Gangguan bicara adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan mengucapkan kata, membentuk kalimat, atau mengeluarkan suara dengan jelas, sehingga komunikasi sehari-hari menjadi terhambat. Kondisi ini bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa, dan perlu ditangani dengan tepat agar tidak memburuk.
Gangguan bicara tidak hanya terjadi pada anak yang terlambat berbicara, tetapi juga dapat muncul secara tiba-tiba pada orang dewasa akibat stroke, kecelakaan, atau gangguan saraf. Sayangnya, banyak orang yang masih menganggap keterlambatan atau gangguan bicara akan membaik dengan sendirinya, meskipun di sisi lain hal ini juga bisa menurunkan rasa percaya diri.

Padahal, gangguan bicara memerlukan penanganan khusus agar kemampuan komunikasi dapat berkembang optimal maupun kembali seperti semula. Langkah awal yang bisa diambil adalah mengenali tanda gangguan bicara sejak awal dan mencari pertolongan profesional lebih cepat.
Jenis-Jenis Gangguan Bicara dan Cirinya
Gangguan bicara bisa dikenali dari sejumlah gejala khas. Penderitanya mungkin berbicara dengan suara yang tidak terdengar jelas, sering tersendat, atau kesulitan merangkai kata menjadi kalimat utuh. Beberapa orang juga terdengar “cadel,” terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak mampu mengucapkan bunyi tertentu dengan tepat.
Ciri-ciri ini bervariasi tergantung jenis dan penyebab gangguannya. Berikut jenis-jenis gangguan bicara yang paling sering terjadi beserta penjelasan sebab dan akibatnya:
1. Disartria
Terjadi karena gangguan pada saraf atau otot yang mengatur gerakan mulut, lidah, dan pita suara. Akibatnya, ucapan terdengar cadel, pelan, atau berat. Disartria sering dialami setelah stroke, cedera otak, atau penyakit yang melemahkan otot seperti penyakit Parkinson.
2. Apraksia bicara
Gangguan bicara ini disebabkan oleh gangguan pada otak bagian yang mengatur koordinasi gerak bicara. Pada apraksia bicara, otot mulut sebenarnya normal, tetapi otak kesulitan mengatur urutan gerakan yang tepat untuk mengucapkan kata. Akibatnya, ucapan terdengar tersendat atau terputus-putus, seolah-olah penderita “lupa” cara mengucapkannya.
3. Gagap
Umumnya, gagap terjadi karena kombinasi faktor genetik dan saraf yang memengaruhi koordinasi antara berpikir dan mengucap. Tekanan psikologis, seperti cemas atau gugup, dapat memperberat atau memicu gangguan kelancaran bicara sementara. Perlu diingat, gagap bukan disebabkan oleh kurangnya niat berbicara, tetapi oleh gangguan ritme alami saat otak mengatur gerakan bicara.
4. Gangguan artikulasi
Gangguan bicara ini terjadi karena kesulitan mengontrol gerakan mulut dan lidah untuk melafalkan huruf tertentu, misalnya “r” atau “s.” Penyebabnya bisa berupa kebiasaan berbicara yang salah sejak kecil atau adanya kelainan bentuk mulut dan gigi. Akibatnya, ucapan terdengar “blepotan” atau sulit dimengerti.
5. Afasia
Afasia disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang mengatur bahasa, sering kali akibat stroke, tumor, atau cedera kepala. Kondisi ini membuat penderita sulit menemukan kata, memahami pembicaraan, atau menyusun kalimat dengan benar, meskipun kemampuan berpikirnya masih utuh.
6. Mutisme
Mutisme adalah kondisi saat seseorang sama sekali tidak mau atau tidak bisa berbicara dalam hampir semua situasi, meski secara fisik tidak ada gangguan pada organ tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan suara dan bahasa. Terkadang, penderita gangguan bicara ini hanya mengalami sulit bicara ketika harus berhadapan dengan khalayak ramai, tetapi masih bisa berbicara pada kondisi berbicara antar pribadi. Kondisi ini disebut mutisme selektif.
Gangguan bicara mutisme umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak, tetapi bisa juga bisa dialami oleh remaja dan orang dewasa. Kondisi ini biasanya terjadi karena trauma psikologis, depresi, atau gangguan kecemasan berat.
7. Disfonia spasmodik
Ini adalah gangguan pada pita suara yang disebabkan oleh masalah pada otot-otot laring atau pita suara. Akibatnya, suara terdengar tegang, terputus-putus, atau parau. Gangguan ini biasanya muncul secara perlahan dan bisa memburuk jika tidak ditangani.
8. Developmental verbal apraxia
Developmental verbal apraxia adalah gangguan saraf pada anak yang membuat mereka kesulitan mengkoordinasikan gerakan otot untuk berbicara. Kata-kata yang diucapkan bisa terdengar tidak jelas, urutannya salah, atau sulit dimengerti. Kondisi ini bukan karena kelemahan otot, melainkan kesulitan otak dalam merencanakan gerakan mulut, rahang, atau lidah saat berbicara.
Penyebab Gangguan Bicara
Penyebab gangguan bicara dapat berbeda pada setiap orang. Beberapa muncul sejak lahir, sedangkan lainnya terjadi akibat penyakit atau trauma tertentu. Berikut penyebab yang paling sering ditemukan:
1. Gangguan perkembangan
Pada anak, gangguan bicara bisa muncul akibat keterlambatan perkembangan otak atau sistem saraf. Misalnya, anak dengan autisme, disabilitas intelektual, atau sindrom genetik seperti sindrom fragile X memiliki kemampuan berbahasa yang terlambat. Karena proses pemrosesan bahasa di otak terganggu, anak sulit memahami atau meniru kata dengan benar.
2. Gangguan saraf dan otot
Stroke, cerebral palsy, penyakit Parkinson, dan cedera otak dapat mengganggu saraf yang mengendalikan otot bicara. Akibatnya, otot mulut dan lidah tidak bergerak seirama, sehingga ucapan terdengar tidak jelas atau lambat.
3. Kelainan struktur mulut
Bibir sumbing, langit-langit tidak sempurna, atau lidah pendek (ankyloglossia) dapat berkontribusi pada kesulitan mengucapkan bunyi tertentu, seperti /l/ atau /th/, pada sebagian anak. Tidak semua kasus memengaruhi kemampuan bicara, sehingga evaluasi oleh dokter atau terapis wicara diperlukan sebelum mempertimbangkan tindakan medis.
4. Faktor psikologis
Tekanan emosional, seperti stres berat, rasa cemas, atau pengalaman traumatis, dapat memengaruhi koordinasi bicara. Otak menjadi tegang dan kehilangan ritme alami dalam berbicara, menyebabkan gangguan kelancaran bicara sementara, misalnya pada gagap.
5. Gangguan pendengaran
Anak yang tidak dapat mendengar dengan baik kesulitan meniru suara yang didengarnya. Akibatnya, proses belajar bicara terganggu, dan anak cenderung memiliki artikulasi yang tidak jelas.
6. Riwayat keluarga
Faktor genetik dapat meningkatkan risiko gangguan bicara. Bila orang tua atau saudara kandung mengalami kondisi serupa, anak lebih berisiko mengalami keterlambatan atau kesulitan berbicara karena pola perkembangan bahasa yang diwariskan.
Kadang, penyebab gangguan bicara bisa bersifat campuran atau tidak diketahui tanpa pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter atau terapis wicara.
Penanganan Gangguan Bicara
Gangguan bicara bisa ditangani dengan lebih baik jika dikenali sejak dini. Langkah-langkah berikut dapat membantu proses pemulihan dan peningkatan kemampuan bicara:
- Periksakan diri atau anak ke dokter atau terapis wicara untuk evaluasi awal dan pemeriksaan pendengaran serta fungsi saraf
- Jalani terapi wicara secara rutin agar pengucapan lebih jelas dan lancar
- Ajak penderita berbicara dengan tenang dan sabar tanpa menekan atau mempermalukan
- Ciptakan suasana komunikasi yang positif di rumah, misalnya dengan membacakan buku atau mengajak anak bercerita
- Lakukan latihan sederhana seperti mengulang kata, membaca nyaring, atau berbicara di depan cermin
- Gunakan alat bantu dengar jika disarankan dokter pada penderita dengan gangguan pendengaran
- Ikuti pengobatan atau operasi bila gangguan disebabkan oleh kelainan struktur mulut atau gangguan saraf
- Hindari menegur atau menertawakan penderita ketika ia salah bicara, karena dapat menurunkan rasa percaya diri
- Libatkan keluarga, guru, atau teman dalam mendukung latihan bicara agar hasilnya lebih cepat terlihat
Segera konsultasikan ke dokter jika Anda, anak, atau keluarga menunjukkan tanda-tanda gangguan bicara. Penanganan yang cepat dapat membantu mengembalikan kemampuan bicara, sehingga komunikasi dengan orang lain berlangsung optimal.
Jika membutuhkan saran atau masih bingung apa yang harus dilakukan saat mendapati gejala gangguan bicara, Anda dapat menggunakan fitur Chat Bersama Dokter di aplikasi Alodokter. Namun, bila gangguan bicara terjadi mendadak setelah cedera kepala atau stroke, segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan darurat.