Dejavu adalah keadaan ketika seseorang merasa familier atau sudah pernah mengalami suatu kejadian, padahal apa yang sedang dialami pada waktu tersebut merupakan pengalaman pertamanya. Meskipun umumnya tidak berbahaya, dejavu juga dapat disebabkan oleh beberapa gangguan pada otak.

Pernahkah ketika sedang berada di tengah-tengah percakapan atau melakukan aktivitas tertentu, Anda tiba-tiba diliputi perasaan pernah berada dalam keadaan tersebut? Jika pernah, perasaan tersebut merupakan bentuk dari dejavu.

Dejavu, Perasaan Familier yang Muncul secara Tiba-Tiba - Alodokter

Istilah dejavu berasal dari Bahasa Prancis yang berarti “pernah melihat”. Meskipun terasa aneh, dejavu sebenarnya cukup umum dialami oleh hampir semua orang dan dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa detik.

Penyebab Dejavu

Penyebab dejavu masih belum diketahui dengan pasti karena kondisi ini sering kali terjadi begitu saja. Meski begitu, sebagian kasus dejavu bisa menjadi gejala adanya gangguan pada otak. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan dejavu adalah:

1. Kelebihan dopamin

Dopamin adalah senyawa kimia yang berperan sebagai penghantar pesan antarsel-sel saraf di otak maupun dari sel saraf di otak ke seluruh tubuh, sehingga tubuh dapat berfungsi dengan normal.

Ketika kadar dopamin dalam tubuh tinggi, cara kerja sel-sel saraf berubah karena rangsangan yang berlebihan. Akibatnya, Anda pun mengalami beberapa keluhan, seperti sulit mengontrol perilaku dan emosi, menjadi lebih berenergi dan agresif, serta mengalami dejavu berulang.

2. Gangguan pada sirkuit otak

Otak normalnya akan menyerap informasi dan menyimpannya di memori jangka pendek. Setelah itu, informasi berpindah melalui sirkuit (jalur) tertentu untuk disimpan di memori jangka panjang.

Namun, gangguan antara sirkuit bisa membuat informasi langsung ditransfer ke bagian otak yang menampung memori jangka panjang. Akibatnya, Anda pun mengalami dejavu.

3. Efek samping obat-obatan

Obat amantadine dan phenylpropanolamine biasanya digunakan oleh penderita flu (influenza) untuk menghambat perkembangan virus di dalam tubuh, sekaligus meredakan hidung mampet. Bila kedua obat ini digunakan secara bersamaan, beberapa penderita mungkin akan merasakan efek samping berupa dejavu.

4. Epilepsi

Epilepsi juga dapat menyebabkan dejavu. Keluhan tersebut dapat timbul jika epilepsi terjadi di lobus temporal, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab atas emosi dan memori.

Selain dejavu, epilepsi yang terjadi di lobus temporal juga dapat menimbulkan perasaan takut atau gembira yang tiba-tiba, mual, serta perubahan panca indera.

5. Demensia

Demensia adalah menurunnya kemampuan otak untuk melakukan fungsi dasar, seperti berpikir, mengingat, dan membuat keputusan. Jika demensia terjadi akibat kerusakan sel saraf di bagian lobus frontal dan temporal otak, hal ini dapat menyebabkan timbulnya keluhan berupa dejavu secara terus-menerus.

6. Migrain

Dejavu juga dapat menjadi salah satu gejala migrain. Pada penderita migrain, dejavu terjadi akibat gangguan pada otak yang memengaruhi sinyal antarsel saraf, serta senyawa kimia dan pembuluh darah di otak.

Selain dejavu dan sakit kepala, migrain juga dapat menimbulkan keluhan lain, seperti perubahan suasana hati, leher kaku, sensitif terhadap cahaya, serta mual dan muntah.

7. Skizofrenia

Dejavu juga dapat terjadi akibat skizofrenia. Kondisi ini mengacu pada gangguan mental berat yang dapat memengaruhi cara seseorang dalam berpikir, berperilaku, mengekspresikan emosi, memandang realitas, dan berkomunikasi.

Penderita skizofrenia dapat mengalami dejavu yang lebih lama dan lebih intens, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Penanganan Dejavu

Sebagian besar dejavu biasanya memang tidak membutuhkan pengobatan khusus. Namun, apabila dejavu telah mengganggu aktivitas sehari-hari, serta disebabkan oleh beberapa kondisi medis di atas, penanganan dari dokter memang diperlukan.

Penanganan yang akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi dejavu biasanya mencakup kombinasi dari obat-obatan dan terapi. Berikut ini adalah penjelasannya:

Obat-obatan

Obat-obatan digunakan untuk menangani dejavu akibat kondisi medis tertentu, seperti skizofrenia. Beberapa obat yang akan digunakan adalah obat antipsikotik, seperti fluphenazine, haloperidol, risperidone, dan clozapine.

Terapi perilaku kognitif 

Terapi perilaku kognitif adalah salah satu jenis psikoterapi yang dapat membantu mengubah pola pikir yang salah akibat dejavu. Melalui terapi ini, orang yang mengalami dejavu akan belajar cara untuk mengontrol dan mengelola keluhan dengan lebih baik, serta mencegah kekambuhan.

Deep brain stimulation

Jika dejavu disebabkan oleh epilepsi dan tidak membaik dengan pengobatan sebelumnya, dokter dapat merekomendasikan terapi deep brain stimulation.

Terapi ini dilakukan untuk menyeimbangkan sinyal listrik di dalam otak dengan cara mengalirkan listrik pada tegangan tertentu. Dengan begitu, gejala dejavu akibat epilepsi dapat berkurang.

Ketika mengalami dejavu, Anda tidak perlu merasa khawatir karena perasaan familier ini merupakan hal yang normal terjadi. Namun, jika dejavu terjadi beberapa kali dalam sebulan, bahkan disertai dengan beberapa gejala yang sudah disebutkan di atas, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.

Dengan demikian, dokter dapat memastikan penyebab dan memberikan penanganan yang sesuai untuk dejavu yang Anda alami.