Deteksi kanker serviks sejak dini dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan. Oleh sebab itu, dokter akan menganjurkan skrining kanker serviks sejak usia 21 tahun.

Skrining Kanker Serviks

Ada dua metode yang umum digunakan sebagai deteksi dini atau skrining kanker serviks, yaitu:

Pemeriksaan IVA

Pemeriksaan IVA (inspeksi visual asam asetat) adalah skrining kanker serviks yang mudah, cepat, dan murah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuka vagina menggunakan alat khusus yang disebut spekulum (cocor bebek).

Setelah itu, dokter akan mengoleskan larutan asam asetat dengan kadar 3–5% ke permukaan serviks. Pada pasien dengan kondisi prakanker serviks, permukaan serviks akan terlihat putih setelah diolesi oleh asam asetat. Makin tinggi stadium prakanker pada pasien, makin jelas pula warna putih di leher rahim pasien.

Pap smear

Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan spekulum. Setelah itu, dokter akan mengambil sampel sel dari leher rahim dengan mengikis jaringan serviks menggunakan sikat khusus.

Selanjutnya, sampel sel yang diambil tersebut akan diteliti di laboratorium. Melalui pap smear, keberadaan sel-sel tidak normal yang bisa berkembang menjadi kanker dapat terdeteksi.

Pemeriksaan HPV DNA

Sama seperti pap smear, dokter akan menggunakan spekulum untuk membuka vagina dan mengambil sampel sel dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium. Perbedaannya, tes HPV DNA bertujuan mendeteksi keberadaan virus HPV yang dapat memicu kanker serviks.

Wanita usia 21–29 tahun dianjurkan untuk menjalani pap smear setiap 3 tahun. Sementara itu, wanita usia 30–65 tahun disarankan untuk menjalani pap smear tiap 3 tahun atau tes HPV DNA tiap 5 tahun, atau bisa juga menjalani kedua tes tersebut secara bersamaan setiap 5 tahun.

Pada wanita usia 65 tahun ke atas, mintalah saran dokter mengenai perlu tidaknya menjalani pemeriksaan pap smear.

Diagnosis Kanker Serviks

Pada pasien yang hasil skriningnya menunjukkan dugaan kanker serviks dan pada pasien yang mengalami gejala kanker serviks, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

Biopsi jaringan serviks

Biopsi digunakan untuk melihat secara lebih detail kondisi jaringan serviks. Prosedur ini dilakukan dengan kolposkopi, yaitu penggunaan alat pembesar yang terhubung dengan monitor. Sama seperti pada skrining kanker serviks, kolposkopi dilakukan dengan membuka vagina menggunakan spekulum.

Setelah serviks terlihat jelas melalui monitor, dokter akan melakukan pengambilan jaringan serviks. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Punch biopsy, yaitu penggunaan alat tajam seperti gunting panjang untuk mengambil sebagian kecil jaringan serviks yang dicurigai sebagai lesi kanker
  • Kuret endoserviks, yaitu pengambilan sampel jaringan pada saluran sempit di antara leher rahim dan uterus dengan menggunakan sikat khusus
  • Biopsi kerucut, yaitu penggunaan alat khusus yang dapat mengambil jaringan serviks hingga ke lapisan yang lebih dalam

Setelah dipastikan terdapat kanker pada serviks pasien, dokter akan melakukan sejumlah tes lanjutan untuk mengetahui tingkat penyebaran (stadium) kanker meliputi:

  • Tes darah, untuk memeriksa kondisi organ hati, ginjal, dan sumsum tulang
  • Sistoskopi, untuk memeriksa apakah kanker telah menyebar ke uretra dan kandung kemih
  • Proktoskopi, untuk melihat kemungkinan kanker serviks menyebar ke rektum (bagian akhir dari usus besar yang terhubung ke anus)
  • Rontgen dada, untuk mengetahui kemungkinan kanker sudah menyebar ke paru-paru
  • MRI, CT scan, atau PET scan, untuk melihat ukuran tumor dan mengetahui tingkat penyebaran kanker dengan lebih jelas

Stadium Kanker Serviks

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, dokter dapat mengetahui stadium atau tingkat penyebaran kanker serviks. Makin tinggi stadium kanker, makin luas pula penyebarannya. Berikut ini adalah stadium pada kanker serviks:

Stadium 1

  • Sel kanker stadium 1 tumbuh di permukaan leher rahim, tetapi belum menyebar ke luar rahim (karsinoma in situ).
  • Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tetapi belum menyerang organ di sekitarnya.
  • Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.

Stadium 2

  • Kanker sudah menyebar ke rahim atau ke bagian atas vagina, tetapi tidak sampai ke bagian bawah vagina atau dinding panggul.
  • Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening dan jaringan otot di sekitarnya, tetapi belum ke organ lain di sekitarnya.
  • Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.

Stadium 3

  • Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina serta menekan saluran kemih dan menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal.
  • Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tetapi belum menyerang dinding panggul dan organ lain di sekitarnya.

Stadium 4

  • Kanker telah menyebar ke organ lain, seperti kandung kemih, hati, paru-paru, usus, atau tulang.