Pemeriksaan kesuburan bisa dilakukan untuk mengetahui kesehatan organ reproduksi wanita sebelum menjalani program hamil. Dengan begitu, dapat diketahui apakah ada masalah reproduksi yang menghambat terjadinya kehamilan, serta dapat ditentukan rencana program hamil yang sesuai.
Agar dapat hamil, semua organ dalam sistem reproduksi wanita harus dalam keadaan sehat. Ketika salah satu organ tidak bekerja secara optimal, dibutuhkan tes kesuburan untuk mengetahui kondisi dan gangguan yang terjadi pada masing-masing organ.
Prosedur Pemeriksaan Kesuburan Organ Reproduksi
Ada beberapa metode pemeriksaan kesuburan pada organ reproduksi wanita, di antaranya:
1. Histerosalfingografi atau HSG
Histerosalfingografi (HSG) menggunakan foto Rontgen untuk mengambil gambar bagian dalam rahim dan tuba fallopi. Sebelum prosedur ini dilakukan, terlebih dahulu akan disuntikkan cairan kontras ke dalam rahim.
Prosedur ini bertujuan untuk memastikan bahwa rahim dan tuba falopi dalam kondisi normal. Selain itu, prosedur ini juga bisa digunakan untuk mengetahui adanya masalah yang mungkin menghambat terjadinya pembuahan, seperti bentuk atau ukuran rahim yang tidak normal, atau penyumbatan pada tuba fallopi.
2. USG transvagina
Pemeriksaan kesuburan ini dilakukan dengan mengambil gambar organ reproduksi menggunakan alat USG melalui vagina. Organ yang bisa diketahui kondisinya melalui alat ini adalah rahim, tuba falopi, indung telur, leher rahim, dan vagina.
Selain untuk pemeriksaan kesuburan, tes USG transvagina juga bisa digunakan bagi wanita yang mengalami perdarahan pada vagina tanpa sebab diketahui, kehamilan ektopik, nyeri panggul, dan memeriksa posisi alat kontrasepsi dalam rahim.
Prosedur ini juga dapat membantu mendiagnosis kista, keguguran, gangguan plasenta selama kehamilan, maupun konfirmasi kehamilan pada minggu awal.
3. Histeroskopi
Histeroskopi merupakan pemeriksaan kesuburan yang dilakukan menggunakan alat berupa selang kecil dan fleksibel dengan kamera di ujungnya yang dimasukkan ke dalam rahim. Alat ini dapat digunakan untuk melihat kondisi bagian dalam dari rahim serta mengambil contoh jaringan jika dibutuhkan.
Histeroskopi juga dapat diakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya pendarahan tidak normal yang dialami rahim saat menstruasi atau setelah menopause. Histeroskopi juga bisa mendeteksi adanya fibroid, polip, atau kelainan bentuk rahim.
4. Laparoskopi
Selain ketiga prosedur di atas, pemeriksaan kesuburan lain yang bisa digunakan adalah laparoskopi. Prosedur ini dijalani dengan memasukkan kamera kecil melalui sayatan kecil yang dibuat di bagian perut.
Laparoskopi berguna untuk melihat seluruh bagian panggul sehingga bisa mengetahui apa penyebab infertilitas, seperti endometriosis, kista ovarium, atau perlengketan yang disebabkan oleh penyakit di ovarium dan tuba falopi.
Selain itu, laparoskopi juga bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit radang panggul.
5. Pemeriksaan fungsi ovulasi dan kadar hormon
Fungsi ovulasi dan kadar hormon juga harus diperiksa. Ovulasi adalah fase di dalam siklus menstruasi wanita terkait pelepasan sel telur. Pembuahan terjadi jika sel telur ini bertemu dengan sperma selama perjalanannya dari tuba falopi menuju rahim.
Ovulasi dikendalikan oleh berbagai hormon. Untuk mengetahui apakah seorang wanita berovulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut:
- Mendeteksi kadar progesteron, yaitu hormon yang mengindikasikan terjadinya ovulasi
- Pemeriksaan kadar hormon LH (luteinizing hormone) yang meningkat sesaat sebelum ovulasi
- Pemeriksaan suhu basal tubuh
- Pemeriksaan hormon tiroid
- Pemeriksaan kadar hormon FSH (Follicle-stimulating hormone)
Pemeriksaan kesuburan pada umumnya disarankan oleh dokter bagi wanita yang ingin memastikan sekaligus mengatasi penyebab dari ketidaksuburan dan gangguan organ reproduksinya. Anda bisa berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan untuk menjalani berbagai tes kesuburan di atas sesuai kondisi Anda.