Untuk mendiagnosis gonore, dokter akan menanyakan kepada pasien hal-hal terkait gejala yang dialaminya, seperti:

  • Sejak kapan gejala muncul
  • Aktivitas seksual yang dijalani
  • Kondisi lingkungan kerja atau rumah

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya di bagian kelamin. Jika diperlukan, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lanjutan berupa:

  • Pemeriksaan sampel cairan tubuh
    Dokter akan memeriksa sampel cairan dari bagian tubuh yang diduga terkena gonore, seperti cairan vagina, penis, anus, atau tenggorokan, untuk diperiksa di laboratorium. Tujuannya adalah untuk mendeteksi bakteri penyebab gonore.
  • Tes darah
    Meski jarang dilakukan, dokter dapat melakukan tes darah. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah infeksi sudah menyebar ke dalam darah.
  • Tes sensitivitas antibiotik
    Tes ini dilakukan bila antibiotik yang diberikan pada pasien sudah tidak efektif lagi. Tes ini akan membantu dokter untuk mencari antibiotik lain yang ampuh dalam mengobati gonore.

Selain beberapa pemeriksaan di atas, dokter juga dapat menjalankan tes untuk mendeteksi penyakit menular seksual lain, seperti chlamydia atau HIV, karena seseorang yang menderita gonore berisiko tinggi terkena penyakit tersebut.

Mengingat gonore pada wanita sering kali tidak bergejala, dokter akan menyarankan skrining gonore pada wanita yang berisiko tinggi terkena penyakit ini, seperti pekerja seks.

Ibu hamil juga perlu menjalani skrining penyakit gonore untuk memastikan bahwa ia tidak sedang menderita gonore. Hal ini untuk menghindari risiko gonore menular ke bayi yang dikandungnya pada waktu persalinan.