

Tidak normal

Vagina basah juga bisa disebabkan oleh infeksi, termasuk infeksi menular seksual. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan vagina basah adalah:

Faktor risiko vagina basah tidak normal

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya vagina basah akibat infeksi adalah:

  • Aktif secara seksual
  • Berhubungan seksual tanpa kondom
  • Pernah mengalami penyakit menular seksual
  • Sering berganti pasangan seksual
  • Sering mencuci bagian dalam vagina (gurah)
  • Menderita diabetes, terutama jika tidak menjalani pengobatan secara teratur
  • Memiliki gangguan sistem imun
  • Menggunakan produk vagina yang berbahan keras
  • Mengalami kecanduan alkohol
  • Merokok

Gejala Vagina Basah

Gejala vagina basah yang normal dan tidak normal bisa berbeda. Berikut adalah penjelasannya:

Normal

Vagina basah yang termasuk normal memiliki tanda sebagai berikut:

  • Tidak berbau
  • Cairan vagina berwarna putih, bening, atau sedikit kekuningan
  • Cairan vagina bening dan licin seperti putih telur
  • Cairan vagina berwarna putih dan seperti yoghurt
  • Konsistensi cairan vagina cair dan bening

Tidak normal

Beberapa gejala vagina basah akibat cairan vagina yang tidak normal atau keputihan cair adalah:

  • Cairan vagina berbau tidak sedap atau amis
  • Cairan vagina berwarna putih kental dan padat
  • Cairan vagina berwarna putih kekuningan, kuning terang, hijau, atau keabu-abuan
  • Cairan vagina yang berbusa atau sangat encer
  • Terdapat gejala lain, seperti vagina gatal atau nyeri panggul

Kapan harus ke dokter

Vagina basah merupakan cara alami tubuh dalam menjaga kesehatan vagina. Anda tidak perlu khawatir jika mengalaminya sewaktu-waktu karena itu adalah hal normal. Namun, pada kondisi tertentu, vagina basah dapat menjadi gejala adanya gangguan pada vagina.

Segera temui dokter terutama bila gejala vagina basah yang dialami disertai dengan hal-hal berikut:

  • Perubahan tiba-tiba yang mengganggu pada warna, bau, dan konsistensi cairan vagina
  • Lecet atau luka pada vagina atau vulva
  • Gatal, kemerahan, atau bengkak di area vagina
  • Rasa terbakar ketika buang air kecil, atau gejala gangguan saluran kemih lainnya

Diagnosis Vagina Basah

Untuk mendiagnosis vagina basah yang tidak normal, dokter dapat menanyakan beberapa hal berikut kepada pasien:

  • Gejala yang dialami
  • Aktivitas seksual
  • Riwayat penyakit yang pernah dialami
  • Pengobatan yang sedang dijalani

Setelah itu, dokter dapat melakukan beberapa tes untuk memastikan penyebab vagina basah yang tidak normal. Beberapa tes yang mungkin dilakukan adalah:

  • Pemeriksaan panggul, untuk melihat kondisi vagina
  • Pemeriksaan swab cairan vagina
  • Tes urine, untuk mendeteksi infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual
  • Tes kehamilan, jika pasien mungkin hamil

Penanganan Vagina Basah

Vagina basah yang terjadi akibat kondisi normal tidak perlu penanganan serius. Meski begitu, kebersihan vagina tetap perlu dijaga ketika vagina basah. Hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga vagina tetap bersih dan sehat antara lain:

  • Bersihkan lendir atau cairan dari vagina dan bibir vagina setiap kali buang air kecil.
  • Pastikan vagina bersih dan sudah kering sebelum memakai pakaian dalam.
  • Gunakan pakaian dalam yang berbahan katun dan tidak gampang lembap.
  • Ganti pakaian dalam setiap kali pakaian dalam mulai lembap dan basah.
  • Gunakan panty liner dan ganti setidaknya tiap 4 jam.
  • Hindari menggunakan bawahan atau dalaman yang ketat.

Sementara itu, vagina basah yang disebabkan oleh infeksi dapat diatasi dengan dengan pemberian obat-obatan, misalnya:

  • Antijamur, seperti miconazole atau fluconazole, untuk mengatasi infeksi jamur
  • Antibiotik, contohnya metronidazole atau clindamycin, untuk mengatasi infeksi bakteri atau parasit

Komplikasi Vagina Basah

Vagina basah akibat infeksi dapat menimbulkan komplikasi berupa radang panggul. Jika tidak ditangani, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri panggul kronis, kemandulan, dan kehamilan ektopik.

Ibu hamil yang mengalami vagina basah akibat infeksi juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur.

Pencegahan Vagina Basah

Vagina basah merupakan hal yang normal terjadi pada wanita. Tidak ada hal yang perlu dilakukan untuk mencegahnya. Namun, ada upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya vagina basah akibat infeksi, misalnya:

  • Membersihkan area kelamin dengan urutan bibir vagina dan vagina terlebih dahulu, baru kemudian anus, baik setelah buang air kecil maupun buang air besar
  • Menghindari penggunaan celana yang terlalu ketat dalam waktu lama
  • Menggunakan pakaian dalam berbahan katun
  • Mandi setiap hari dan mengeringkan vagina setelahnya
  • Menjauhi penggunaan pembersih atau pengharum vagina
  • Menghindari penggunaan tisu toilet dengan pewangi tambahan
  • Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
  • Mendapatkan vaksin HPV
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol
  • Berhenti merokok