Claustrophobia adalah rasa takut atau cemas yang berlebihan terhadap ruangan sempit dan tertutup. Gejala klaustrofobia dapat muncul ketika penderitanya berada di dalam ruang sempit dan tertutup, seperti terowongan, elevator, gudang bawah tanah, atau alat pemeriksaan MRI.

Claustrophobia termasuk dalam salah satu jenis fobia spesifik, seperti fobia darah atau fobia laba-laba. Rasa takut dan cemas yang dialami penderita klaustrofobia perlu ditangani dengan tepat karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Claustrophobia - Alodokter

Penyebab Claustrophobia

Belum diketahui secara pasti penyebab munculnya claustrophobia. Namun, penderita claustrophobia umumnya mengalami peristiwa traumatis saat masa kanak-kanak. Beberapa kejadian traumatis yang dapat menyebabkan klaustrofobia adalah:

  • Terjebak di ruang sempit dan tertutup dalam waktu yang lama
  • Mengalami turbulensi parah di pesawat terbang
  • Dihukum dengan dikunci di ruang sempit, seperti toilet
  • Terkunci di dalam ruang sempit, seperti lemari, dalam waktu yang lama

Faktor risiko claustrophobia

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami claustrophobia, yaitu:

  • Berjenis kelamin wanita
  • Memiliki riwayat claustrophobia dalam keluarga
  • Memiliki fobia jenis lain
  • Pernah mengalami peristiwa traumatis saat kanak-kanak, seperti penindasan atau pelecehan

Gejala Claustrophobia

Gejala claustrophobia dapat bervariasi pada penderitanya, mulai dari rasa gugup hingga serangan panik yang parah. Umumnya, gejala yang dialami penderita bisa berlangsung selama 5–30 menit.

Klaustrofobia dapat menimbulkan gejala fisik dan gejala mental. Gejala fisiknya antara lain:

  • Badan gemetar dan berkeringat
  • Sulit bernapas atau napas menjadi cepat
  • Mual
  • Nyeri dada
  • Detak jantung cepat
  • Menggigil
  • Sakit perut
  • Mulut kering
  • Pusing hingga terasa akan pingsan
  • Linglung
  • Mati rasa atau kesemutan
  • Telinga berdenging (tinnitus)

Sementara itu, gejala mental yang dapat muncul pada penderita claustrophobia adalah:

  • Takut kehilangan kendali dan takut pingsan
  • Rasa cemas yang berlebihan
  • Sulit mengontrol rasa takut meski sadar bahwa perasaan tersebut berlebihan
  • Takut kehilangan nyawa

Selain gejala-gejala di atas, claustrophobia pada anak-anak dapat menimbulkan gejala tambahan, seperti:

  • Mudah menangis
  • Mudah marah
  • Ingin terus bersama orang lain
  • Badan menjadi kaku

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan di atas, terutama jika gejala tersebut makin memburuk dan mengganggu aktivitas sehari-hari, baik ketika bekerja, bersekolah, maupun melakukan aktivitas sosial.

Anda juga perlu segera ke dokter jika gejala yang dialami menyebabkan Anda menarik diri dari lingkungan sosial.

Diagnosis Claustrophobia

Untuk mendiagnosis claustrophobia, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami pasien, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, serta riwayat peristiwa traumatis yang pernah dialami pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan yang disesuaikan dengan kriteria DSM-5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition). Seseorang dapat dikatakan mengalami claustrophobia jika terdapat kondisi-kondisi di bawah ini:

  • Mengalami gejala fobia terhadap ruangan sempit yang telah berlangsung selama 6 bulan atau lebih
  • Mengalami rasa takut dan cemas hingga mengganggu kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
  • Berusaha keras untuk menghindari ruangan sempit dan tertutup, seperti lebih memilih menaiki tangga daripada menggunakan lift
  • Merasakan cemas dan takut hanya dengan memikirkan sedang berada di dalam ruangan sempit atau tertutup
  • Tidak memiliki kondisi lain yang menyebabkan rasa takut dan cemas

Pengobatan Claustrophobia

Pengobatan claustrophobia disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami pasien. Tujuan pengobatan adalah untuk meredakan rasa cemas dan takut, serta membantu pasien dalam mengendalikan diri ketika sedang berada di ruangan sempit dan tertutup.

Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan claustrophobia:

Psikoterapi

Beberapa metode psikoterapi yang bisa dilakukan untuk menangani klaustrofobia adalah:

  • Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy, untuk mengontrol pikiran, perasaan, dan perilaku ketika berada di dalam tempat yang ditakuti
  • Terapi pemaparan (desensitisasi), untuk membantu pasien mengendalikan perilaku, sikap, dan pikiran agar menjadi lebih positif
  • Terapi relaksasi, untuk melemaskan otot dan saraf, serta meredakan rasa takut dan cemas
  • Terapi flooding, yaitu menempatkan pasien dalam situasi yang memicu fobia hingga gejala yang dialami mereda, sehingga pasien menyadari bahwa benda atau tempat tersebut tidak berbahaya
  • Terapi modelling, yaitu membuat pasien melihat reaksi orang normal terhadap benda atau tempat pemicu fobia

Obat-obatan

Selain dengan terapi, dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk mengatasi rasa takut dan cemas yang timbul akibat berada di dalam ruangan yang sempit. Obat yang diresepkan adalah obat anticemas atau antidepresan.

Komplikasi Claustrophobia

Jika tidak ditangani, claustrophobia dapat menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu:

  • Isolasi diri terhadap lingkungan sosial
  • Gangguan pada aktivitas sehari-hari, seperti belajar dan bekerja
  • Penurunan kualitas hidup
  • Ketidakmampuan dalam menjalani pemeriksaan kesehatan, karena takut terhadap pemeriksaan MRI atau CT scan
  • Depresi

Pencegahan Claustrophobia

Mengingat penyebabnya belum diketahui secara pasti, claustrophobia sulit dicegah. Meski demikian, risiko terjadinya klaustrofobia dapat dikurangi dengan menjalani pemeriksaan ke dokter jika menderita PTSD, memiliki trauma masa kecil, atau telah mengalami gejala-gejala awal claustrophobia.

Selain itu, melakukan pola makan sehat, tidur yang cukup, serta berolahraga teratur minimal 30 menit sehari dapat membantu mengurangi gejala ketika claustrophobia menyerang.