Emotional baggage mengacu pada trauma emosional yang terpendam sejak lama dan belum terselesaikan dengan baik. Beban emosional ini terjebak dalam pikiran dan memengaruhi sikap seseorang di masa kini. Meski terkadang sulit diatasi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terlepas dari emotional baggage.

Hampir setiap orang pernah mengalami peristiwa yang menyakitkan atau traumatis dalam hidupnya. Trauma atau emosi yang belum terselesaikan tidak hilang begitu saja. Ketika ada emosi yang tidak diakui atau diterima, itu bisa “terperangkap” di dalam pikiran untuk waktu yang lama. Kondisi ini disebut juga emotional baggage.

Emotional Baggage, Beban Emosional yang Terpendam Lama - Alodokter

Ironisnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki emotional baggage. Padahal, trauma ini bisa memengaruhi banyak hal, seperti reaksi terhadap tekanan mental, cara mengelola stres, hubungan dengan orang lain, hingga kesehatan fisik.

Penyebab Emotional Baggage

Emotional baggage atau beban emosional yang terpendam bertahun-tahun bisa meliputi rasa sakit hati, dendam, atau sedih yang mendalam. Beberapa contoh trauma masa lalu yang bisa menjadi penyebab timbulnya emotional baggage meliputi:

  • Kekerasan, termasuk kekerasan fisik, mental, emosional, atau seksual
  • Penelantaran anak
  • Kehilangan orang yang dicintai
  • Perpisahan dengan orang tua
  • Toxic relationship atau bertahan dalam hubungan tidak sehat dalam waktu yang lama
  • Gagal menikah

Beberapa Tanda Emotional Baggage

Orang yang memiliki emotional baggage biasanya selalu menunjukkan sikap menyalahkan diri sendiri, selalu cemas, bahkan menarik diri dari kegiatan sosial. Namun, ada juga yang justru sering melemparkan kesalahan pada orang lain.

Selain itu, beberapa ciri-ciri seseorang memiliki emotional baggage, yaitu:

  • Memiliki masalah kepercayaan atau trust issue
  • Sulit membangun komitmen hubungan dengan orang baru
  • Mengalami ketakutan berlebih atau paranoid bahwa trauma di masa lalu akan terjadi lagi
  • Sering memikirkan hal-hal buruk hingga muncul perasaan frustrasi atau marah yang ditujukan pada diri sendiri, pasangan saat ini, teman, atau keluarga

Tips Terlepas dari Emotional Baggage

Emotional baggage yang tidak disadari dan dibiarkan begitu saja bisa berdampak pada kesehatan diri dan perilaku seseorang dalam menjalani suatu hubungan, baik hubungan asmara maupun persahabatan. Biasanya, orang yang memiliki beban emosional cenderung lebih sulit menjalin hubungan baik dengan orang lain.

Oleh karena itu, penting untuk melepaskan diri dari emotional baggage. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan:

1. Mengakui dan menyadari perasaan sendiri

Disadari atau tidak, banyak orang yang sering menyembunyikan perasaan, misalnya rasa sedih, kesal, atau marah. Ini bisa jadi karena orang tersebut terbiasa atau terpaksa untuk memendamnya.

Sebagai contoh, kebiasaan orang tua yang memaksa atau meneriaki anaknya agar berhenti menangis saat anak tantrum. Kebiasaan ini bisa membuat anak merasa takut atau malu untuk mengungkapkan perasaannya dan terbiasa memandamnya hingga ia dewasa.

Nah, langkah pertama agar bisa terlepas dari emotional baggage adalah dengan mengakui semua perasaan yang dialami dan cobalah untuk memahaminya. Melalui cara ini, nantinya Anda terbiasa “mencerna” perasaan secara perlahan.

2. Menyalurkan emosi dan jangan menyangkalnya

Guna melepaskan emotional baggage, penting untuk membiarkan emosi yang telah lama dipendam muncul kembali tanpa menyangkal perasaan tersebut. Tidak apa-apa bila Anda merasa membutuhkan waktu untuk meresapi emosi tersebut, “rayakanlah” dengan cara Anda sendiri.

Sama seperti perasaan senang, sedih, marah, atau kecewa boleh Anda rayakan atau salurkan dengan cara yang sehat dan nyaman bagi Anda, misalnya menangis di kamar, berteriak di atap gedung, memukul samsak saat mencoba olahraga tinju, atau mandi air hangat untuk menenangkan pikiran.

3. Menemukan strategi pengalihan yang tepat

Setelah mengenali emosi dan menyalurkannya dengan tepat, Anda akan lebih tenang dan mampu mencari strategi pengalihan atau coping mechanism yang tepat, misalnya, menulis jurnal, membaca buku, mendengarkan podcast, atau pergi berlibur.

Melalui coping mechanism, pikiran Anda pun bisa lebih terbuka untuk mengidentifikasi akar masalah yang sedang dialami, menerima segala perasaan, dan mencoba berdamai dengan diri sendiri.

4. Melakukan meditasi

Bersikap diam atau melamun adalah cara ampuh untuk memahami pikiran dan perasaan yang sedang dialami. Menurut beberapa riset, melamun memang bisa mengaktifkan bagian otak tertentu agar bisa tenang dan rileks. Nah, Anda bisa melakukan meditasi untuk mendapatkan manfaat ini.

Selain meditasi, Anda juga bisa sekadar duduk diam di alam terbuka, mendengarkan musik yang menenangkan, atau melakukan afirmasi positif berulang pada diri sendiri.

Pada intinya, tidak hanya perasaan senang, penting juga untuk mengatasi segala perasaan sedih atau sakit hati agar tidak terjebak dalam emotional baggage. Namun, orang yang tertekan memang cenderung fokus pada masalah, bukan mengenali perasaan mereka.

Oleh karena itu, bila Anda merasakan ciri emotional baggage dan sulit mengelola luka batin sendirian, jangan ragu berkonsultasi ke psikolog. Dengan begitu, eksplorasi yang mendalam dapat dilakukan dan penanganannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan Anda.