Binge eating disorder adalah gangguan makan serius yang ditandai dengan keinginan mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dan tidak bisa mengendalikan keinginan tersebut. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman dan diikuti oleh perasaan bersalah pada penderitanya.

Binge eating disorder (BED) dikategorikan sebagai salah satu gangguan kejiwaan. Hal ini karena keinginan makan secara berlebihan pada kondisi ini bukan muncul karena lapar. Gangguan makan ini diperkirakan dialami oleh 3,5 persen wanita dewasa dan 2 persen pria dewasa di seluruh dunia.

Binge Eating Disorder - Alodokter

Pada umumnya, penyakit ini dimulai pada akhir masa remaja atau awal usia 20-an. BED juga erat kaitannya dengan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti kadar kolesterol tinggi atau diabetes.

Penyebab Binge Eating Disorder

Penyebab binge eating disorder belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan gangguan pada area otak yang mengatur rasa lapar, rasa kenyang, serta kontrol diri.

Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya binge eating disorder, yaitu:

  • Faktor genetik, yang membuat penderita BED lebih sensitif terhadap dopamin di otak
  • Riwayat gangguan makan pada keluarga
  • Kondisi psikologis lain, seperti depresi, kecemasan, post-traumatic stress disorder (PTSD), atau ADHD
  • Masalah pada pola diet, seperti melewati jadwal makan, tidak makan dengan cukup, menjalani diet yang ekstrim, atau menghindari jenis makanan tertentu
  • Gangguan citra tubuh (body dysmorphic disorder), yang membuat seseorang memiliki citra diri rendah atau terobsesi pada penampilan fisik tertentu

Gejala Binge Eating Disorder

Kebanyakan penderita BED memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Namun, ada juga penderita BED yang berat badannya normal. Tanda dan gejala yang bisa ditemukan pada penderita binge eating disorder antara lain:

  • Mengonsumsi makanan dalam porsi besar dan dapat habis dalam waktu singkat
  • Merasa hilang kendali dan menderita akibat perilaku makannya
  • Mengonsumsi makanan dalam jumlah besar tanpa merasa lapar
  • Makan sampai merasa sangat kenyang dan tidak nyaman
  • Merasa bersalah, jijik, dan depresi setelah makan berlebihan
  • Makan ketika hanya seorang diri, karena merasa malu dengan porsi makanan yang dikonsumsi

Perilaku gangguan makan ini biasanya terjadi minimal 1 hari dalam rentang waktu 1 minggu dan terjadi selama minimal 3 bulan

Perlu diketahui bahwa BED berbeda dengan bulimia. Penderita BED mungkin akan merasa malu akibat perbuatannya, tetapi ia tidak akan mengeluarkan apa yang telah dimakan, baik dengan cara memuntahkannya, menggunakan obat pencahar, maupun olahraga berlebihan untuk menurunkan berat badan.

Kapan harus ke dokter

Banyak penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengalami BED hingga dewasa. Hal ini disebabkan oleh sikapnya yang lebih memilih untuk makan sendiri. Ia juga cenderung malu untuk menceritakan perilaku makannya.

Jika Anda menemukan seseorang yang mengalami gejala yang mengarah pada binge eating disorder, segera bawa ia ke psikiater, terutama bila ia juga menderita gangguan kesehatan lain yang berkaitan dengan masalah berat badan, misalnya obesitas atau obesitas morbid.

Diagnosis Binge Eating Disorder

Dokter akan terlebih dahulu melakukan beberapa evaluasi psikologis terkait dengan kebiasaan makan pasien. Selanjutnya, dokter akan menilai sejumlah kriiteria pada pasien berdasarkan The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5), yaitu:

  • Perilaku mengonsumsi makanan dalam jumlah besar terjadi berulang dan tidak bisa dikendalikan, serta berlangsung setidaknya 1 kali dalam 1 minggu dan berlangsung selama 3 bulan
  • Perasaan tertekan terkait perilaku makan yang berlebihan
  • Perilaku makan berlebihan tidak terkait dengan kegiatan yang dilakukan sebelumnya, seperti berpuasa atau olahraga berlebihan

Setelah itu, dokter akan menentukan tingkat keparahan binge eating disorder yang diderita pasien, yaitu:

  • Ringan, jika terjadi 1–3 kali dalam seminggu
  • Sedang, jika terjadi 4–7 kali dalam seminggu
  • Parah, jika terjadi 8–13 kali dalam seminggu
  • Ekstrem, jika terjadi 14 kali atau lebih dalam seminggu

Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan lain untuk mendeteksi masalah kesehatan yang terkait dengan binge eating disorder, yaitu:

  • Pemeriksaan fisik, untuk mengukur tekanan darah, berat badan, dan lingkar pinggang
  • Tes darah, untuk mengukur kadar kolesterol, trigliserida, dan gula darah
  • Tes urine, untuk memeriksa kadar gula darah dalam urine

Pengobatan Binge Eating Disorder

Pengobatan binge eating disorder bertujuan untuk membantu mengatasi gangguan makan, kelebihan berat badan, citra tubuh, kesehatan mental, atau kombinasi dari semua gangguan tersebut.

Metode pengobatan binge eating disorder tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan pasien. Dokter bisa memilih psikoterapi, konseling gizi, atau pemberian obat-obatan, seperti dijelaskan di bawah ini:

Psikoterapi

Terapi yang umum digunakan untuk menangani BED antara lain:

  • Terapi perilaku kognitif, untuk membantu pasien berpikir lebih positif dan mengontrol pola makannya
  • Psikoterapi interpersonal, untuk mengatasi binge eating disorder yang terkait dengan masalah psikologis serta gangguan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi
  • Terapi perilaku dialektis, untuk membantu pasien mengelola stres dengan lebih baik

Konsultasi gizi

Konsultasi gizi bertujuan untuk menentukan diet khusus bagi pasien dan sekaligus menurunkan berat badannya. Dengan begitu harga diri pasien akan meningkat dan citra tubuhnya akan membaik.

Dokter atau ahli gizi akan menentukan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Namun, terapi diet ini biasanya akan dilakukan setelah binge eating disorder yang dialami pasien telah diatasi.

Obat-obatan

Obat yang digunakan untuk membantu mengatasi BED adalah lisdexamfetamine. Obat ini berguna dalam menekan keinginan makan berlebihan pada pasien binge eating disorder tingkat sedang sampai berat.

Selain itu, beberapa jenis obat lainnya yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala binge eating disorder adalah antidepresan. Obat ini digunakan untuk menekan keinginan makan berlebihan dengan memengaruhi sinyal kimia di otak yang berkaitan dengan suasana hati

Perlu diingat, penggunaan obat-obatan tersebut harus berdasarkan anjuran dari dokter, untuk meminimalisir kemungkinan munculnya efek samping.

Komplikasi Binge Eating Disorder

Penderita binge eating disorder cenderung mengalami kekurangan nutrisi (malnutrisi). Hal ini karena sebagian besar makanan yang dikonsumsinya tidak memiliki nilai gizi yang baik serta tinggi kandungan lemak dan gula. Akibatnya, banyak penderita BED mengalami obesitas atau obesitas morbid.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat obesitas pada penderita BED antara lain:

  • Diabetes tipe 2
  • Tekanan darah tinggi
  • Kolesterol tinggi
  • Penyakit jantung dan stroke
  • Jenis kanker tertentu
  • Penyakit batu empedu
  • Gangguan pada persendian
  • Penyakit asam lambung (GERD)
  • Gangguan pada pernapasan, terutama saat tidur (sleep apnea)

Sementara komplikasi kejiwaan yang mungkin terjadi pada penderita binge eating disorder adalah:

Selain itu, BED juga berisiko mengalami menyebabkan penurunan kualitas hidup akibat kondisi yang dideritanya. Pada beberapa kasus, penderita kondisi ini dapat mengabaikan sekolah, pekerjaan, dan kegiatan lain demi memenuhi keinginan makannya yang berlebihan.

Pencegahan Binge Eating Disorder

Tidak ada cara yang pasti dapat mencegah binge eating disorder. Namun, ada upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya BED, antara lain:

  • Makan secara perlahan dan berhenti saat sudah kenyang
  • Mengidentifikasi faktor yang memicu makan berlebihan
  • Tidak melewatkan jadwal makan agar tidak terlalu lapar
  • Menjalani pola diet sesuai anjuran dokter
  • Berolahraga dengan teratur
  • Mencukupi waktu tidur
  • Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan mengikuti latihan yoga atau meditasi
  • Menghindari orang yang berkomentar negatif terkait kebiasaan makan dan berat badan