Avoidant personality disorder adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan rasa takut berlebihan terhadap penolakan, kritik, atau rasa malu. Akibatnya, penderitanya cenderung menarik diri dan menghindari interaksi atau aktivitas sosial.
Gangguan kepribadian ini sering sulit dikenali karena gejalanya dapat menyerupai sifat pemalu atau gangguan kecemasan sosial. Namun, pada avoidant personality disorder, rasa takut dan rendah diri yang dialami jauh lebih intens, menetap, dan terus memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Avoidant personality disorder dapat memengaruhi pola pikir, perasaan, serta cara berinteraksi dan beraktivitas sehari-hari, sehingga berpotensi menurunkan kualitas hidup. Kondisi ini umumnya mulai muncul sejak masa remaja atau awal dewasa, dan dapat berlangsung seumur hidup bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Penyebab Avoidant Personality Disorder
Penyebab pasti avoidant personality disorder belum diketahui secara jelas. Namun, kondisi ini diduga dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, biologis, dan lingkungan.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan kepribadian ini antara lain:
- Memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan kepribadian atau gangguan kecemasan sosial
- Mengalami pola asuh yang keras, sering mendapat penolakan, ejekan, atau kritik, serta kurang mendapatkan dukungan emosional selama masa kecil
- Tumbuh dalam lingkungan sosial yang tidak suportif atau sering mengalami penolakan dan pengucilan dari orang lain
- Memiliki kepribadian dasar yang cenderung pemalu, sensitif, atau mudah cemas sejak kecil
Selain faktor-faktor di atas, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ketidakseimbangan zat kimia di otak (neurotransmitter), seperti serotonin, dapat berperan dalam munculnya gejala kecemasan dan perasaan takut berlebihan yang sering dialami penderita avoidant personality disorder.
Kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat membentuk pola pikir dan perilaku yang menetap, sehingga seseorang menjadi sangat sensitif terhadap penilaian orang lain dan terus merasa tidak layak untuk diterima dalam lingkungan sosialnya.
Gejala Avoidant Personality Disorder
Penderita avoidant personality disorder umumnya memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap penolakan, kritik, atau rasa malu. Akibatnya, mereka sering menghindari situasi sosial, terutama yang melibatkan interaksi dengan orang baru atau aktivitas yang membuat mereka menjadi pusat perhatian.
Beberapa gejala yang dapat muncul antara lain:
- Sangat sensitif terhadap kritik, penolakan, atau ketidaksetujuan dari orang lain
- Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang melibatkan banyak interaksi sosial karena takut gagal atau diejek
- Merasa canggung, tegang, atau cemas saat harus berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang baru dikenal
- Sering merasa diri tidak menarik, tidak kompeten, atau lebih rendah dibandingkan orang lain
- Enggan menjalin hubungan dekat dengan orang lain kecuali benar-benar yakin akan diterima tanpa penolakan
- Menghindari risiko atau aktivitas baru karena takut dipermalukan atau diejek jika melakukan kesalahan
- Mengalami kesulitan mengekspresikan diri, terutama dalam situasi sosial atau profesional
Gejala-gejala tersebut biasanya mulai muncul sejak masa remaja atau awal dewasa dan bersifat menetap. Bila tidak ditangani, kondisi ini dapat mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, maupun hubungan pribadi penderitanya.
Kapan Harus ke Dokter
Segera temui psikolog atau psikiater jika Anda merasa sulit berinteraksi dengan orang lain karena takut dikritik, ditolak, atau dipermalukan. Rasa takut yang berlebihan hingga membuat Anda menarik diri dari lingkungan sosial atau mengganggu pekerjaan dan hubungan pribadi sebaiknya tidak diabaikan.
Jika Anda masih ragu untuk berkonsultasi langsung, Anda bisa chat dengan psikiater atau psikolog melalui aplikasi Alodokter untuk membahas gejala yang dialami dan mendapatkan saran penanganan awal. Anda juga dapat booking jadwal psikiater atau psikolog secara online untuk menentukan jadwal konsultasi sesuai kebutuhan Anda.
Diagnosis Avoidant Personality Disorder
Diagnosis avoidant personality disorder dilakukan untuk memastikan adanya gangguan pada pola pikir, perasaan, dan perilaku yang menyebabkan penderita sulit berinteraksi sosial. Pemeriksaan ini juga bertujuan membedakan avoidant personality disorder dari gangguan mental lain yang memiliki gejala serupa, seperti gangguan kecemasan sosial.
Dokter akan memulai pemeriksaan dengan wawancara menyeluruh untuk memahami gejala dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan mental pasien dan keluarganya guna mencari kemungkinan faktor risiko.
Selama sesi wawancara, dokter atau psikolog dapat menanyakan beberapa hal berikut:
- Perasaan takut, cemas, atau rendah diri yang dialami, serta kapan gejala tersebut muncul
- Situasi sosial yang biasanya dihindari dan alasannya
- Dampak gejala terhadap pekerjaan, hubungan sosial, dan aktivitas sehari-hari
- Pengalaman masa kecil, termasuk adanya penolakan, perundungan, atau kritik berlebihan
- Riwayat penggunaan obat-obatan atau kondisi medis yang mungkin memengaruhi suasana hati
Setelah tahap wawancara, dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan, seperti:
- Tes psikologis, untuk menilai kepribadian dan tingkat keparahan gejala, serta membedakan dari gangguan lain
- Observasi perilaku, untuk menilai cara pasien berinteraksi, menanggapi pertanyaan, atau bereaksi terhadap situasi sosial
- Pemeriksaan medis, bila diperlukan, untuk menyingkirkan penyebab fisik atau efek samping obat yang dapat menimbulkan gejala serupa
Pengobatan Avoidant Personality Disorder
Pengobatan avoidant personality disorder bertujuan untuk membantu penderita mengatasi rasa takut terhadap penolakan, meningkatkan kepercayaan diri, serta memperbaiki kemampuan bersosialisasi. Penanganan umumnya dilakukan melalui terapi psikologis, dan dapat disertai penggunaan obat-obatan sesuai kondisi pasien.
Dokter atau psikolog akan menentukan jenis terapi yang sesuai berdasarkan tingkat keparahan gejala, riwayat kesehatan mental, dan kemampuan pasien dalam berinteraksi sosial.
Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Terapi perilaku kognitif (CBT), untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pikir negatif yang membuatnya merasa rendah diri atau takut berinteraksi
- Terapi psikodinamik, bertujuan menggali pengalaman masa lalu yang mungkin memengaruhi cara pandang pasien terhadap diri sendiri dan orang lain
- Terapi kelompok, dilakukan bersama penderita lain dengan tujuan meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan bersosialisasi secara bertahap
- Obat antidepresan, misalnya fluoxetine, diberikan oleh psikiater jika pasien juga mengalami depresi
- Obat antiansietas, seperti diazepam, dapat diberikan bila pasien juga mengalami gangguan kecemasan berat
Selama menjalani pengobatan, dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting untuk membantu proses pemulihan. Dengan terapi yang konsisten dan pengawasan dokter, penderita dapat belajar mengelola rasa takut, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, dan memperbaiki kualitas hidupnya.
Komplikasi Avoidant Personality Disorder
Apabila tidak ditangani dengan baik, avoidant personality disorder dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
- Depresi
- Gangguan kecemasan sosial
- Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
- Isolasi sosial dan kesulitan membangun hubungan dekat
- Rendahnya prestasi di sekolah atau pekerjaan akibat menghindari tantangan dan interaksi sosial
Pencegahan Avoidant Personality Disorder
Hingga saat ini, belum ada cara pasti untuk mencegah avoidant personality disorder. Namun, risiko kemunculan atau kekambuhan gejala dapat dikurangi dengan mengenali tanda-tanda awal dan melakukan penanganan sedini mungkin.
Langkah-langkah yang dapat membantu mencegah atau mengendalikan gangguan ini antara lain:
- Mengelola stres dengan baik, misalnya melalui olahraga teratur, meditasi, atau hobi yang menyenangkan
- Membangun hubungan sosial yang positif, dengan bergabung dalam komunitas atau lingkungan yang suportif
- Mengembangkan kepercayaan diri, melalui terapi atau kegiatan yang membantu mengenali potensi dan kelebihan diri
- Konsultasi rutin dengan psikolog atau psikiater, terutama bila memiliki riwayat gangguan kecemasan atau depresi