Anosognosia merupakan kondisi ketika seseorang menolak atau tidak menyadari penurunan fungsi sarafnya. Hal ini bukan dampak dari sikap seseorang yang tidak peduli, tetapi akibat kerusakan otak yang memengaruhi persepsinya. Anosognosia bisa membaik bila penyebabnya ditangani.

Tidak semua orang bisa menerima kenyataan bahwa dirinya menderita penyakit berat, bahkan ada yang sampai menolak diagnosis. Namun, hal ini biasanya berkaitan dengan faktor psikologis dan termasuk dalam fase berduka, yaitu fase menyangkal.

Anosognosia, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya - Alodokter

Berbeda jika penolakan muncul karena kerusakan otak akibat penyakit yang diderita. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami kerusakan otak akibat stroke menyadari bahwa terjadi kelumpuhan pada sebagian tubuhnya, tetapi ia terus menolak bahwa dirinya lumpuh. Kondisi ini disebut juga anosognosia.

Orang dengan anosognosia mungkin tampak sangat keras kepala dan tidak mau menerima kenyataan. Namun, kondisi ini bukan termasuk respons psikologis dalam keadaan berduka, melainkan gangguan di bagian otak yang memproses persepsi.

Apa Penyebab Anosognosia?

Penyebab anosognosia belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anosognosia terjadi akibat adanya kerusakan fungsi atau struktur otak, yaitu lobus frontal.

Lobus frontal adalah bagian terbesar pada otak yang berperan penting bagi pergerakan tubuh serta mengatur emosi dan pengendalian diri. Tidak hanya itu, lobus frontal juga memiliki peran untuk menerima informasi baru.

Oleh karena itu, saat lobus frontal mengalami gangguan atau kerusakan, seseorang akan kehilangan kemampuan untuk menerima informasi baru dan memperbarui persepsinya tentang diri sendiri secara keseluruhan.

Kerusakan pada otak, terutama pada lobus frontal, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

  • Aneurisma otak
  • Tumor otak
  • Stroke
  • Cedera kepala berat
  • Epilepsi
  • Sleep apnea
  • Keracunan karbon monoksida.

Selain itu, penyakit Alzheimer, demensia, gangguan bipolar, skizofrenia, atau penyakit Huntington juga bisa menimbulkan gangguan pada lobus frontal dan memicu seseorang mengalami anosognosia.

Bagaimana Cara Mengatasi Anosognosia?

Tidak ada obat yang efektif mengatasi anosognosia. Namun, kondisi ini bisa membaik bila penyebabnya ditangani dengan tepat. Sebagai contoh, anosognosia yang dikaitkan dengan epilepsi perlu mendapatkan pengobatan dengan obat antiepilepsi.

Untuk anosognosia yang disebabkan penyakit gangguan skizofrenia, dokter akan memberikan obat antipsikotik, seperti chlorpromazine dan clozapine. Sementara itu, penderita stroke umumnya memerlukan rawat inap di rumah sakit serta mendapatkan obat-obatan medis yang dibawa pulang ke rumah dan perlu menjalani fisioterapi.

Selain penanganan medis untuk mengatasi penyakit yang mendasari anosognosia, berikut ini adalah beberapa perawatan yang juga diberikan untuk mengatasi anosognosia:

Psikoterapi

Salah satu cara untuk mengatasi anosognosia adalah dengan melakukan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT).Terapi ini akan dijalani bersama dengan terapi obat-obatan untuk membantu penderita anosognosia menyadari dan menerima penyakitnya.

Selain CBT, terapi peningkatan motivasi (MET) juga dapat menjadi salah satu cara mengatasi anosognosia. Terapi MET dapat memotivasi pasien untuk mendapatkan perawatan dan menerima kondisi penyakit yang diderita.

Pendampingan

Orang yang mengalami anosognosia sangat mungkin menolak minum obat atau menjalani terapi, karena ia memang merasa tidak sakit. Oleh karena itu, pendampingan dan dukungan dari keluarga sangat penting guna menjaga kelancaran pemulihan.

Penderita anosognosia juga sangat mungkin mengalami hambatan sosial maupun aktivitas akibat dampak dari penyakit yang diderita, misalnya sulit berjalan dengan normal, tidak mampu membedakan sendok dan garpu, dan kesulitan mengingat letak suatu barang.

Agar pendampingan berjalan dengan baik, pihak rumah sakit biasanya akan memberikan pelatihan khusus kepada keluarga maupun orang yang akan merawat pasien di rumah.

Perlu diingat bahwa anosognosia terjadi karena gangguan fungsi pada otak, bukan karena respons alamiah ketika mendengar kabar buruk. Oleh karena itu, pendampingan dan dukungan dari orang sekitarnya serta pengobatan medis sangat diperlukan.

Dengan terapi yang tepat dan dukungan dari keluarga terdekat, penderita anosognosnia dapat terus mendapatkan pengobatan dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Bila ada anggota keluarga Anda didiagnosis penyakit yang memengaruhi otak dan tampak mengalami anosognosia, segeralah konsultasi ke dokter yang merawatnya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.