Bali belly adalah beragam gejala akibat gangguan pencernaan yang sering dialami oleh turis yang sedang liburan di Pulau Bali. Salah satu gejala yang paling sering dikeluhkan adalah diare.

Sebenarnya, istilah Bali Belly ini merujuk pada traveler’s diarrhea yang paling sering disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman di daerah yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit.

Waspadai Bali Belly, Gangguan Pencernaan yang Sering Menyerang Turis - Alodokter

Saat berwisata ke Bali, tentu tidak lengkap jika tidak belum mencicipi kuliner khasnya. Namun, karena banyak hidangan yang belum pernah kamu konsumsi sebelumnya, pencernaanmu perlu beradaptasi. Nah, bila tidak cocok dengan hidangan lokal ini, tubuhmu akan menunjukkan gejala Bali belly.

Penyebab dan Gejala Bali Belly yang Perlu Diwaspadai

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Bali Belly merupakan istilah untuk diare wisatawan (traveler’s diarrhea). Pemicunya pun hampir sama dengan diare pada umumnya, yaitu akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri seperti E. coli atau Salmonella, virus seperti Norovirus atau Rotavirus, atau parasit seperti Giardia dan Cyclospora.

Bakteri atau virus penyebab Bali belly masuk melalui makanan mentah, seafood, air minum, atau jajanan pinggir jalan yang sering dinikmati oleh turis. Kasus ini cukup sering terjadi pada turis mancanegara yang berkunjung ke Bali karena pola makan, standar pengolahan makanan, dan daya tahan tubuh yang berbeda.

Respons sistem pencernaan terhadap mikroorganisme asing yang masuk ke tubuh turis pun diduga menjadi penyebab munculnya Bali belly. Makanya, turis dari negara yang tingkat kebersihannya cukup tinggi lebih berisiko mengalami Bali belly saat berkunjung ke negara dengan tingkat kebersihan yang rendah, seperti negara-negara di benua Afrika.

Berikut ini adalah beberapa gejala Bali belly yang muncul dalam waktu 6–24 jam setelah terinfeksi bakteri atau virus dari makanan dan minuman yang terkontaminasi:

Cara Mengatasi Bali Belly

Saat mengalami Bali belly, usahakan jangan panik, ya. Soalnya, gejala dari gangguan pencernaan ini biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam 2–3 hari. Bila tidak disertai kondisi dehidrasi berat dan infeksinya berhasil dilawan oleh sistem kekebalan tubuh, kondisi Bali belly bisa mereda setelah beberapa hari.

Oleh karena itu, jika kamu mengalami diare, usahakan untuk tetap minum banyak atau konsumsilah oralit untuk mencegah tubuh mengalami dehidrasi atau kurang cairan. Selain itu, konsumsilah makanan yang baik untuk mengatasi diare, seperti pisang, nasi, saus apel, atau roti panggang.

Makanan ini mudah dicerna oleh tubuh dan bisa membantu memadatkan feses yang encer. Agar diare tak semakin parah, makanlah dalam porsi kecil tetapi sering.

Akan tetapi, jika gejalanya tak kunjung membaik setelah 7 hari, segera konsultasikan ke dokter karena bisa jadi Bali belly yang kamu alami diakibatkan oleh infeksi parasit. Apabila tidak diobati, infeksi parasit bisa menyebabkan tinja berdarah dan keluhan saluran pencernaan yang lebih serius.

Pencegahan Bali Belly saat Liburan

Liburan adalah waktu untuk beristirahat sejenak dari padatnya aktivitas sehari-hari. Makanya, kamu nggak pengin kan momen liburan jadi berantakan gara-gara Bali belly? Sebagai pencegahan, kamu bisa melakukan beberapa langkah berikut ini saat liburan dan berwisata kuliner di Bali:

  • Pastikan selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet
  • Gunakan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol untuk membersihkan tangan, bila tidak tersedia air bersih
  • Seduh teh atau kopi dengan air matang
  • Gunakan air minum untuk mencuci buah atau sayuran
  • Jika ragu dengan air minum, usahakan untuk mengonsumsi air mineral dalam kemasan yang tersegel
  • Pilihlah olahan makanan yang matang dan segera santap begitu disajikan
  • Hindari mengonsumsi makanan mentah, baik sayur, buah, ataupun seafood, yang tidak terjamin kebersihannya
  • Jangan mengonsumsi saus yang tertinggal dalam kondisi terbuka di atas meja makan restoran
  • Hindari mengonsumsi produk susu dan olahannya yang tidak dipasteurisasi

Sudah jelas ya, mengonsumsi makanan mentah dan tidak terjamin kebersihannya menjadi penyebab utama seseorang terkena Bali belly. Jika memungkinkan, selalu pilih kuliner lokal yang dimasak matang, seperti ayam betutu atau bebek timbungan. Rasanya nggak perlu diragukan karena sangat enak dan bumbunya medok.

Jika Bali belly tetap menyerang walau telah menerapkan langkah pencegahan di atas bahkan sampai menimbulkan diare lebih dari 2 hari, dehidrasi, sakit perut tak tertahankan, demam tinggi, dan tinja berdarah atau menghitam, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan.