Enuresis adalah istilah medis dari mengompol, yaitu ketidakmampuan dalam mengendalikan keluarnya urine sehingga buang air kecil terjadi di tempat yang tidak diinginkan. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak usia di bawah 7 tahun. Meski begitu, enuresis juga dapat terjadi pada remaja atau orang dewasa.
Enuresis juga disebut sebagai inkontinensia urine. Enuresis normal terjadi pada bayi dan balita karena mereka belum terbiasa buang air kecil di toilet. Kondisi ini juga akan berhenti begitu mereka terlatih sehingga tidak perlu begitu dikhawatirkan.
Meski begitu, enuresis pada anak yang sudah lebih besar dan orang dewasa bisa terjadi karena masalah kesehatan atau psikologis sehingga perlu diberi perhatian. Konsultasi dengan dokter perlu dilakukan jika enuresis terjadi berulang-ulang dan sering.
Penyebab Enuresis
Kandung kemih berfungsi untuk menampung urine yang dihasilkan ginjal. Kandung kemih akan membesar seiring bertambahnya urine yang masuk dan mengecil untuk mendorong urine keluar saat seseorang buang air kecil.
Normalnya, saraf di dinding kandung kemih akan mengirim sinyal ke otak jika kandung kemih sudah penuh. Selanjutnya, otak mengirim pesan ke kandung kemih untuk menahan urine keluar sampai orang tersebut siap buang air kecil di kamar mandi.
Pada enuresis, salah satu proses di atas mengalami masalah sehingga orang yang mengalaminya mengompol.
Berikut adalah penyebab enuresis yang dibagi berdasarkan usia penderitanya:
Enuresis pada anak-anak
Enuresis pada anak dapat terjadi akibat kondisi fisik atau psikologis yang sedang dialami. Ada dua jenis enuresis pada anak, yaitu enuresis primer dan sekunder.
Enuresis primer terjadi karena anak belum pernah bisa mengontrol kandung kemihnya. Sementara itu, enuresis sekunder terjadi setelah anak berhasil tidak mengompol selama 6 bulan atau beberapa tahun.
Berikut ini adalah penyebab enuresis pada anak-anak berdasarkan jenisnya tersebut:
1. Penyebab enuresis primer:
- Ukuran kandung kemih yang masih kecil
- Perkembangan saraf kandung kemih yang belum sempurna
- Minum terlalu banyak sebelum tidur pada sore dan malam hari
- Tidak buang air kecil sebelum tidur
- Terlalu mengantuk atau lelah sehingga tidak terbangun saat kandung kemih penuh
- Kebiasaan untuk menahan keinginan buang air kecil
2. Penyebab enuresis sekunder:
- Stres berat, termasuk stres akibat belajar berkemih di toilet (toilet training) yang dipaksakan atau dimulai pada usia yang terlalu dini
- Infeksi saluran kemih
- Diabetes
- Gangguan hormon antidiuretik (ADH), yaitu hormon yang berfungsi untuk menurunkan produksi urine
- Sleep apnea
- Gangguan enuresis yang diturunkan dari orang tua
- Sembelit atau konstipasi
- Cedera pada saraf tulang belakang, misalnya akibat berolahraga atau kecelakaan
- Kelainan struktur saluran kemih, seperti kelainan katup lubang saluran kemih bagian luar (uretra) atau saluran ureter yang lebih dari dua (ectopic ureter)
- Kelainan pada saraf otak, seperti cerebral palsy
Enuresis pada orang dewasa
Kebanyakan enuresis pada orang dewasa terjadi karena masalah fisik, tetapi terkadang juga psikologis. Beberapa hal yang bisa menyebabkan enuresis pada orang dewasa antara lain:
- Gangguan hormon antidiuretik (ADH), sehingga ginjal menghasilkan lebih banyak urine
- Penyumbatan pada uretra
- Otot kandung kemih yang terlalu tegang, sehingga mendorong urine keluar dari kandung kemih (overactive bladder)
- Penggunaan obat-obatan, antara lain obat tidur atau antipsikotik (seperti clozapine dan risperidone)
- Sembelit kronis
- Diabetes melitus
- Penonjolan organ panggul yang menekan kandung kemih
- Infeksi saluran kemih
- Batu kandung kemih
- Pembesaran prostat
- Kanker kandung kemih atau prostat
- Infeksi cacing kremi
- Kejang
- Multiple sclerosis
- Penyakit Parkinson
- Stres
Faktor risiko enuresis
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami enuresis, yaitu:
- Berusia kanak-kanak
- Berjenis kelamin laki-laki
- Mengalami stres atau gangguan kecemasan
- Memiliki anggota keluarga yang pernah atau sedang mengalami enuresis
- Menderita ADHD
Gejala Enuresis
Gejala yang umum terjadi pada penderita enuresis adalah mengompol berulang kali, setidaknya 2 kali seminggu selama sekitar 3 bulan, disertai pakaian yang sering kali basah.
Jika mengompol terjadi akibat kondisi medis tertentu, gejala yang akan dirasakan penderitanya antara lain:
- Nyeri saat buang air kecil
- Perubahan warna pada urine
- Konstipasi
- Aliran urine yang lemah
Kapan harus ke dokter
JIka enuresis terjadi lebih dari satu kali dan sering, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter, terutama jika enuresis:
- Terjadi setelah anak berusia 7 tahun atau setelah beberapa bulan tidak mengompol
- Diikuti nyeri saat urine keluar, atau urine berwarna kemerahan
- Disertai keluhan lain, seperti mendengkur, haus yang berlebihan, tinja keras, gangguan keseimbangan, atau gangguan saat bergerak
- Disertai dengan cemas dan gangguan tidur
Diagnosis Enuresis
Diagnosis diawali dengan tanya jawab terkait gejala yang dialami, gaya hidup, dan riwayat kesehatan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh guna mendeteksi kondisi lain yang mungkin menyebabkan enuresis.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes urine (urinalisis), untuk memeriksa apakah enuresis disebabkan oleh infeksi, diabetes, atau efek samping obat
- Foto Rontgen, USG, atau MRI pada area perut, untuk melihat kondisi ginjal, kandung kemih, dan struktur saluran urine
Pengobatan Enuresis
Pada sebagian besar kasus, enuresis pada anak sembuh dengan sendirinya seiring kemampuannya untuk mengontrol kandung kemih berkembang. Untuk menurunkan kemungkinan mengompol, orang tua bisa melakukan hal-hal ini:
- Membatasi asupan cairan pada malam hari
- Mendorong anak untuk lebih sering berkemih, setidaknya tiap 2 jam, terutama sebelum tidur atau jika terbangun dari tidur
- Menghindari konsumsi makanan atau minuman berkafein
Jika upaya-upaya di atas belum dapat meredakan enuresis dan anak sulit atau tidak mau belajar, dokter akan melakukan terapi untuk mengubah perilaku anak. Terapi ini dilakukan dengan:
-
Memberikan alarm yang dapat berbunyi saat anak mengompol
Terapi ini bertujuan meningkatkan respons tubuh bila kandung kemih penuh, terutama pada malam hari. Terapi ini cukup efektif dalam mengurangi frekuensi mengompol.
-
Melatih kandung kemih (bladder training)
Dalam teknik ini, anak dijadwalkan berkemih di kamar mandi dengan jeda waktu yang makin lama makin ditingkatkan. Tujuannya adalah untuk membantu meregangkan ukuran kandung kemih, serta agar anak terbiasa menahan buang air kecil lebih lama.
-
Memberikan imbalan
Dokter dapat menyarankan orang tua untuk memberikan imbalan kepada anak setiap kali ia berhasil mengendalikan kandung kemih dan tidak mengompol.
Sementara itu, dokter dapat memberikan obat untuk mengatasi enuresis pada orang dewasa atau pada anak yang tidak membaik dengan cara di atas. Obat-obat tersebut antara lain:
- Obat untuk menurunkan produksi urine pada malam hari, seperti desmopressin. Namun, obat ini tidak dianjurkan jika terdapat keluhan selain mengompol.
- Obat pelemas otot kandung kemih, untuk diberikan kepada anak yang memiliki kandung kemih kecil. Obat ini berfungsi mengurangi kontraksi dinding kandung kemih dan memperbesar kapasitasnya. Contoh obat yang digunakan adalah imipramine.
Pemberian obat di atas juga bisa dikombinasikan dengan psikoterapi, terutama jika enuresis disebabkan oleh masalah psikologis. Jika enuresis disebabkan oleh penyakit lain, dokter akan mengatasi kondisi tersebut terlebih dahulu.
Sementara itu, pada enuresis yang disebabkan oleh kelainan pada struktur saluran kemih, dokter bisa melakukan prosedur bedah.
Komplikasi Enuresis
Enuresis dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berikut:
- Masalah psikologis, yaitu munculnya rasa malu dan bersalah yang menurunkan kepercayaan diri
- Kehilangan kesempatan untuk beraktivitas bersama orang lain, seperti menginap di rumah teman atau berkemah
- Ruam atau infeksi jamur di bagian dubur atau kelamin karena area tersebut sering basah
Pencegahan Enuresis
Tidak semua kasus enuresis dapat dicegah, terutama jika enuresis disebabkan oleh kelainan struktur saluran kemih. Pada kondisi tersebut, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menjalani pemeriksaan ke dokter segera setelah gejala muncul agar penyebab enuresis dapat segera ditangani.
Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam mengajarkan anak berkemih. Orang tua disarankan untuk bersikap positif dan bersabar dalam mengajarkan anak. Hal ini guna mencegah timbulnya perilaku negatif yang mungkin muncul pada anak ketika berkemih.