Menonton video porno atau film biru tidak boleh dijadikan kebiasaan. Pasalnya, jika sudah kecanduan video porno, tidak hanya kesehatan mental saja yang bisa terganggu, tapi juga kesehatan fisik.

Perkembangan teknologi, seperti gadget dan jaringan internet, membuat konten pornografi semakin mudah untuk diakses. Tak hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun ada yang menonton video porno.

Inilah Dampak Buruk Menonton Video Porno - Alodokter

Alasan Menonton Video Porno

Anak-anak dan remaja mungkin tertarik untuk menonton video porno karena rasa ingin tahu mereka mengenai akivitas seksual. Sementara itu, pada orang dewasa, alasan menonton video porno adalah:

Dampak Buruk Menonton Video Porno

Seseorang bisa disebut mengalami kecanduan video porno, jika ia sudah terlalu sering menonton video tersebut, bahkan setiap hari. Mereka juga mungkin akan merasa kesulitan untuk mencapai orgasme jika tidak menonton video porno.

Kebiasaan menonton video porno bisa mendatangkan berbagai masalah, antara lain:

1. Mengurangi rasa tanggung jawab

Seseorang yang sudah kecanduan video porno akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menontonnya. Hal ini pada akhirnya memengaruhi produktivitasnya dalam bekerja, sehingga pekerjaan yang harusnya diselesaikan menjadi bengkalai.

Kebiasaan menonton video porno juga berpotensi menyebabkan seseorang mengabaikan tanggung jawab, kurang tidur, serta menjauhi atau dijauhi oleh pasangannya. Meski demikian, hal ini tidak bisa disamaratakan karena masih banyak penggemar video porno yang bisa hidup dan beraktivitas dengan normal.

2. Menurunkan kepuasan seksual

Dampak buruk menonton video porno selanjutnya adalah menurunkan kepuasan seksual. Suatu riset menunjukkan bahwa pecandu video porno memerlukan stimulasi atau rangsangan yang lebih besar untuk mencapai orgasme ketika sedang melakukan hubungan seksual.

Hal ini bisa saja membuat mereka sulit mencapai orgasme jika tidak menonton video porno saat berhubungan intim atau masturbasi.

3. Merusak keintiman hubungan

Dampak buruk dari kebiasaan menonton video porno selanjutnya adalah munculnya ekspektasi yang terlalu tinggi dan tidak realistis ketika berhubungan seksual dengan pasangan. Kondisi ini pada akhirnya dapat menurunkan keintiman.

Kesulitan mencapai kepuasan seksual dengan pasangan lama kelamaan tentu bisa berdampak pada keharmonisan hubungan yang selama ini dijalani.

4. Mengganggu kehidupan sosial

Hubungan sosial pecandu video porno dapat menjadi tidak sehat karena berkurangnya interaksi nyata dengan orang lain.

Selain itu, dalam jangka panjang, kebiasaan menonton video porno mungkin dapat membuat seseorang kurang menghargai hubungan monogami. Hal ini bisa membuat mereka sulit untuk berkomitmen dan kerap melakukan hubungan seksual di luar nikah.

5. Meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual

Salah satu dampak serius dari menonton video porno adalah risiko tinggi untuk melakukan seks bebas. Jika tidak menggunakan kondom, mereka bisa saja rentan terkena penyakit menular seksual, seperti HIV, hepatitis B, gonore, dan sifilis.

6. Mengganggu kesehatan mental

Beberapa riset menyebutkan bahwa kecanduan video porno bisa menyebabkan seseorang lebih berisiko mengalami gangguan mental, seperti depresi.

Selain itu, tontonan video porno yang tidak realistis, misalnya yang berbau fetisisme atau sadomasoksime, bisa saja membuat seseorang tertarik untuk mencoba melakukan hal tersebut. Hal ini berisiko membuat mereka melakukan perilaku seks yang menyimpang.

Untuk menghindari dampak buruk dari kebiasaan menonton video porno, Anda dianjurkan mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih produktif dan bermanfaat, seperti menghabiskan waktu bersama keluarga, berolahraga secara rutin, bermain game, atau menonton film atau serial TV yang menarik.

Sementara itu, bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja, disarankan untuk mulai memberikan pendidikan seksual yang tepat, agar anak tidak mencari informasi tersebut di film porno.

Apabila Anda memiliki kebiasaan menonton video porno dan sulit untuk menghentikannya, terlebih jika hal ini sudah mengganggu kualitas hidup, kehidupan sosial, atau hubungan Anda dengan pasangan, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter.