Hipotermia di gunung adalah kondisi berbahaya yang dapat terjadi saat suhu tubuh turun drastis akibat paparan udara dingin ekstrem di pegunungan. Kondisi ini cukup sering dialami para pendaki di Indonesia dan bisa membahayakan nyawa jika tidak segera diatasi dengan benar.
Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya menghasilkan panas, sehingga suhu inti tubuh turun di bawah 35°C. Risiko terjadinya hipotermia di gunung bisa semakin tinggi karena suhu udara yang dingin di pegunungan, angin kencang, serta cuaca yang tidak menentu.
Risiko terjadinya hipotermia di gunung bisa dikurangi dengan persiapan yang baik. Namun, sayangnya, sarana dan prasarana mitigasi ketika hipotermia terjadi pada para pendaki masih cukup minim di Indonesia, padahal kondisi ini harus segera ditangani karena dapat mengancam keselamatan.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala, serta mengetahui penyebab dan cara pencegahan hipotermia agar pendakian tetap aman.
Gejala Hipotermia di Gunung
Agar bisa segera mengambil tindakan, kenali gejala hipotermia yang dapat muncul saat mendaki gunung. Berikut ini adalah beberapa gejala yang perlu diwaspadai:
- Tubuh menggigil
- Kulit tampak pucat dan dingin saat disentuh
- Ujung jari, hidung, atau bibir membiru (sianosis)
- Bingung dan sulit berkonsentrasi
- Kesulitan berbicara
- Tangan dan kaki terasa kaku, atau sulit digerakkan
- Detak jantung dan napas melambat
Pendaki gunung juga berisiko mengalami dehidrasi, terutama jika asupan cairan tidak tercukupi selama perjalanan. Dehidrasi bisa memperburuk kondisi tubuh, terutama jika terjadi bersamaan dengan hipotermia.
Dalam situasi darurat seperti ini, waktu menjadi hal yang sangat krusial. Pasalnya, semakin lama pertolongan diberikan, maka semakin tinggi risiko kondisi pendaki memburuk.
Oleh karena itu, mitigasi bencana dan infrastruktur pendukung, seperti shelter, pos evakuasi, hingga sistem komunikasi di jalur pendakian, perlu disiapkan secara matang untuk mempercepat penanganan.
Namun, perlu diingat, faktor alam dan cuaca ekstrem tetap bisa menjadi tantangan besar yang tidak selalu bisa dikendalikan, bahkan dengan persiapan terbaik sekalipun.
Penyebab Hipotermia di Gunung
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya hipotermia saat melakukan pendakian di gunung, antara lain:
1. Cuaca hujan dan berangin
Paparan hujan dan terpaan angin dingin pegunungan bisa meningkatkan risiko pendaki untuk terkena hipotermia.
Pasalnya, ketika pakaian dan kulit yang basah diterpa angin kencang pegunungan, hal itu bisa menyebabkan panas tubuh menguap lebih cepat dari permukaan kulit, sehingga tubuh pun semakin kedinginan dan berisiko mengalami hipotermia.
2. Pakaian tidak memadai
Mengenakan pakaian berbahan tipis atau tidak tahan angin sama saja seperti mengundang hawa dingin masuk ke tubuh. Soalnya, tanpa perlindungan yang tepat, panas tubuh tentu akan cepat hilang dan kamu pun rentan mengalami hipotermia di gunung.
3. Kurang asupan makanan dan minuman
Kurang makan atau minum saat di gunung juga bisa meningkatkan risiko kamu terkena hipotermia lho.
Karena layaknya sebuah mesin, tubuh juga membutuhkan ‘bahan bakar’ untuk bekerja dengan baik, termasuk menjaga suhu tubuh tetap hangat. Nah, ‘bahan bakar’ tersebut diperoleh dari konsumsi makanan dan minuman.
Kalau kamu kurang makan atau minum, tubuh akan kehabisan ‘bahan bakar’ lebih cepat. Akibatnya, kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas menurun dan risiko dehidrasi pun meningkat. Hal ini kemudian akan meningkatkan risiko kamu terkena hipotermia.
4. Kelelahan
Mendaki gunung sangat menguras tenaga, apalagi jika jalur yang ditempuh menanjak dan panjang. Akibatnya, tubuh pun jadi kelelahan.
Ketika kondisi ini terjadi, kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas akan menurun drastis. Efeknya, kamu jadi lebih mudah kedinginan, meskipun sudah mengenakan pakaian hangat.
5. Terlalu lama diam di satu tempat
Kamu juga bisa berisiko terkena hipotermia di gunung jika terlalu lama berdiam diri dalam posisi tertentu. Pasalnya, saat tidak banyak bergerak, tubuh tidak dapat memproduksi cukup panas sehingga suhu tubuh pun akan menurun.
Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memicu terjadinya hipotermia di gunung, terutama saat malam hari dimana udara semakin dingin.
Cara Mencegah Hipotermia di Gunung
Agar terhindar dari bahaya hipotermia saat di gunung, berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Kenakan pakaian berlapis
Langkah utama untuk melawan dingin dan mencegah terjadinya hipotermia di gunung adalah menggunakan pakaian berlapis. Namun, bukan asal tumpuk saja ya. Kamu juga perlu memilih bahan yang tepat agar cara ini dapat bekerja maksimal.
Untuk susunannya, mulailah dengan menggunakan pakaian yang menyerap keringat sebagai lapisan dalam. Setelah itu, lapisi dengan pakaian berbahan wol atau fleece, lalu tutup dengan jaket tahan dingin dan waterproof di bagian luar. Dengan begitu, tubuh pun akan tetap hangat dan kering meski cuaca di gunung berubah-ubah.
2. Gunakan pelindung kepala dan sarung tangan
Jangan remehkan perlengkapan kecil, seperti penutup kepala dan sarung tangan. Pasalnya, kedua barang ini adalah ‘senjata rahasia’ untuk menahan panas tubuh agar tidak cepat hilang melalui tangan dan kepala.
3. Konsumsi makanan dan minuman hangat
Selalu sediakan makanan tinggi energi, seperti cokelat atau kacang, dan minum air hangat saat di gunung. Soalnya, camilan dan minuman hangat akan membantu tubuh tetap berenergi dan menjaga suhu tubuh tetap stabil, sehingga kamu bisa terhindar dari hipotermia di gunung.
4. Hindari duduk langsung di tanah
Saat beristirahat, gunakan matras atau jaket tebal sebagai alas. Selain membuat duduk lebih nyaman, cara ini juga mencegah tubuh agar tidak langsung bersentuhan dengan tanah yang dingin dan membantu menjaga suhu tubuh tetap hangat selama di gunung. Dengan begitu, kamu pun tidak mudah kedinginan dan mengalami hipotermia di gunung.
5. Segera cari tempat berlindung saat cuaca buruk
Cuaca di gunung sering sulit di tebak. Oleh karena itu, begitu langit mulai gelap atau angin bertiup kencang, jangan paksakan perjalanan ya. Sebaliknya, segera dirikan tenda atau carilah pos terdekat untuk berlindung.
Dengan menjaga tubuh tetap kering dan terlindung dari terpaan cuaca ekstrem, kamu pun bisa menikmati pendakian dengan aman tanpa khawatir terkena hipotermia.
6. Jangan biarkan pakaian basah terlalu lama
Jika saat mendaki kamu kehujanan atau berkeringat banyak, segera ganti pakaian yang basah dengan yang kering ya. Mengganti pakaian yang basah ke kering bukan hanya membuat tubuh terasa lebih nyaman, tetapi juga bisa menjadi ‘tameng’ agar panas tubuh tidak cepat hilang dan risiko hipotermia bisa dihindari.
7. Ikuti panduan dari pemandu lokal
Bagi pendaki pemula atau yang belum mengenal medan di gunung dengan baik, penting untuk selalu mengikuti arahan dari pemandu gunung.
Jika kamu merasa tidak enak badan, kedinginan, atau menunjukkan tanda-tanda hipotermia maupun gejala lainnya, segera beri tahu guide. Mereka bisa membantu mengevaluasi kondisi dan memutuskan apakah kamu masih bisa melanjutkan perjalanan atau harus turun dan mencari pertolongan.
Koordinasi yang baik antara pendaki, pemandu, dan tim SAR serta tenaga medis lokal sangat penting untuk keselamatan bersama.
Itulah gejala, penyebab, dan cara mencegah hipotermia di gunung. Jika gejala hipotermia sudah terlanjur kamu atau rekan mendaki rasakan, segera lakukan pertolongan pertama. Misalnya, dengan mengganti pakaian basah, memberikan CPR atau minuman hangat, dan hangatkan tubuh dengan selimut darurat atau kantong tidur.
Namun, jika kondisi semakin memburuk dan disertai gejala hipotermia berat, misalnya detak jantung dan napas melambat, atau respons menurun, jangan ragu untuk turun gunung dan carilah pertolongan medis di pos terdekat atau hubungi petugas SAR.