Sesekali makan berlebihan adalah hal yang wajar, misalnya saat ada perayaan atau ketika berkumpul dengan teman. Namun, bila dilakukan terus-menerus, makan berlebihan bisa menandakan binge eating disorder. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berdampak buruk pada kesehatan.

Binge eating disorder adalah gangguan perilaku makan yang ditandai dengan rasa bersalah dan tidak nyaman setelah makan secara berlebihan, dan hal ini dilakukan berulang kali.

Hati-hati, Makan Berlebihan Bisa Jadi Pertanda Binge Eating Disorder - Alodokter

Dalam jangka panjang, binge eating disorder tidak hanya akan mengganggu kesehatan fisik, tapi juga menimbulkan rasa cemas, depresi, serta meningkatkan rasa tidak percaya diri.

Penyebab Munculnya Binge Eating Disorder

Binge eating disorder biasanya muncul di usia remaja hingga dewasa muda. Gangguan perilaku makan ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Penyebab terjadinya binge eating disorder belum diketahui secara pasti. Namun, sebuah penelitian menyatakan bahwa gangguan makan ini bisa diturunkan secara genetik. Oleh karena itu, seseorang lebih berisiko menderita binge eating disorder bila memiliki orang tua atau saudara kandung yang mengalami gangguan ini.

Selain itu, perasaan negatif dan tidak puas terhadap bentuk tubuh dan berat badan, perilaku diet berlebihan, trauma emosional, depresi, dan gangguan kecemasan juga dapat memicu gangguan ini. Mereka yang gemar menonton video mukbang juga berisiko mengalami binge eating disorder.

Langkah Diagnosis Binge Eating Disorder

Sebagai langkah awal, dokter akan mengajukan pertanyaan seputar keluhan yang dialami pasien dan gaya hidupnya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi apakah ada penyakit atau kondisi medis yang menyebabkan gangguan ini.

Dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan fungsi hati, elektrolit, dan kadar enzim pencernaan jika mencurigai adanya komplikasi akibat gangguan makan. Selanjutnya, pasien yang diduga menderita binge eating disorder dapat dirujuk ke psikolog atau psikiater.

Berdasarkan panduan diagnosis gangguan psikiatri, ada beberapa kriteria diagnosis untuk binge eating disorder. Tiga atau lebih dari kriteria di bawah ini harus terpenuhi untuk mendiagnosis seseorang menderita binge eating disorder. Kriteria tersebut meliputi:

  • Makan sangat cepat
  • Makan hingga merasa sangat kenyang dan perut terasa tidak nyaman
  • Makan dalam jumlah banyak padahal tidak merasa lapar
  • Makan sendirian karena merasa malu atau bersalah
  • Tidak suka dengan diri sendiri

Tingkat keparahan gangguan ini bisa ringan, sedang, hingga berat. Seseorang bisa saja mengalami 1–3 episode gangguan setiap minggu selama 3 bulan. Namun, bila gangguan yang dialami sudah berat, penderita bisa mengalami 14 episode gangguan setiap minggunya.

Berbeda dengan penderita bulimia nervosa, penderita binge eating disorder tidak memuntahkan makanannya kembali, minum obat pencahar, atau olahraga berlebihan untuk menutupi rasa bersalah akibat makan berlebihan.

Penderita gangguan ini bisa saja kembali makan secara normal atau membatasi asupan makanan setelah makan berlebihan. Namun, melakukan diet berlebihan justru dapat memicu terulangnya episode binge eating.

Pilihan Penanganan untuk Mengobati Binge Eating Disorder

Tujuan utama penanganan binge eating disorder adalah menghentikan kebiasaan makan berlebihan, menerapkan pola makan yang sehat, serta mengatasi komplikasi yang sudah muncul akibat binge eating, misalnya obesitas.

Selain itu, metode penanganan juga dilakukan untuk mengatasi masalah psikologis, antara lain dengan meningkatkan rasa percaya diri penderita dan menghilangkan pikiran negatif penderita tentang dirinya.

Berikut ini adalah beberapa metode terapi yang umumnya dilakukan untuk mengatasi binge eating disorder:

1. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy)

Terapi perilaku kognitif merupakan metode yang paling umum dilakukan dan diyakini paling efektif untuk menangani gangguan ini. Melalui terapi ini, psikolog atau psikiater mencoba untuk menganalisis hubungan antara pikiran negatif yang muncul dengan perilaku makan.

Setelah analisis dilakukan, psikolog atau psikiater akan menentukan strategi penanganan terbaik untuk mengubah perilaku makan berlebihan yang dialami penderita binge eating disorder.

Biasanya, penderita akan dilatih untuk menghadapi ketakutan atau kecemasannya secara bertahap hingga muncul rasa percaya diri. Dengan begitu, diharapkan penderita mampu memberikan respons yang positif terhadap kondisi yang bisa memicunya untuk makan berlebihan.

2. Terapi interpersonal (interpersonal psychotherapy)

Terapi ini dianggap sebagai mekanisme untuk mengatasi masalah pribadi yang belum tuntas, misalnya rasa duka, konflik keluarga, atau masalah dalam lingkungan sosial.

Tujuan terapi interpersonal adalah menemukan dan mengenali hal spesifik yang berkaitan dengan perilaku makan berlebihan serta menyusun langkah penanganan sesuai dengan penyebabnya. Terapi ini umumnya dilakukan selama 12–16 minggu.

Terapi interpersonal dianggap efektif bagi penderita binge eating disorder yang memiliki rasa percaya diri rendah atau memiliki kemampuan komunikasi kurang baik.

3. Terapi perilaku dialektis (dialectical behavioral therapy)

Jenis terapi perilaku ini dilakukan bila binge eating disorder muncul sebagai bentuk reaksi emosional terhadap sesuatu yang tidak sanggup dihadapi oleh penderita.

Oleh karena itu, terapi perilaku dialektis bertujuan agar penderita dapat mengelola emosinya dengan lebih baik saat menghadapi masalah. Akan tetapi, terapi ini belum terbukti lebih efektif daripada terapi perilaku kognitif atau interpersonal.

4. Manajemen berat badan

Pikiran dan perasaan negatif akibat berat badan yang tidak ideal atau tidak sesuai keinginan sering menjadi pemicu binge eating disorder. Oleh karena itu, penderita gangguan ini disarankan untuk menjalani manajemen berat badan.

Metode ini dapat dilakukan dengan berolahraga secara rutin dan pengaturan pola makan yang sehat. Manajemen berat badan bisa dilakukan dengan bantuan dokter spesialis gizi dan dokter spesialis kedokteran olahraga.

5. Obat-obatan

Obat antikonvulsan, antidepresan, lisdexamfetamine dimesylate, dan orlistat bisa digunakan untuk mengatasi gangguan makan ini. Obat-obatan tersebut diberikan berdasarkan resep psikiater.

Selain dapat meredakan dorongan untuk makan berlebihan, obat-obatan ini juga dapat mengurangi keluhan yang disebabkan oleh gangguan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Langkah Pencegahan Binge Eating Disorder

Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi maupun menghindari binge eating disorder:

  • Jangan pernah melewatkan sarapan, karena hal ini akan semakin meningkatkan nafsu makan Anda saat makan siang atau makan malam.
  • Terapkan pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi protein dan lemak sehat, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
  • Hindari makan sambil berdiri karena bisa membuat Anda terdistraksi dan tidak sadar telah bolak-balik mengambil makanan dalam jumlah yang banyak.
  • Cukupi waktu tidur dan istirahat, karena kurangnya jam tidur akan membuat pola makan Anda menjadi tidak teratur.
  • Rutin berolahraga untuk menjaga berat badan ideal, meningkatkan rasa percaya diri terhadap bentuk tubuh, dan menumbuhkan pola pikir positif.
  • Kurangi stres, misalnya dengan meditasi atau teknik mindfulness, untuk mengendalikan perilaku makan dan membantu Anda lebih menyayangi diri sendiri.
  • Catatlah pola makan Anda sehari-hari dalam buku harian untuk memudahkan Anda mengevaluasi perilaku makan dan mendeteksi apakah ada hubungan antara suasana hati atau kejadian tertentu dengan perilaku makan.
  • Bicarakan gangguan perilaku makan yang Anda alami dengan keluarga atau teman dekat, sehingga Anda bisa mendapatkan dukungan emosional untuk pulih dari gangguan tersebut.

Tidak semua perilaku makan berlebihan merupakan tanda binge eating disorder. Namun, bila Anda merasa tidak bisa mengontrol keinginan untuk makan berlebihan dan hal ini sudah mengganggu kesehatan dan kualitas hidup Anda, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Ditulis oleh:

dr. Alya Hananti