Orang tua sering kali dibuat pusing ketika anak memasuki fase terrible two, yaitu saat anak memasuki usia toddler atau 2 tahun. Anak mulai melempar barang, menggigit, menendang, dan menunjukkan perilaku menjengkelkan lainnya. Sabar, ya, Bunda. Hal ini sangat wajar terjadi, kok.
Ketika memasuki usia 2 tahun, yaitu masa yang sering disebut fase terrible two, anak masih bersifat egosentris dan merasa semua hal berpusat pada dirinya. Ia belum mampu melihat dari sudut pandang orang lain dan menyayangi orang lain sebagaimana ia sayang pada dirinya sendiri. Itulah sebabnya, anak-anak usia ini kerap melakukan perilaku yang tidak menyenangkan, perilaku yang merusak, dan tantrum.
Mengatasi Perilaku Tidak Menyenangkan pada Fase Terrible Two
Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi perilaku anak yang tidak menyenangkan adalah mengajaknya untuk belajar bersosialisasi. Misalnya, bermain dengan teman sebayanya atau bermain dengan kakak atau sepupu. Cara-cara ini dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan sosial dan rasa empatinya.
Lalu bagaimana cara kita mengajarkan nilai-nilai atau aturan sosial kepada anak? Penanaman nilai pada anak butuh proses panjang. Bunda tidak bisa mengharapkan Si Kecil berubah hanya dengan satu atau dua kali dinasihati. Jadi, diperlukan kesabaran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai yang baik kepada anak.
Pada dasarnya, anak belajar nilai-nilai kebaikan atau tata krama dengan mencontoh perilaku orang tuanya sehari-hari. Oleh karena itu, Bunda perlu menjadi role model bagi Si Kecil. Tunjukkan bagaimana cara bersikap yang baik kepada orang lain dan cara memperlakukan orang lain dengan hormat.
Perlu dicatat, Bunda juga perlu memperlakukan Si Kecil dengan hormat, termasuk berempati kepadanya ketika ia sedang sedih, marah, atau bosan.
Mengatasi Perilaku Destruktif pada Fase Terrible Two
Meskipun anak usia di bawah 3 tahun (batita) sering kali memunculkan perilaku yang merusak (destruktif), seperti merobek majalah, mencorat-coret dinding, atau menumpahkan bedak di lantai, sebetulnya mereka tidak selalu berniat melakukannya dengan sengaja.
Perilaku tersebut bisa terjadi karena beberapa hal, di antaranya:
- Rasa frustasi, misalnya karena tidak mendapatkan apa yang ia mau lalu melempar barang ke dinding
- Koordinasi gerakan yang belum sempurna, sehingga barang yang digenggamnya jatuh dan rusak
- Rasa ingin tahu yang tinggi, misalnya anak penasaran apa yang terjadi jika ia membongkar remote TV dan mengeluarkan isinya
Apa pun alasan Si Kecil melakukan perilaku tersebut, Bunda harus menyampaikan kepadanya bahwa perilaku itu salah. Bunda tidak perlu marah, berteriak, atau membentak Si Kecil, terlebih jika perilaku tersebut muncul dari ketidaksengajaan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua saat menghadapi perilaku destruktif pada anak di fase terrible two ini, yaitu:
1. Ajari anak untuk lebih berhati-hati
Misalnya, memberi tahu anak bahwa gelas yang pecah memiliki bagian tajam yang dapat membuatnya terluka, lalu beri tahu anak untuk meminta bantuan orang dewasa jika ingin mengambil gelas.
2. Minta bantuan anak untuk memperbaiki keadaan
Misalnya, mengajak anak untuk membantu mengelap air yang ia tumpahkan, merekatkan bagian kertas yang ia robek, atau mengambil mainan yang ia lemparkan dan menaruhnya kembali di tempatnya.
3. Berikan saran untuk mengatasi rasa frustasi
Misalnya, jika anak merasa frustasi karena terus-menerus gagal menyusun mainan baloknya, berikan tips bagaimana cara menyusun balok agar tidak mudah jatuh.
4. Ajak anak mengeksplorasi lingkungan
Dukung anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya yang besar dengan menyediakan lingkungan yang aman. Misalnya, memberikannya benda-benda yang tidak mudah pecah dan mainan yang aman.
Menghadapi Tantrum pada Fase Terrible Two
Si Kecil yang memasuki fase terrible two mungkin pernah melakukan tantrum, seperti menangis meraung-raung, berguling di lantai, atau berteriak di depan umum.
Anak-anak usia ini sebenarnya sudah mampu membaca dan memanfaatkan situasi. Anak tahu jika orang tuanya tidak akan marah ketika ia melakukan tantrum di tempat umum dan akan menuruti keinginannya agar ia berhenti melakukan tantrum tersebut.
Umumnya, perilaku tantrum akan berkurang dan hilang seiring bertambahnya usia anak. Untuk meredakan tantrum, Bunda perlu memahami dulu beberapa alasan mengapa anak di fase terrible two sering melakukan tantrum, yaitu:
- Kebutuhan untuk meredakan rasa frustrasi
- Kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan keinginannya
- Kebutuhan untuk merasa penting, berharga, dan ingin diperhatikan
- Kurang kontrol diri dan belum bisa mengendalikan emosi
- Rasa lapar, haus, lelah, atau bosan
Ada dua hal yang perlu Bunda lakukan untuk menghadapi tantrum yang dilancarkan Si Kecil, yaitu langkah penanganan dan langkah pencegahan. Berikut adalah penjelasannya:
Cara menangani tantrum
Umumnya, perilaku tantrum akan berkurang dan hilang seiring bertambahnya usia anak. Beberapa langkah yang dapat Bunda lakukan saat Si Kecil menunjukkan perilaku tantrum adalah:
- Tetap tenang dan jangan menghadapi tantrum dengan kemarahan, karena tantrum anak justru akan lebih menjadi-jadi bila direspons dengan emosi.
- Bicaralah dengan lembut. Jika tantrum anak direspons dengan teriakan, biasanya anak justru akan berteriak lebih keras.
- Hindari hukuman fisik, karena ini sama saja dengan memberikan hukuman kepada anak atas sesuatu yang tidak dapat mereka kendalikan.
- Hindari berdebat, melakukan tawar-menawar, atau memberikan penjelasan panjang lebar saat anak melakukan tantrum.
- Lindungi anak dan pastikan lingkungan sekitarnya aman, karena anak yang melakukan tantrum berisiko mengalami cedera akibat benturan benda tajam atau benda-benda lain di sekitarnya.
- Ungkapkan empati ketika anak sedang mengekspresikan emosinya. Tunjukkan bahwa Bunda juga bisa merasakan apa yang ia rasakan.
- Cobalah untuk memeluk anak agar amarahnya mereda atau alihkan perhatian anak ke hal lain yang menarik.
Cara mencegah tantrum
Untuk mencegah tantrum, Bunda perlu mengamati dan mencatat perilaku tantrum Si Kecil selama 1–2 minggu. Catat kapan Si Kecil melakukan tantrum dan apa pemicunya.
Setelah itu, lakukan cara-cara menangani tantrum seperti yang sudah dijelaskan di atas dan ajari Si Kecil untuk mengekspresikan rasa frustrasi, kemarahan, atau kekecewaannya secara verbal (dengan kata-kata) dan dengan cara yang lebih sopan. Amati perubahan perilaku Si Kecil dan catat sebagai bahan evaluasi.
Perilaku anak yang menjengkelkan pada fase terrible two merupakan hal yang normal. Namun, jika perilaku ini muncul lebih dari 2 kali sehari, disertai dengan emosi yang meledak-ledak, dan membuat Bunda kewalahan menghadapinya, sebaiknya konsultasikan masalah ini kepada psikolog khusus anak atau dokter anak.
Ditulis oleh:
Adisti F. Soegoto, M.Psi, Psikolog
(Psikolog)