ADHD adalah gangguan perkembangan pada otak yang menyebabkan penderitanya sulit berkonsentrasi, hiperaktif, serta munculnya perilaku impulsif. Kondisi ini dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengganggu hubungan sosial penderitanya.
ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder umumnya mulai muncul sejak masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan gangguan pada fungsi otak yang berperan dalam mengatur perhatian, perilaku, serta kemampuan mengendalikan impuls.

Gejala ADHD kerap disalahartikan sebagai perilaku anak yang sekedar aktif atau sulit diatur, sehingga kondisi ini sering kali terlambat untuk dikenali dan ditangani. Jika tidak ditangani dengan tepat, ADHD dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan penderitanya, mulai dari prestasi akademik, hubungan sosial, hingga kondisi emosional.
Penyebab ADHD
Penyebab ADHD masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan beberapa kondisi di bawah ini:
- Faktor genetik
- Ketidaseimbangan kimia otak
- Perbedaan struktur otak
Faktor Risiko ADHD
Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya ADHD, yaitu:
- Komplikasi kehamilan, seperti stres berat, kekurangan nutrisi, atau kelahiran prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu
- Paparan zat beracun saat hamil atau sewaktu masa kanak-kanak, seperti timbal dari cat dinding tua atau lingkungan yang tercemar
- Kebiasaan merokok atau mengonsumsi alkohol selama kehamilan
- Cedera kepala pada masa kanak-kanak yang memengaruhi perkembangan otak
- Gangguan kesehatan mental pada orang tua, atau lingkungan keluarga yang penuh tekanan dan tidak mendukung
- Paparan racun dari lingkungan sewaktu masa kanak-kanak, misalnya paparan timbal dari cat
Gejala ADHD
Gejala ADHD pada anak-anak umumnya muncul di usia 3 tahun dan makin terlihat seiring bertambahnya usia anak, terutama setelah masuk sekolah atau awal masa pubertas. Namun, gejala ADHD juga bisa saja baru muncul ketika dewasa.
Gejala ADHD pada Anak
ADHD ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian. Penderita ADHD juga menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai gejala ADHD pada anak-anak:
Kesulitan memusatkan perhatian
Anak dengan ADHD akan mengalami kesulitan dalam memerhatikan arahan dari orang lain atau pelajaran dari guru, misalnya:
- Tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu
- Perhatiannya mudah teralihkan
- Sering terlihat seperti tidak mendengarkan pembicaraan atau arahan, bahkan ketika diajak berbicara langsung
- Tidak memperhatikan hal-hal detail
- Ceroboh
- Sulit mengatur tugas dan aktivitas yang dijalani
- Sulit mengikuti instruksi untuk mengerjakan sesuatu
- Sering kehilangan barang yang digunakan sehari-hari
- Tidak menyukai aktivitas yang memerlukan konsentrasi, seperti mengerjakan PR
Anak yang hanya mengalami gejala di atas tanpa menunjukkan perilaku hiperaktif menandakan bahwa penderita mengalami ADHD jenis inatentif.
Perilaku hiperaktif dan impulsif
Contoh dari perilaku hiperaktif dan impulsif adalah:
- Sulit untuk diam di tempat duduknya ketika mengikuti pelajaran di kelas
- Kebiasaan menggerakkan bagian tubuh, terutama kaki atau tangan, ketika sedang duduk
- Sulit beraktivitas dengan tenang
- Berlari-lari atau memanjat sesuatu di saat yang tidak tepat
- Sering memotong pembicaraan orang lain
- Berbicara terlalu banyak
- Sering mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain
- Tidak dapat diam dan selalu ingin bergerak
Gejala ADHD pada Orang Dewasa
Berikut ini adalah beberapa gejala ADHD yang umumnya terjadi pada orang dewasa:
- Impulsif, seperti melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan risiko dan akibat dari apa yang dilakukan
- Sulit mengatur waktu dan sering terlambat
- Sulit menentukan mana tugas yang harus dikerjakan lebih dulu
- Kesulitan fokus, terutama pada tugas yang membosankan
- Mudah terdistraksi oleh suara, pikiran, atau gangguan kecil lainnya
- Kesulitan melakukan banyak tugas sekaligus (multitasking)
- Aktivitas berlebihan atau perasaan gelisah yang terus-menerus
- Kesulitan mengatur keuangan atau jadwal
- Mudah merasa frustasi saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan
- Perubahan suasana hati yang sering dan tidak stabil
- Sering menunda-nunda pekerjaan dan sulit menyelesaikannya
- Sulit mengelola stres dengan baik
Kapan harus ke dokter
Penderita ADHD, terutama anak-anak, sering kali tidak menyadari bahwa perilaku mereka berbeda dari anak seusianya. Oleh karena itu, untuk memastikan apakah gejala-gejala yang dialami oleh anak Anda termasuk dalam gejala ADHD, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau psikolog anak.
Penanganan sejak dini sangat penting untuk membantu anak beradaptasi, belajar, dan bersosialisasi dengan lebih baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, ADHD dapat berdampak pada prestasi belajar, hubungan sosial, hingga perkembangan emosional anak.
Segera bawa anak ke dokter jika gejala ADHD yang dialaminya semakin mengganggu aktivitas sehari-hari, menyebabkan masalah perilaku serius, atau menimbulkan stres berlebihan baik pada anak maupun keluarga.
Diagnosis ADHD
Untuk mendiagnosis ADHD, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang melibatkan sesi tanya jawab, observasi perilaku, serta penggunaan kriteria diagnostik dari The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Tanya jawab
Pada sesi tanya jawab, dokter akan menanyakan hal-hal berikut ini kepada pasien atau keluarganya:
- Riwayat kesehatan fisik dan mental
- Perilaku pasien di rumah, sekolah, atau tempat kerja
- Masalah perkembangan atau belajar
- Gejala lain yang mungkin terkait, seperti gangguan kecemasan atau gangguan tidur
- Riwayat keluarga dengan ADHD atau gangguan kejiwaan lainnya
Dokter juga akan meminta informasi dari orang lain yang terlibat dalam kehidupan pasien, seperti guru atau pengasuh, terutama pada anak-anak.
Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders (DSM-5)
Selanjutnya, dokter akan menggunakan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mendiagnosis ADHD. Beberapa kriteria yang menunjukan seseorang dapat didiagnosis mengalami ADHD adalah:
- Memiliki gejala kurang perhatian dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas yang menetap selama minimal 6 bulan dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
- Mengalami gejala ADHD sesuai dengan kelompok usia, yaitu setidaknya 6 gejala atau lebih pada anak usia ≥16 tahun, dan minimal 5 gejala pada remaja usia ≥17 tahun.
Pengobatan ADHD
Pengobatan ADHD bertujuan untuk meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Berikut adalah metode untuk menangani ADHD:
Obat-obatan
Pemberian obat-obatan bertujuan untuk meningkatkan kadar dopamin dan norepinefrin dalam tubuh. Jenis obat-obatan yang dapat diresepkan oleh dokter antara lain:
- Obat stimulan, seperti methylphenidate, amfetamine
- Obat non-stimulan, misalnya atomoxetine atau clonidine (golongan agonis alfa-2 adrenergik)
- Obat antidepresan, seperti amitriptyline
Selain untuk menangani ADHD, psikoterapi juga berguna untuk mengatasi gangguan mental lain yang menyertai ADHD, misalnya depresi.
Jenis psikoterapi yang bisa menjadi pilihan adalah:
- Terapi perilaku kognitif, untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat menghadapi masalah atau situasi tertentu.
- Terapi psikoedukasi, agar pasien dapat menemukan cara yang paling sesuai untuk mengatasi gejala tersebut.
- Terapi interaksi sosial, untuk memahami perilaku sosial yang layak dalam situasi tertentu.
Tidak hanya obat-obatan dan psikoterapi, dukungan dari orang tua, keluarga, guru, dan pengasuh juga berperan penting dalam proses penyembuhan pasien dengan ADHD. Oleh sebab itu, mereka perlu mendapatkan program pelatihan khusus. Materi yang diajarkan dalam pelatihan tersebut antara lain:
- Cara menerapkan pujian untuk menyemangati anak
- Cara menghukum anak ketika berperilaku buruk atau kasar
- Cara mengarahkan aktivitas anak sesuai dengan kemampuannya.
Untuk membantu anak mengendalikan gejala-gejala ADHD, orang tua juga dapat menerapkan pola hidup sehat pada anak, seperti:
- Membiasakan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang
- Memastikan anak cukup tidur dan istirahat
- Membatasi waktu anak dalam menonton televisi, bermain video game, dan menggunakan ponsel atau komputer
- Mengajak anak melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari
Komplikasi ADHD
Jika tidak ditangani dengan tepat, ADHD dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
- Penurunan prestasi akademik
- Kesulitan dalam bersosialisasi
- Penyalahgunaan NAPZA atau kecanduan alkohol
- Risiko cedera akibat perilaku impulsif
- Menurunnya rasa percaya diri
Selain itu, penderita ADHD juga berisiko mengalami gangguan mental lain, seperti:
- Depresi
- Gangguan kecemasan
- Gangguan bipolar
- Oppositional defiant disorder (ODD)
- Sindrom Tourette
Pencegahan ADHD
Meski ADHD sulit untuk dicegah, tetapi ada upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya penyakit ini, antara lain:
- Hindari konsumsi minuman beralkohol, merokok, atau menggunakan NAPZA, terutama selama masa kehamilan.
- Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan untuk memantau tumbuh kembang janin
- Hindari paparan asap rokok dan zat beracun di lingkungan sekitar rumah atau tempat kerja
- Konsumsi makanan bergizi dan menjaga pola hidup sehat
- Ciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan anak