Ketika anak melakukan sebuah kesalahan, sebagian ibu sering kelepasan memarahi anak mereka tanpa sadar. Namun, tahukah Bunda ada dampak buruk yang bisa terjadi pada Si Kecil jika sering dimarahi?

Seiring bertambahnya usia anak, ada saja tingkah lakunya yang bisa menguji kesabaran. Terkadang, wajar bila satu atau dua tingkah membuat emosi Bunda jadi terpancing dan akhirnya memarahi anak, apalagi jika Si Kecil tidak bisa dinasihati dengan baik.

5 Dampak Sering Memarahi Anak - Alodokter

Akan tetapi, perlu diingat bahwa memarahi, meneriaki, atau mungkin mengumpat anak bukanlah solusi yang tepat. Alih-alih memahami nasihat ibunya, anak justru mengalami trauma psikis yang dapat mengganggu perkembangan mental dan kecerdasannya.

Dampak Sering Memarahi Anak

Jika sudah merasa emosi dan ingin marah, sebaiknya Bunda berusaha menahan amarah yang hendak keluar. Soalnya, banyak dampak buruk yang terjadi akibat sering memarahi anak, di antaranya:

1. Menjadi penakut dan tidak percaya diri

Saat anak melakukan kesalahan, bukan berarti Bunda harus langsung memarahi dan membentaknya, ya. Ketika Bunda marah, Si Kecil mungkin akan diam. Namun, ia diam karena merasa takut dan terancam.

Hal tersebut bisa menyebabkan Si Kecil menjadi pribadi yang penakut, lho, Bun. Selain itu, terlalu sering dimarahi juga bisa menurunkan rasa percaya diri lantaran Si Kecil merasa apa yang ia lakukan selalu salah di mata Bunda.

2. Mengganggu perkembangan otak anak

Bunda mungkin berpikir bahwa memarahi anak tidak akan berefek secara fisik seperti memukul. Namun, tahukah Bunda? Penelitian menyatakan bahwa perkembangan otak anak yang sering dimarahi bisa terhambat dan ukurannya menjadi lebih kecil dibanding rata-rata anak seusianya. Jadi, terlalu sering memarahi anak benar-benar bisa berdampak secara fisik.

Bagian otak yang paling terpengaruh adalah bagian yang memproses suara dan bahasa. Hal ini terjadi lantaran otak cenderung lebih mudah memproses informasi dan peristiwa negatif dibandingkan yang positif. Dengan kata lain, bagian otak ini menjadi “tumpul” karena lebih sering mencerna informasi negatif.

3. Mengalami depresi dan gangguan mental

Memarahi anak mungkin membuat Bunda merasa didengar atau dihargai. Namun, sebenarnya dengan dimarahi, anak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya atas dasar rasa takut, bukan karena menghargai. Ini bisa dikatakan seperti perilaku bully.

Selain rasa takut, anak juga bisa merasa tidak berharga, sedih, kecewa, dan terluka hatinya. Tentu saja ini berdampak buruk terhadap kesehatan mentalnya. Lama-kelamaan, dampak sering memarahi anak bisa membuatnya mengalami depresi.

Di kemudian hari, anak bisa saja mencari pelampiasan untuk meluapkan emosi negatifnya dengan merusak dirinya sendiri, misalnya menggunakan obat-obatan terlarang.

4. Menjadi sosok pemarah di kemudian hari

Ditempa dengan amarah secara terus-menerus bisa menyebabkan anak memiliki masalah mental dan perilaku di kemudian hari, misalnya anak bisa menjadi sosok yang lebih agresif. Selain itu, anak juga berpikir bahwa marah atau memaki adalah respons yang normal saat menghadapi masalah.

Jadi, anak akan meniru hal ini pula, baik pada teman, guru, atau orang di sekitarnya. Bahkan, anak mungkin saja jadi gemar berkelahi atau sering memukul bila sesuatu hal tidak berjalan sesuai keinginannya. Di masa depan, bukan tidak mungkin ia melakukan ini pada pasangan dan anaknya.

5. Sulit bergaul atau bersosialisasi

Tanpa disadari, dampak sering memarahi anak bisa membuatnya sulit bergaul atau bersosialisasi. Anak yang sering dimarahi mungkin menghindari pertemanan atau hubungan sosial dengan siapa pun, karena mereka takut dicela atau dihina oleh teman-temannya.

Ini artinya, anak akan sulit untuk memiliki hubungan pertemanan apalagi persahabatan yang lama. Padahal, menjalin pertemanan membawa banyak manfaat untuk kehidupan anak di masa depan, mulai dari meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi stres, hingga membuat anak percaya diri.

Tips agar Tidak Mudah Marah pada Anak

Agar tidak mudah marah pada anak, ada beberapa tips yang bisa Bunda terapkan nih, di antaranya:

  • Saat Si Kecil melakukan kesalahan, buatlah diri Bunda tenang dengan menarik napas yang dalam lalu hembuskan, dan ulangi beberapa kali.
  • Tanamkan di pikiran Bunda bahwa memarahi anak bukanlah solusi dari suatu masalah. Ingatlah bahwa kesalahan yang anak lakukan adalah proses pembelajaran untuknya.
  • Bila amarah Bunda memuncak, alihkan sejenak dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti mendengarkan lagu kesukaan.
  • Beri tahu Si Kecil tentang apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan dengan tenang tetapi tegas. Pastikan juga memberikan penjelasan yang mudah ia pahami.
  • Jangan lupa untuk selalu memercayai dan menghargai anak atas apa yang telah ia lakukan.

Dengan mengetahui dampak sering memarahi anak, mulai sekarang Bunda bisa berlatih untuk mengendalikan emosi, ya.

Memarahi anak sebenarnya bukanlah sesuatu yang sama sekali tidak diperbolehkan. Namun, Bunda harus mengetahui kapan waktunya marah serta batas untuk berhenti marah dan menunjukkan kasih sayang pada Si Kecil.

Bila ia melakukan kesalahan, memberikan hukuman ringan boleh saja. Namun, sebaiknya diimbangi juga dengan memberikan hadiah saat ia melakukan tindakan yang baik atau memperoleh prestasi.

Cobalah untuk bisa lebih tenang kala anak membuat keributan kecil. Bila setelah menerapkan tips-tips di atas Bunda tetap tidak bisa mengendalikan amarah saat menghadapi anak, ada baiknya Bunda berkonsultasi dengan psikolog.