Binge eating disorder (BED) adalah penyimpangan perilaku makan, di mana penderitanya sering makan dalam jumlah yang sangat banyak dan sulit menahan dorongan untuk makan. BED berpotensi besar menimbulkan penyakit serius, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan penyakit jantung.

Binge eating disorder merupakan gangguan makan dengan ciri yang bertolak belakang dengan anoreksia. Untuk mengetahui lebih lanjut tanda-tanda, penyebab, serta cara menangani BED, mari simak penjelasan berikut.

Binge Eating Disorder: Tanda-Tanda, Penyebab, dan Penanganan - Alodokter

Tanda-Tanda Binge Eating Disorder

Seseorang yang menderita binge eating disorder biasanya sering makan dalam porsi yang sangat besar dan kesulitan untuk berhenti atau sulit menahan dorongan untuk ingin makan dalam jumlah besar. Setelah makan, ia kerap akan merasa bersalah, kesal, atau depresi akibat perilaku makannya tersebut.

Binge eating disorder atau BED pada diri seseorang dapat dikenali dari tanda-tanda berikut:

  • Cara makan yang jauh lebih cepat dari biasanya
  • Makan dalam porsi yang banyak, meski tidak merasa lapar
  • Makan banyak hingga terlalu kenyang dan membuat perut tidak nyaman
  • Menyendiri saat makan agar orang lain tidak tahu seberapa banyak makanan yang ia konsumsi
  • Pada beberapa penderita, BED dapat disertai dengan bulimia

Seseorang dikatakan memiliki BED jika gejala-gejala di atas muncul setidaknya 1 kali per minggu, dalam 3 bulan. Pada binge eating disorder ringan, episode gejala muncul sebanyak 1–3 kali per minggu. Pada BED berat, episode gejala dapat muncul sebanyak 8–13 kali per minggu. Sedangkan pada BED yang sangat parah, episode gejala dialami lebih dari 14 kali per minggu.

Jika tidak ditangani dengan tepat, binge eating disorder berpotensi besar menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan hipertensi. BED juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti kembung dan sembelit, bahkan gangguan psikologis, seperti gangguan cemas dan depresi.

Penyebab Binge Eating Disorder

Hingga kini, penyebab pasti munculnya gangguan makan binge eating disorder ini belum diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko seseorang mengalami BED, yaitu:

  • Terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan pola makan
  • Memiliki riwayat gangguan kejiwaan, seperti depresi, gangguan bipolar, dan kecanduan alkohol atau obat-obatan
  • Terjadi gangguan pada zat kimia di otak yang mengatur pola makan
  • Trauma emosional, misalnya akibat di-bully, mengalami kekerasan seksual, stres berat, atau ditinggal orang terkasih
  • Memiliki berat badan berlebih
  • Memiliki citra negatif atau ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh

Selain itu, kebiasaan makan di saat stres atau stress eating juga dapat menjadi salah satu faktor risiko untuk terjadinya gangguan makan berlebih ini. Menonton video mukbang secara berlebih juga berisiko menyebabkan seseorang mengalami BED.

Untuk memastikan diagnosis, penderita BED perlu mendapatkan pemeriksaan dari dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater), baik berupa pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan psikologis.

Jika diperlukan, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah dan urine. Setelah diagnosis binge eating disorder dipastikan, dokter akan menentukan metode penanganan sesuai dengan faktor risiko atau pencetusnya, serta tingkat keparahan BED pasien.

Cara Menangani Binge Eating Disorder

Secara umum, tujuan penanganan binge eating disorder difokuskan untuk memperbaiki perilaku makan pasien, meningkatkan rasa percaya diri pasien, membantu pasien memperoleh berat badan ideal, dan mengatasi masalah kesehatan lain yang muncul terkait BED.

Metode yang digunakan untuk menangani binge eating disorder adalah psikoterapi, konsultasi psikologi, dan pemberian obat-obatan. Berikut ini adalah penjelasannya:

Terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy/CBT)

Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien memahami apa faktor pemicu munculnya gejala BED, dan melatih pasien untuk mengalihkan dorongan untuk makan dengan kegiatan lain.

Terapi perilaku kognitif juga bermanfaat untuk membantu pasien mengendalikan emosi, mood, dan gangguan perilaku yang muncul saat episode gejala BED berlangsung.

Psikoterapi interpersonal

Tujuan dari terapi ini adalah membantu pasien meningkatkan kemampuan interpersonalnya, seperti bagaimana ia berinteraksi dengan keluarga, teman, rekan kerja, termasuk orang lain yang baru dikenal. Dengan begitu, gejala BED yang dipicu oleh masalah hubungan sosial atau komunikasi diharapkan dapat berkurang. Biasanya metode terapi ini dikombinasikan dengan terapi perilaku kognitif.

Pemberian obat-obatan

Selain psikoterapi, penanganan binge eating disorder juga dapat dilakukan dengan pemberian obat. Lisdexamfetamin dimesylate, obat antiepilepsi topiramat, dan golongan obat antidepresan adalah obat-obatan yang dapat digunakan untuk meredakan gejala binge eating disorder.

Mengontrol berat badan

Binge eating disorder sering membuat penderitanya kesulitan menjaga berat badan ideal. Membantu pasien BED untuk memperoleh berat badan ideal adalah salah satu aspek penanganan yang penting dilakukan. Target penurunan berat badan yang diharapkan adalah sekitar setengah kilogram per minggu.

Dalam prosesnya, dokter akan menentukan jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi pasien dan membantu pasien mencari cara menahan nafsu makan yang efektif. Dengan menurunnya berat badan, pasien diharapkan akan lebih percaya diri dan muncul citra positif terhadap dirinya, sehingga binge eating disorder bisa berkurang secara perlahan.

Jika Anda mengalami gejala-gejala binge eating disorder atau kesulitan menahan dorongan untuk makan berlebih, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter guna mendapatkan pemeriksaan.

Dokter akan mengevaluasi kondisi kesehatan Anda secara menyeluruh. Jika Anda terbukti menderita binge eating disorder, dokter akan memberikan penanganan sesuai kondisi Anda.