Anak yang melakukan gerakan tutup mulut tentu membuat orang tua bingung, apalagi anak sudah memasuki usia yang memerlukan banyak nutrisi bagi tumbuh kembangnya. Namun, jangan putus asa ya Bun, karena ada beragam cara untuk mengatasinya.

Gerakan tutup mulut (GTM) sering terjadi ketika anak sedang disapih atau memasuki fase pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Pada periode ini, anak kerap menolak makan dengan menutup mulut, menyembur makanan, atau melepehnya.

Gerakan Tutup Mulut pada Anak, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya - Alodokter

Perilaku menutup mulut yang dilakukan anak tersebut tentu membuat orang tua khawatir, terlebih jika sampai memengaruhi berat badan anak.

Penyebab Gerakan Tutup Mulut pada Anak

Berbagai hal bisa menjadi penyebab anak melakukan gerakan tutup mulut. Berikut ini adalah beberapa alasannya:

1. Takut mencoba makanan baru

Sebagian anak mungkin pernah merasa takut ketika harus mencicipi makanan baru. Ini wajar terjadi karena anak memerlukan waktu untuk mengenal makanan baru sebelum berani mencobanya. Kondisi ini dapat berlangsung dalam hitungan minggu atau bulan.

2. Kebiasaan menonton video sambil makan

Membiarkan anak nonton video melalui gadget selama waktu makan bukanlah hal yang baik. Meski cara ini dianggap bisa membuat anak tenang, tetapi kebiasaan tersebut justru bisa menyebabkan anak lebih tertarik pada video yang diputar dibandingkan mengonsumsi makanan yang disajikan.

3. Sedang mengalami tumbuh gigi

Tumbuh gigi juga bisa menjadi salah satu penyebab umum anak tidak mau membuka mulutnya. Ini karena proses tumbuhnya gigi menimbulkan rasa sakit dan gusi bengkak, sehingga anak tidak nyaman ketika harus mengunyah makanan.

4. Lelah mengunyah

Anak yang memasuki usia 6 bulan akan menunjukkan berbagai perubahan, seperti duduk sendiri, mulai mengoceh, dan aktif mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Peningkatan aktivitas ini tidak jarang membuatnya lelah, bahkan tidak mau mengonsumsi makanan.

5. Tidak menyukai santapan

Anak kerap menilai makanan dari tekstur, warna, atau rasanya. Ada yang menyukai makanan gurih dan ada pula yang menyukai rasa asam manis.

Faktor sensitivitas anak inilah yang bisa memicu gerakan tutup mulut, karena anak cenderung menolak makanan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Kondisi ini bisa pula muncul akibat pengenalan tekstur makanan yang tidak sesuai aturan MPASI berdasarkan usia anak.

Sebagai contoh, anak usia 9 bulan seharusnya beralih dari konsumsi makanan bertekstur kasar menjadi cincang halus. Pergantian tekstur yang tidak dilakukan secara perlahan dan rutin bisa saja membuat anak tidak mau makan makanan cincang.

6. Makan banyak camilan

Di tengah masa pertumbuhan anak, orang tua tentu ingin memberikan asupan terbaik. Namun, tidak jarang keinginan ini justru membuat anak kehilangan nafsu makan karena sudah kenyang dengan susu, jus, atau camilan yang diberikan di luar jam makan dan jumlahnya terlalu banyak.

Akibat banyak makan camilan di luar waktu jam makan utama, anak menjadi tidak mau membuka mulutnya ketika waktu makan tiba.

7. Kondisi medis tertentu

Gerakan tutup mulut juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan tertentu. Misalnya, ketika bayi mengalami sembelit, perut yang terasa kembung membuat anak kehilangan nafsu makan.

Selain itu, beberapa kondisi lain, seperti sakit tenggorokan, infeksi, dan gangguan menelan (disfagia) juga dapat menyebabkan gerakan tutup mulut pada anak.

Cara Terbaik Mengatasi Gerakan Tutup Mulut pada Anak

Gerakan tutup mulut tentu menjadi tantangan bagi orang tua. Kekhawatiran akan asupan nutrisi anak yang tidak terpenuhi membuat orang tua perlu menerapkan berbagai cara untuk mangatasi GTM.

Berikut ini adalah beberapa cara terbaik untuk menghadapi anak yang malas atau mogok makan:

  • Buat jadwal makanan utama dan camilan yang teratur, yaitu 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan ringan atau camilan.
  • Pastikan camilan tidak diberikan saat mendekati jam makan berikutnya dan tidak terlalu banyak agar anak belum kenyang ketika jadwal makan utamanya.
  • Ciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk makan, seperti makan bersama keluarga di meja makan.
  • Jangan memaksa anak untuk menghabisi makan, apalagi sampai memarahinya.
  • Batasi waktu makan anak, misalnya tidak lebih dari 30 menit. Jangan marahi anak bila ada sisa makanan. Biarkan ia menunggu waktu makan berikutnya serta mengenal lebih jauh rasa lapar dan kenyang.
  • Jangan biasakan anak makan sambil melakukan aktivitas lain, seperti bermain atau menonton video.
  • Sajikan makanan dalam porsi yang sesuai usianya atau tidak terlalu banyak.
  • Buatlah menu yang bervariasi untuk menarik minat anak.
  • Libatkan anak dalam proses menyiapkan makanan.
  • Biarkan anak menyentuh, menjilat, dan bermain dengan makanan sebagai proses belajar.
  • Beri kesempatan anak untuk makan sendiri, tetapi selalu pantau dan hanya beri bantuan jika diperlukan.

Kunci dari keberhasilan mengatasi anak yang sedang melakukan GTM adalah kesabaran dan kerja sama orang tua. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika Bunda meminta bantuan Ayah atau anggota keluarga lain selama menghadapi Si Kecil yang mogok makan.

Gerakan tutup mulut adalah fase anak untuk berkembang, mengenal rasa lapar maupun kenyang, dan memilih makanan kesukaannya. Namun, Bunda perlu ingat bahwa fase GTM akan berlalu dan tidak akan berlangsung selamanya.

Namun, jika Bunda merasa tertekan ketika menghadapi Si Kecil yang melakukan gerakan tutup mulut atau ia tidak mau makan sama sekali sampai berat badannya turun, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.