Tes PCR (polymerase chain reaction) adalah pemeriksaan molekular yang dilakukan dengan metode amplifikasi atau memperbanyak materi genetik virus atau bakteri. Tes PCR sering dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit tertentu.
Salah satu metode pengambilan sampel untuk tes PCR adalah dengan tes usap atau swab test. Contoh penyakit yang bisa didiagnosis melalui tes PCR dengan metode pengambilan sampel dari swab test adalah COVID-19.
Selain dengan tes usap, pengambilan sampel untuk tes PCR akan disesuaikan dengan jenis penyakit yang ingin didiagnosis. Beberapa jenis sampel yang bisa digunakan untuk tes PCR adalah sampel darah, urine, sputum, bahkan cairan serebrospinal (CSF).
Tujuan dan Indikasi Tes PCR
Seperti yang telah disebutkan di atas, tes PCR bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan materi genetik yang ada di dalam setiap makhluk hidup, termasuk virus dan bakteri. Kemampuan tes PCR dalam mendeteksi materi genetik tersebut bisa digunakan untuk mendeteksi sejumlah penyakit infeksi, seperti:
- Gonore
- Klamidia
- Penyakit Lyme
- Pertusis (batuk rejan)
- Infeksi cytomegalovirus
- Infeksi human papillomavirus (HPV)
- Infeksi human immunodeficiency virus (HIV)
- Cacar monyet
- Hepatitis C
- COVID-19
Persiapan Sebelum Melakukan Tes PCR
Tidak ada persiapan khusus sebelum melakukan tes PCR. Namun, pasien akan melakukan pengambilan sampel dengan metode khusus, untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk melalui proses ekstraksi, purifikasi, dan diolah oleh alat PCR.
Pasien yang menjalani tes PCR perlu diberi tahu berapa lama hasil pemeriksaan ini akan keluar. Pasien dengan penyakit infeksi yang bisa menular melalui droplet (percikan dahak), seperti COVID-19 atau batuk rejan, wajib mematuhi protokol kesehatan yang ada selama menunggu hasil PCR.
Pasien yang mengikuti tes PCR dengan pengambilan sampel usap (swab test) perlu diberikan pengarahan bahwa prosedur ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, baik selama proses maupun sesudahnya.
Prosedur Pengambilan Sampel untuk Tes PCR
Salah satu metode pengambilan sampel untuk selanjutnya diperiksa dengan PCR adalah melalui tes usap (swab test). Tes usap bisa dilakukan pada hidung, saluran antara hidung dan tenggorokan (nasofaring), atau saluran antara mulut dan tenggorokan (orofaring).
Berikut ini adalah tahapan swab test yang akan dijalani oleh pasien:
- Dokter akan meminta pasien untuk melepas masker dan membuang ingus dari hidung bila ada.
- Dokter akan meminta pasien mendongakkan kepala untuk memudahkan proses pengambilan sampel lendir.
- Dokter akan memasukkan alat swab yang menyerupai cotton bud panjang ke hidung hingga ke nasofaring (bagian atas tenggorokan yang terletak di bagian belakang hidung).
- Dokter akan memutar atau menggerakkan alat swab beberapa kali (sekitar 15 detik) agar lendir di nasofaring menempel di alat swab.
- Setelah proses pengambilan sampel lendir selesai, dokter akan menarik alat swab secara perlahan dan pasien akan diminta memakai masker kembali.
Selain dengan tes usap, sampel untuk tes PCR juga bisa diambil dari darah, urine, atau cairan serebrospinal. Hal ini akan disesuaikan dengan jenis penyakit yang ingin dideteksi melalui tes PCR.
Dokter dan tim medis akan memberikan arahan dan melakukan prosedur pengambilan sampel sesuai kebutuhan pemeriksaan. Jika sampel yang dibutuhkan adalah sampel darah, akan dilakukan pengambilan darah melalui pembuluh darah menggunakan jarum khusus.
Jika yang dibutuhkan adalah sampel urine, pasien akan diminta mengumpulkan urine pada tabung khusus, untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Khusus untuk pengambilan sampel cairan serebrospinal, dokter akan melakukan prosedur lumbal pungsi.
Setelah Prosedur Pengambilan Sampel untuk Tes PCR
Setelah proses pengambilan sampel selesai, akan dilakukan pengiriman sampel untuk selanjutnya diproses dan dibaca oleh alat PCR. Jika pengambilan sampel dilakukan dengan swab test, setelah proses pengambilan sampel lendir, dokter akan memasukkan alat swab ke tabung plastik, kemudian menutup rapat tabung plastik tersebut.
Tabung plastik ini akan dimasukkan ke tabung khusus limbah berbahaya (biohazard) dan dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya diolah dan dimasukkan ke alat PCR untuk mendapatkan hasil. Hasil tes PCR bisa diketahui dalam waktu 1–2 hari.
Tes PCR melibatkan 3 proses, mulai dari pengambilan sampel, ekstraksi materi genetik dari sampel, amplifikasi atau penggandaan materi genetik, dan pembacaan hasil. Pada pemeriksaan ini, biasanya akan dicantumkan nilai CT value.
Hasil tes PCR akan menunjukkan positif atau negatif. Hasil positif berarti pasien terkonfirmasi menderita penyakit tersebut. Sebaliknya, hasil negatif berarti pasien tidak menderita penyakit tersebut.
Meski demikian, pada sebagian kasus, tes PCR bisa menampilkan hasil positif palsu atau negatif palsu. Positif palsu artinya hasil tes menunjukkan positif, padahal sebenarnya negatif. Sedangkan negatif palsu adalah kebalikannya, menunjukkan negatif padahal sebenarnya positif.
Sebagai contoh, hasil positif palsu pada COVID-19 artinya seseorang yang telah menjalani tes PCR dianggap positif menderita COVID-19, padahal ia tidak terinfeksi virus SARS-CoV-2. Sebaliknya, hasil negatif palsu menyatakan seseorang yang telah menjalani tes PCR tidak menderita COVID-19, padahal justru ia terinfeksi virus SARS-CoV-2.
Efek Samping Tes PCR
Tes PCR aman dilakukan oleh semua orang dan tidak menimbulkan efek samping apa pun. Hanya saja, saat melakukan pengambilan sampel, bisa muncul beberapa keluhan, misalnya rasa tidak nyaman di hidung saat dokter memasukkan alat swab atau muncul memar dan nyeri di area suntikan saat pengambilan sampel darah.
Meski begitu, jika tidak ada kondisi medis tertentu, efek samping tersebut umumnya akan segera hilang dengan sendirinya.