Kelainan seksual atau parafilia adalah kondisi ketika penderitanya merasakan rangsangan seksual yang kuat dan berulang pada aktivitas atau benda yang umumnya tidak menimbulkan rangsangan seksual pada orang lain. Kondisi ini termasuk dalam jenis gangguan mental.

Preferensi seksual setiap orang bisa berbeda-beda, tetapi bisa dikatakan normal bila tidak sampai mengganggu kehidupan pribadi dan sosial, atau melanggar norma dan hukum. Sebagai contoh, tindakan mengikat tangan pasangan dengan persetujuan dan tidak sampai melukai tidak disebut sebagai kelainan seksual.

Kelainan Seksual - Alodokter

Pada penderita kelainan seksual, dorongan seksual tersebut terasa sangat kuat dan terjadi terus-menerus sehingga bisa mengganggu kehidupan pribadi dan orang lain, bahkan sampai menimbulkan masalah hukum.

Penyebab Kelainan Seksual

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kelainan seksual. Namun, ada dugaan bahwa kondisi ini terkait dengan beberapa faktor berikut:

  • Kejadian traumatis pada masa kecil, seperti pelecehan seksual, terutama jika berlangsung berulang kali
  • Tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak harmonis, misalnya melihat orang tua sering bertengkar atau kurang kasih sayang dari orang tua
  • Gangguan mental, seperti kepribadian antisosial, gangguan kepribadian narsistik, atau obsessive-compulsive disorder (OCD)
  • Tidak sengaja melihat orang tua berhubungan seksual pada masa kanak-kanak

Jenis dan Gejala Kelainan Seksual

Kelainan seksual terbagi dalam banyak jenis, yang gejala pada masing-masing jenisnya bisa berbeda-beda. Berikut adalah jenis kelainan seksual dan gejala yang menyertainya:

1. Eksibisionisme

Eksibisionisme adalah kepuasan seksual yang didapatkan dari mempertunjukkan kelaminnya kepada orang lain yang tidak dikenal. Umumnya, penderita kondisi ini hanya sebatas memamerkan kelaminnya. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, penderita juga melakukan masturbasi saat mengekspos kemaluannya.

2. Fetisisme

Fetisisme adalah gairah seksual yang muncul ketika penderitanya menyentuh atau mengenakan benda tertentu. Fetistisme berbeda dengan partialisme, yaitu gairah seksual yang timbul terhadap bagian tubuh tertentu, seperti kaki.

Penderita fetisisme, yang umumnya pria, dapat bergairah jika menyentuh, mencium, atau melakukan aktivitas seksual dengan pakaian dalam, stoking, atau sepatu hak tinggi.

3. Froteurisme

Froteurisme adalah kepuasan seksual yang diperoleh dari menggesek-gesekkan alat kelaminnya ke orang lain yang tidak dikenal. Ia juga bisa memperoleh kepuasan dengan meraba kelamin orang asing.

Penderita frouterisme melakukan kebiasaan ini di tempat umum, misalnya di lift yang penuh sesak. Bisa juga di kendaraan umum, seperti bus atau kereta api.

4. Masokisme

Masokisme adalah kepuasan seksual yang didapatkan penderitanya ketika ia disakiti, diikat, dipermalukan, atau dilecehkan. Bahkan, penderita masokisme juga bisa merasakan kepuasan ketika mendapatkan pukulan atau kekerasan dari pasangan seksualnya.

5. Pedofilia

Pedofilia adalah fantasi atau perilaku seksual yang menyebabkan penderitanya bergairah bila melakukan aktivitas seksual dengan anak usia 13 tahun ke bawah. Penderita pedofilia bisa menelanjangi atau memaksa anak untuk menontonnya bermasturbasi, bahkan menyentuh kelamin atau menyetubuhi anak.

6. Sadisme

Sadisme adalah jenis parafilia di mana penderitanya mendapat kepuasan seksual ketika mempermalukan atau melakukan kekerasan terhadap pasangan seksualnya. Bentuk kekerasannya bisa dengan menggigit, mengikat, sampai memukul.

Perlu diketahui, sadisme yang termasuk kelainan seksual adalah sadisme yang dilakukan tanpa persetujuan pasangan dan sampai menyebabkan luka serius atau kematian pasangannya.

7. Transvestisme

Transvestisme adalah kepuasan seksual yang muncul ketika mengenakan pakaian yang lazim dikenakan oleh lawan jenis. Penderita transvestisme merasa bergairah ketika mengenakan salah satu atribut pakaian, seperti celana dalam, atau memakai satu set pakaian lawan jenisnya, termasuk wig dan makeup.

Keinginan penderita transvestisme untuk berdandan layaknya lawan jenis bisa menggebu-gebu atau hanya muncul sesekali. Penderita kondisi ini juga kadang menderita kelainan seksual lain, seperti fetisisme atau masokisme.

8. Voyeurisme

Voyeurisme adalah kepuasan seksual yang diperoleh dari mengintip orang lain telanjang, berganti pakaian, atau berhubungan seksual. Penderita voyeurisme mungkin juga melakukan masturbasi saat mengintip, tetapi tidak berniat untuk berhubungan seks dengan orang yang ia intip.

Selain delapan jenis parafilia di atas, ada sejumlah kelainan seksual lain yang tidak secara spesifik digolongkan sebagai parafilia, yaitu:

1. Autogynephilia

Autogynephilia adalah ketertarikan seksual yang timbul ketika penderita kondisi ini membayangkan dirinya berjenis kelamin lain.

2. Coprophilia

Coprophilia adalah kelainan seksual yang menyebabkan penderitanya memiliki ketertarikan seksual terhadap tinja atau feses.

3. Hypoxyphilia

Hypoxyphilia adalah kepuasan seksual yang muncul ketika pasokan oksigen ke otak berkurang. Kepuasan seksual ini bisa didapatkan seorang diri (autoerotic asphyxia) atau melibatkan pasangan seksual (asphyxophilia). Caranya bisa dengan mencekik leher atau memasukkan kepala ke dalam kantong kedap udara.

4. Klismaphilia

Klismaphilia adalah gairah seksual yang melibatkan penggunaan enema. Enema itu sendiri berarti tindakan memasukkan cairan ke dalam rektum melalui anus.

5. Necrophilia

Necrophilia adalah kepuasan seksual yang muncul ketika penderitanya memiliki fantasi seks atau bahkan berhubungan seksual dengan mayat. Pada kasus yang ekstrem, penderita bisa membunuh terlebih dahulu orang yang akan ia setubuhi.

6. Partialisme

Partialisme adalah ketertarikan seksual pada bagian tubuh selain bibir, payudara, atau kelamin pasangannya. Penderita partialisme bisa tertarik secara seksual pada bokong, kaki, atau ketiak pasangannya.

7. Telephone scatologia

Telephone scatologia adalah kepuasan seksual yang didapatkan dari pembicaraan mesum di telepon. Kelainan ini dikenal juga dengan istilah acoustic voyeurism atau verbal exhibitionism.

8. Urophilia

Urophilia atau urolagnia adalah ketertarikan seksual terhadap urine. Ketertarikan ini bisa dengan membayangkan atau melihat seseorang buang air kecil. Bahkan, pada kasus yang ekstrem, penderita urophilia mendapat kepuasan seksual bila mencium atau meminum urine orang lain.

9. Zoophilia

Zoophilia atau bestiality adalah ketertarikan seksual terhadap hewan. Penderita zoophilia akan mendapatkan kepuasan seksual jika tubuhnya dijilat oleh hewan atau melakukan kontak seksual dengan hewan.

Perlu diketahui bahwa seseorang bisa menderita lebih dari satu jenis kelainan seksual, misalnya sadisme dan masokisme, atau froteurisme dan ekshibisionisme.

Kapan harus ke dokter

Segala jenis gangguan seksual yang dapat merugikan, serta mencederai orang lain dan diri sendiri harus segera mendapat penanganan medis oleh dokter.

Penanganan juga perlu dilakukan segera jika kelainan seksual melibatkan anak di bawah umur, gangguan pada kehidupan sosial dan sehari-hari, meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual atau HIV/AIDS, serta melanggar hukum.

Diagnosis Kelainan Seksual

Dokter akan mengawali diagnosis kelainan seksual dengan melakukan tanya jawab terkait gejala yang dialami, sejak kapan gejala tersebut muncul, dan apakah pasien menderita gangguan mental lain.

Dalam mendiagnosis pasien, dokter akan berpedoman pada kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5). Berdasarkan kriteria tersebut, seseorang bisa dikatakan menderita kelainan seksual atau parafilia, jika terdapat faktor-faktor berikut:

  • Rangsangan seksual yang dirasakan sangat kuat dan terus menerus
  • Perilakunya bisa mengganggu atau melukai orang lain, misalnya pada penderita sadisme atau pedofilia
  • Gangguan dalam berhubungan dan mencintai pasangannya, serta dalam pendidikan atau pekerjaan

Setelahnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan pada alat kelamin dan pemeriksaan saraf.

Untuk memastikan gejala yang dialami penderita tidak terkait dengan penyakit atau kondisi medis lain, dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium, meliputi:

  • Tes darah, untuk memeriksa hitung darah lengkap dan fungsi tiroid
  • Tes kadar hormon prolaktin, testosteron, estrogen, progesteron, luteinizing hormon (LH), dan follicle-stimulating hormone (FSH)
  • Rekam otak dengan elektroensefalografi (EEG), serta pemindaian kepala dengan CT scan atau MRI, untuk mendeteksi gangguan pada otak yang dapat menimbulkan gangguan mental

Jika diperlukan, dokter juga dapat menyarankan pemeriksaan untuk mendeteksi HIV/AIDS, hepatitis, dan penyakit menular seksual.

Pengobatan Kelainan Seksual

Metode pengobatan kelainan seksual adalah dengan pemberian obat-obatan dan psikoterapi. Namun, dokter umumnya mengombinasikan kedua metode tersebut agar mendapat hasil pengobatan yang maksimal.

Berikut adalah metode pengobatan untuk kelainan seksual:

  • Obat antiandrogen, seperti leuprolide atau medroxyprogesterone, untuk menurunkan dorongan seks
  • Obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti sertraline, escitalopram, atau fluoxetine, untuk membantu pasien mengendalikan dorongan seksualnya
  • Obat antipsikotik golongan phenothiazine, seperti fluphenazine, untuk mengurangi dorongan seksual yang ekstrem dan menekan perilaku agresif
  • Terapi perilaku kognitif, untuk memperbaiki pola pikir dan ketertarikan seksual pasien sehingga menjadi lebih positif
  • Terapi berkelompok atau group therapy, untuk membantu pasien berdiskusi dan berbagi dengan penderita kelainan seksual lainnya

Komplikasi Kelainan Seksual

Kelainan seksual yang tidak diobati akan mengganggu kehidupan penderitanya, baik dalam pekerjaan, hubungan dengan pasangan, maupun hubungan sosial. Bukan hanya itu, penderita kelainan seksual juga bisa terjerat masalah hukum karena ia tidak mampu mengontrol dorongan seksualnya.

Sementara itu, kelainan seksual jenis hydroxyphilia bisa membahayakan nyawa penderitanya. Penderita kelainan seksual juga bisa mengalami depresi berat hingga bunuh diri.

Pencegahan Kelainan Seksual

Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah kelainan seksual. Meski begitu, ada upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko seseorang menderita kelainan seksual, antara lain:

  • Berkonsultasi ke dokter jika pernah mengalami pelecehan seksual atau trauma, terutama bila kondisi-kondisi tersebut terjadi pada masa kecil
  • Menjalani pemeriksaan dan pengobatan secara rutin ke dokter bila menderita gangguan mental lain, seperti OCD atau gangguan kepribadian narsistik
  • Menjauhkan diri dari hal-hal yang menyangkut pornografi, terutama pada anak-anak
  • Memberikan pendidikan seksual yang benar kepada anak
  • Mendeteksi dan menangani secepatnya jika anak mengalami pelecehan seksual
  • Menjalani hidup sehat, misalnya dengan berolahraga rutin dan mengelola stres dengan baik