Saat bayi batuk, banyak orang tua yang langsung memberikan obat batuk untuk bayi. Padahal, penggunaan obat batuk pada bayi tidak boleh sembarangan. Tidak semua obat batuk aman dan disarankan untuk diberikan pada bayi. Mari kenali obat batuk apa saja yang aman digunakan untuk bayi.

Batuk merupakan reaksi normal dan bentuk mekanisme tubuh untuk membersihkan lendir, kuman, dan kotoran dari saluran napas dan paru-paru. Batuk biasanya terjadi ketika tenggorokan, trakea, atau paru-paru mengalami iritasi, radang, atau infeksi.

Daftar Obat Batuk untuk Bayi yang Aman Dikonsumsi Si Kecil - Alodokter

Obat Batuk untuk Bayi yang Aman

Batuk pada bayi paling sering disebabkan oleh infeksi virus atau iritasi terhadap polusi atau kotoran, seperti debu dan asap, di udara. Batuk karena kedua hal tersebut biasanya akan reda dengan sendirinya.

Keluhan yang cukup sering terjadi ini sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan jika tidak disertai keluhan lain, seperti demam, sesak napas, dan bayi tampak lemas.

Batuk pada bayi cukup diatasi dengan memperbanyak asupan ASI dan istirahat. Namun, bila Si Kecil batuk disertai demam atau ia menjadi lebih rewel, memberikan obat batuk bayi bisa menjadi pilihan. Pertimbangkan untuk memberikan dua jenis obat berikut:

Obat pereda demam

Jenis obat pereda demam yang aman untuk bayi yaitu paracetamol dan ibuprofen. Untuk bayi, umumnya paracetamol dan ibuprofen tersedia dalam bentuk sirup. Namun pemberian kedua obat tersebut ada aturannya, yakni:

Paracetamol

Paracetamol bisa diberikan bila Si Kecil sudah berusia 2 bulan, dengan syarat ia dilahirkan setelah usia kehamilan 37 minggu dan beratnya sudah lebih dari 4 kg. Paracetamol bisa meredakan demam dan nyeri akibat radang di tenggorokan yang menyebabkan bayi batuk.

Pemberian paracetamol yang tepat adalah setiap 4–6 jam sekali, serta tidak lebih dari 4 kali pemberian dalam waktu 24 jam. Agar dosis paracetamol yang diberikan sesuai, gunakan pipet atau sendok obat pada botol yang sesuai dengan takarannya.

Terlalu banyak memberikan paracetamol dapat mengakibatkan kerusakan organ hati. Oleh karenanya, pastikan untuk selalu mematuhi anjuran dosis yang diberikan. Paracetamol cenderung lebih aman untuk saluran cerna bayi dibanding ibuprofen.

Ibuprofen

Ibuprofen dapat diberikan jika Si Kecil sudah berumur 3 bulan atau beratnya lebih dari 5 kg. Ibuprofen dapat mengurangi demam, nyeri, serta mengurangi peradangan.

Namun, pemberian ibuprofen sebaiknya tidak lebih dari 3 dosis dalam jangka waktu 24 jam dan jarak waktu saat memberikan obat ini juga jangan terlalu cepat (kurang dari 6 jam). Dibandingkan dengan paracetamol, ibuprofen cenderung membuat lambung bayi tidak nyaman, sehingga ia bisa mengalami efek samping berupa mual atau muntah.

Larutan saline

Jika batuk Si Kecil tidak disertai demam, Bunda dapat memberikan larutan saline yang bisa dibeli di apotek. Selain dalam bentuk tetes, saline yang merupakan larutan garam steril ini juga tersedia dalam bentuk semprot (spray).

Larutan saline berfungsi mengencerkan lendir yang kental, maupun membantu mengeluarkan dahak pada bayi, sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan, melegakan pernapasannya, serta melembapkan jalan napas akibat udara yang terlalu kering atau kotor. Dengan begitu, larutan saline bisa digunakan sebagai obat batuk berdahak bayi.

Bunda bisa meneteskan larutan saline ke lubang hidung bayi, lalu hisap lendir menggunakan alat hisap lendir yang bentuknya seperti pipet.

Perlu dipahami bahwa paracetamol, ibuprofen, dan larutan saline hanya digunakan untuk membuat bayi merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat hingga batuknya reda dengan sendirinya.

Bunda juga sebaiknya tidak memilih obat batuk untuk bayi atau orang dewasa yang beredar di pasaran, misalnya obat pengencer dahak atau pereda batuk, yang biasanya terdapat pada obat flu. Obat-obatan tersebut tidak aman dikonsumsi oleh anak berusia di bawah dua tahun, termasuk bayi.

Selain itu, penggunaan antibiotik juga tidak selalu dibutuhkan untuk mengobati batuk pada bayi. Antibiotik hanya digunakan jika batuk pada bayi disebabkan oleh infeksi bakteri.

Untuk menentukan apakah batuk pada bayi disebabkan oleh bakteri atau bukan dan menentukan jenis antibiotik apa yang cocok digunakan, perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh dokter.

Cara Alami Mengatasi Batuk pada Bayi

Selain pemberian obat batuk untuk bayi, batuk juga bisa diatasi dengan langkah-langkah sederhana berikut ini:

1.Memperbanyak asupan cairan

Memperbanyak cairan dapat mengurangi lendir dan membuat saluran pernapasan lebih lancar. Bayi di bawah 6 bulan hanya boleh diberi ASI. Oleh karena itu, berikanlah Si Kecil lebih banyak ASI ketika ia sedang batuk. Sementarai itu, bila Si Kecil berusia di atas 6 bulan, ia boleh diberikan air putih hangat diselingi dengan ASI.

2.Memanfaatkan uap air hangat

Udara lembab dapat membuat bagian dalam hidung terhindar dari kekeringan dan menjaganya tetap lembap, sekaligus melegakan saluran pernapasan.

Jika udara kering di sekitar tempat tidur bayi, gunakanlah humidifier untuk membuat udara di ruangan jadi lebih lembap. Jika tidak tersedia alat tersebut, uap yang berasal dari baskom berisi air hangat juga dapat melegakan pernapasan Si Kecil.

3.Memberikan madu

Madu bekerja dengan cara mengencerkan lendir dan meredakan batuk, serta membantu mengatasi infeksi pada saluran napas bayi. Khasiatnya hampir sama dengan obat batuk yang dijual di pasaran.

Berdasarkan penelitian, memberikan dua sendok teh madu (10 ml) pada anak usia 2 tahun yang menderita infeksi saluran napas bisa membuat frekuensi batuknya berkurang dan membantu anak agar dapat tidur lebih nyenyak.

Meski demikian, madu hanya disarankan diberikan pada anak di atas usia 1 tahun. Hindari memberikan madu pada bayi karena dapat menyebabkan botulisme, yaitu keracunan akibat bakteri Clostridium botulinum.

Batuk yang tidak membuat anak menjadi rewel atau tidak disertai keluhan lain sebetulnya bukanlah kondisi yang perlu diwaspadai.

Namun berhati-hatilah jika batuk pada bayi muncul bersama dengan keluhan lain, seperti demam tinggi, penurunan nafsu makan atau tidak mau menyusui, mengi, sesak napas, mual muntah, atau batuk tidak kunjung mereda dalam waktu lebih dari 7 hari.

Gejala-gejala tersebut bisa jadi disebabkan oleh pneumonia atau infeksi virus Corona (COVID-19). Jika bayi batuk muncul bersama keluhan-keluhan tersebut, sebaiknya periksakan ke dokter anak.