Body shaming adalah perilaku menjelek-jelekkan atau mengomentari penampilan fisik seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Meski sering dianggap candaan, body shaming bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental, lho. Yuk, kenali tanda-tanda dan cara menghentikannya.

Body shaming sering terjadi tanpa disadari, misalnya melalui komentar tentang bentuk tubuh, warna kulit, atau ukuran badan seseorang. Perilaku ini bisa muncul di mana saja, baik di lingkungan keluarga, pertemanan, maupun di media sosial.

Body Shaming, Kenali Tanda-Tanda Perilakunya - Alodokter

Banyak orang menganggap body shaming hanya candaan atau komentar biasa, padahal hal ini bisa menyinggung perasaan dan berpotensi menjadi tindak bullying.

Ini Tanda-tanda Body Shaming

Pernah nggak, kamu melontarkan komentar tentang tubuh seseorang? Misalnya, “Badanmu kurus banget, sakit nggak, sih?” atau “Eh, kok kulitmu gelap gitu, jarang mandi, ya?”

Meski terdengar seperti candaan, ucapan seperti itu sebenarnya sudah masuk ke dalam body shaming. Alih-alih membuat orang merasa diperhatikan, komentar semacam ini justru mungkin untuk menyakiti hati orang.

Body shaming bisa terjadi langsung maupun tidak langsung, misalnya lewat media sosial. Perilaku ini bisa dilakukan siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa, dan sering muncul dalam lingkungan pertemanan, keluarga, atau bahkan hubungan percintaan.

Sayangnya, banyak pelaku body shaming tidak sadar dengan perlakuannya sendiri. Berikut beberapa tanda seseorang melakukan body shaming:

  • Mengomentari fisik orang lain secara terus-terusan
  • Membahas atau menjelekkan bentuk tubuh untuk terlihat lucu di depan orang banyak
  • Menilai orang lain hanya dari penampilannya
  • Menghakimi keputusan orang lain terkait pilihan tubuhnya
  • Menganggap wajar atau ikut menimpali ketika ada orang mengejek atau berkomentar soal penampilan orang lain

Dampak Body Shaming bagi Korban

Body shaming bukan perilaku yang sepele. Dampak body shaming pada korban bisa sangat serius, antara lain:

  • Menurunkan rasa percaya diri
  • Menimbulkan gangguan mental, seperti depresi
  • Memicu gangguan makan, misalnya bulimia atau binge eating
  • Meningkatkan risiko obesitas
  • Meningkatkan risiko bunuh diri

Kalau kamu sadar pernah melakukan body shaming, hentikan sekarang juga dan jangan diulang. Setiap orang, apapun bentuk tubuhnya, berhak dihargai dan mendapatkan kasih sayang.

Perkataan atau tindakan body shaming yang terus-menerus dapat membuat korban merasa tidak berharga, terisolasi, bahkan mengalami perubahan perilaku yang berbahaya. Oleh karena itu, penting untuk menghentikan kebiasaan ini.

Cara Menghentikan Body Shaming 

Kalau tanpa sadar pernah melakukan body shaming, berikut beberapa cara menghentikan body shaming:

1. Sadari tidak ada manusia yang sempurna

Setiap orang pasti punya kekurangan dan kelebihan. Jangan membandingkan penampilan orang lain dengan diri sendiri, karena tidak ada tolok ukur kecantikan atau ketampanan yang mutlak.

2. Cobalah jadi pribadi yang baik

Body shaming bukanlah bentuk candaan yang lucu, justru bisa menyakiti perasaan orang lain. Biasakan berkata sopan dan membangun, bukan menghina atau menjelekkan.

3. Hindari terlalu fokus pada urusan orang lain

Daripada sibuk mengomentari penampilan orang lain, lebih baik fokus memperbaiki diri sendiri. Ingat, niat baik lewat kata-kata pedas sering kali justru memperburuk suasana hati orang lain.

4. Cari topik pembicaraan yang positif

Agar suasana tetap menyenangkan, pilih bahan obrolan yang seru dan tidak menyinggung perasaan. Hindari menjadikan tubuh atau penampilan sebagai bahan candaan.

5. Tahan ucapan yang bisa menyakiti

Sebelum berbicara, pikirkan dampaknya bagi pendengar. Jika ragu, lebih baik diam daripada melukai perasaan orang lain.

Body shaming bukan perilaku sepele. Dampak body shaming bisa serius, mulai dari menurunkan rasa percaya diri, memicu depresi, gangguan makan, hingga meningkatkan risiko obesitas atau bunuh diri.

Kalau kamu atau orang di sekitarmu mengalami dampak tersebut, jangan ragu untuk Chat Bersama Dokter agar mendapat saran dan penanganan yang tepat.