Hiperpnea adalah kondisi ketika pernapasan lebih dalam dan terkadang lebih cepat. Meski wajar terjadi ketika berolahraga, kondisi ini juga bisa muncul pada penyakit tertentu, salah satunya asma. Untuk meredakannya, ada langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan.

Hiperpnea adalah istilah medis yang mengacu pada kondisi seseorang ketika mengalami peningkatan volume pernapasan, baik yang disertai peningkatan kecepatan napas maupun tidak.

Hiperpnea, Penyebab dan Pertolongan Pertama yang Perlu Dilakukan - Alodokter

Saat mengalami hiperpnea, seseorang akan bernapas lebih dalam dibandingkan biasanya. Hal itu dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan oksigen dalam tubuh.

Berbagai Penyebab Hiperpnea

Ada beberapa hal atau kondisi yang bisa menyebabkan seseorang mengalami hiperpnea, yaitu:

1. Olahraga

Saat berolahraga, tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen. Kondisi ini membuat napas menjadi lebih cepat dan lebih dalam sehingga terjadilah hiperpnea.

2. Dataran tinggi

Bagi orang yang terbiasa tinggal di dataran rendah, akan rentan mengalami hiperpnea saat berada di dataran tinggi. Ini karena tekanan udara di dataran tinggi lebih rendah dan mengandung sedikit oksigen.

3. Asma

Saat asma, saluran napas akan menyempit sehingga tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini dapat memicu hiperpnea sebagai respons alami tubuh akibat asupan oksigen yang menurun.

4. Gangguan panik

Respons panik yang muncul karena suatu kejadian atau hal tertentu dapat memengaruhi saraf yang mengendalikan pernapasan, sehingga menyebabkan hiperpnea.

5. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menyebabkan penebalan pada saluran pernapasan, sehingga kadar oksigen di dalam tubuh menurun. Kondisi ini bisa membuat penderitanya bernapas lebih dalam dan cepat.

6. Anemia

Anemia ditandai dengan kurangnya sel darah merah yang sehat dalam tubuh, sehingga oksigen tidak tersalurkan dengan baik ke berbagai organ tubuh. Hal ini membuat tubuh meresponsnya dengan hiperpnea.

7. Asidosis

Asidosis metabolik atau penumpukan zat asam dalam darah, bisa dinetralkan dengan oksigen. Akibatnya, pernapasan makin dalam dan cepat agar tubuh bisa mendapatkan oksigen lebih banyak.

8. Gagal jantung

Gagal jantung dengan edema paru-paru terjadi akibat adanya penumpukan cairan di paru-paru. Kondisi ini membuat penderitanya sulit bernapas dan tubuh kekurangan oksigen, sehingga menimbulkan hiperpnea.

Selain berbagai penyebab di atas, hiperpnea juga mungkin terjadi pada penderita stroke, cedera kepala, maupun cedera di area leher dan dada.

Pada banyak kasus, hiperpnea tidak berbahaya jika terjadi karena pengaruh ketinggian maupun aktivitas fisik yang cukup berat, seperti olahraga atau mengangkat benda berat.

Namun, jika hiperpnea disertai gejala yang mengacu pada penyakit, biasanya diperlukan penanganan segera. Berikut ini adalah beberapa gejala yang perlu Anda waspadai:

  • Dada sesak
  • Nyeri di dada seperti ditusuk atau ditimpa benda berat
  • Rasa sakit di dada yang menyebar ke leher, punggung, atau lengan
  • Mulut membiru
  • Wajah dan kuku pucat
  • Napas berbunyi ‘ngik’ atau mengi
  • Luka terbuka di kepala, leher, atau dada
  • Pingsan

Langkah Pertolongan Pertama untuk Hiperpnea

Bila Anda melihat orang yang menunjukkan gejala hiperpnea, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama, yaitu:

  • Pindahkan orang tersebut ke tempat yang aman. Misalnya, bila ia di tengah jalan, bantu ia ke pinggir jalan yang bebas dari lalu lalang orang atau kendaraan.
  • Periksa jalan napas, pernapasan, dan denyut nadi orang tersebut.
  • Longgarkan pakaian yang ketat agar ia lebih mudah bernapas.
  • Bantu orang tersebut menggunakan obat atau alat medis yang biasa digunakannya. Misalnya, inhaler asma pada penderita asma atau tablet nitrat pada penderita penyakit jantung.
  • Pantau pernapasan dan denyut nadi orang tersebut setiap 5 menit.
  • Segera cari pertolongan medis bila semua cara di atas sudah diterapkan, tetapi kondisi orang dengan hiperpnea tidak membaik.

Selain itu, jika orang tersebut memiliki luka terbuka di leher, jangan menggerakkan lehernya, karena takut menjepit saraf di leher. Hindari memberikan makanan dan minuman karena ditakutkan menyumbat jalan napasnya.

Hiperpnea memang wajar terjadi ketika berolahraga atau berada di dataran tinggi. Namun, kondisi ini juga bisa disebabkan kondisi medis atau penyakit tertentu.

Bila Anda atau anggota keluarga Anda mengalami hiperpnea dan disertai tanda bahaya yang telah disebutkan sebelumnya, segeralah periksakan diri Anda atau kerabat Anda ke dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat.