Job hugging adalah kondisi ketika seseorang memilih bertahan di pekerjaan yang sama meskipun sudah tidak lagi merasa bahagia, berkembang, atau termotivasi. Tanpa disadari, kebiasaan ini dapat menimbulkan kelelahan dan tekanan emosional.

Pada generasi muda, seperti Gen Z dan Milenial, job hugging kerap muncul sebagai upaya mempertahankan kestabilan finansial dan rasa aman dalam bekerja, terutama ketika kondisi ekonomi dan pasar kerja terasa tidak menentu.

Job Hugging, Bertahan di Pekerjaan Meski Tak Bahagia - Alodokter

Jika dahulu loyalitas terhadap satu perusahaan dipandang sebagai nilai utama, kini bertahan di pekerjaan sering kali menjadi respons terhadap tekanan ekonomi, kebutuhan hidup, serta persaingan kerja yang semakin ketat.

Meski terlihat sebagai pilihan aman, job hugging bukanlah kondisi tanpa konsekuensi. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat berdampak pada kesejahteraan mental karyawan sekaligus memengaruhi produktivitas dan dinamika perusahaan.

Penyebab Job Hugging

Beberapa faktor yang mendorong terjadinya job hugging di kalangan profesional muda antara lain:

1. Ketidakpastian ekonomi dan pasar kerja

Kondisi ekonomi yang naik-turun dan sulitnya mencari pekerjaan baru membuat banyak orang memilih bertahan di pekerjaan saat ini. Akibatnya, mereka tetap berada di pekerjaan yang tidak memuaskan demi menjaga kestabilan finansial.

2. Takut gagal beradaptasi di lingkungan baru

Kekhawatiran tidak mampu menyesuaikan diri atau memenuhi ekspektasi di tempat kerja baru sering menjadi penghambat. Hal ini membuat karyawan enggan mengambil risiko perubahan, meskipun peluang baru mungkin lebih menjanjikan.

3. Tanggung jawab finansial

Beban hidup sehari-hari, cicilan, dan tanggung jawab keluarga menuntut stabilitas penghasilan. Sebagai akibatnya, banyak anak muda lebih memilih bertahan di zona nyaman daripada mencoba pekerjaan baru yang belum pasti.

4. Kurangnya kepercayaan diri

Keraguan terhadap kemampuan diri sendiri atau takut gagal saat menghadapi tantangan baru dapat menahan seseorang untuk berpindah pekerjaan. Dampaknya, mereka tetap berada di pekerjaan yang tidak lagi memuaskan, meski sadar potensinya tidak berkembang.

5. Tekanan sosial dan keluarga

Pandangan masyarakat atau keluarga yang menilai sering berpindah kerja sebagai tanda kurang loyal atau gagal karier sering menjadi tekanan tambahan. Tekanan sosial ini membuat tidak sedikit orang memilih bertahan pada pekerjaan tersebut untuk menjaga reputasi.

Dampak Negatif Job Hugging

Bertahan di pekerjaan yang tidak lagi memuaskan bisa menimbulkan dampak jangka panjang. Saat seseorang terus bekerja tanpa motivasi atau kepuasan, hal ini tidak hanya memengaruhi kondisi psikologisnya, tetapi juga kinerjanya sehari-hari.

Berikut dampak yang bisa ditimbulkan akibat job hugging:

  • Fokus mudah terpecah dan produktivitas menurun drastis, sehingga pekerjaan terasa berat setiap hari
  • Kelelahan mental dan fisik atau burnout
  • Kreativitas menipis, ide-ide baru jadi sulit muncul
  • Keterampilan stagnan, sehingga kesempatan naik jabatan atau berkembang makin sempit
  • Risiko gangguan mental meningkat, seperti gangguan kecemasan atau depresi, jika mengabaikan ketidakbahagiaan dalam waktu lama

Dampak job hugging juga memengaruhi perusahaan. Meskipun angka turnover rendah terlihat menguntungkan, karyawan yang bertahan tanpa motivasi hanya akan menciptakan budaya kerja yang pasif, menurunkan standar kualitas, dan menghambat pencapaian target tim secara keseluruhan.

Cara Mengatasi dan Mencegah Job Hugging

Di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti, bertahan di pekerjaan memang sering terasa sebagai pilihan paling aman, tetapi kebahagiaan dan kesehatan mental tetap penting untuk kualitas hidup. Oleh karena itu, menghadapi job hugging memerlukan kesadaran diri dan langkah yang terencana.

1. Refleksi diri secara berkala

Jangan hanya mengevaluasi gaji, tetapi evaluasi juga perasaan Anda. Luangkan waktu untuk self talk, seperti "Apakah saya bertahan karena masih ingin bertumbuh, atau hanya karena takut melangkah?"

Refleksi ini membantu Anda membedakan antara loyalitas yang sehat dan rasa takut yang membelenggu.

2. Tingkatkan keterampilan dan pengetahuan

Rasa takut kehilangan pekerjaan seringkali muncul karena kita merasa tidak punya pilihan lain. Dengan mengikuti pelatihan atau kursus, Anda sebenarnya sedang membangun jaring pengaman. Semakin Anda berkompeten, semakin besar keberanian Anda untuk melepaskan diri dari situasi kerja yang toxic.

3. Bangun kepercayaan diri

Job hugging seringkali membuat kita merasa "beruntung hanya karena punya pekerjaan," hingga lupa bahwa perusahaan juga beruntung memiliki Anda. Mulailah mencatat pencapaian kecil setiap hari.

Saat Anda menyadari nilai diri Anda, rasa takut akan digantikan oleh kepercayaan diri untuk mengambil keputusan yang lebih baik.

4. Diskusikan kondisi dengan orang tepercaya

Kadang kita terlalu lelah untuk melihat jalan keluar. Cobalah berbagi cerita dengan mentor atau teman yang suportif. Mendengar sudut pandang orang lain bisa menyadarkan Anda bahwa dunia kerja jauh lebih luas dari meja kantor Anda saat ini.

5. Rencanakan perubahan secara bertahap

Anda tidak harus langsung resign besok pagi, kok. Rasa cemas bisa diredam dengan rencana yang matang. Mulailah merapikan portofolio atau memperluas jaringan secara perlahan sambil tetap bekerja.

Memiliki rencana cadangan akan memberi Anda ketenangan pikiran yang tidak bisa diberikan oleh sekadar bertahan di posisi yang sama.

Menyadari bahwa Anda sedang mengalami fenomena job hugging adalah langkah awal yang penting. Ingatlah, Anda tidak perlu menanggung rasa lelah dan cemas ini sendirian, karena tubuh dan pikiran Anda berhak mendapatkan waktu dan ruang untuk pulih.

Jika tekanan akibat job hugging mulai terasa berat, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan panduan yang tepat untuk menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.