Extracorporeal shock waves for sexual therapy (ESST) adalah prosedur pengobatan untuk menangani penderita disfungsi ereksi (impotensi). ESST digunakan sebagai metode pengobatan tambahan terhadap impotensi, selain terapi obat dan tindakan operasi.

Disfungsi ereksi atau impotensi adalah kondisi ketika penis tidak mampu ereksi atau sulit mempertahankan ereksi ketika berhubungan intim. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh faktor fisik, seperti penyempitan pembuluh darah ke penis, gangguan hormon atau saraf, maupun faktor psikis, seperti gangguan emosional atau depresi.

Kenali Apa Itu Extracorporeal Shock Waves for Sexual Therapy (ESST) - Alodokter

Pengobatan disfungsi ereksi biasanya dilakukan dengan terapi obat atau konseling. Jika metode tersebut tidak berhasil mengatasi disfungsi ereksi pada pasien, dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi.

Selain terapi obat dan operasi, disfungsi ereksi dapat ditangani dengan ESST. ESST merupakan metode pengobatan disfungsi ereksi terbaru yang dilakukan dari luar tubuh tanpa sayatan atau penggunaan obat bius (anestesi).

Metode tersebut menggunakan alat yang dapat mengeluarkan gelombang kejut dalam intensitas rendah. Gelombang kejut pada ESST bekerja dengan memecah plak yang menyumbat pembuluh darah di penis. Gelombang kejut ini juga mampu merangsang sirkulasi darah dan merangsang pembentukan pembuluh darah baru.

Tujuan dan Indikasi ESST

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, extracorporeal shock waves for sexual therapy (ESST) dilakukan untuk mengatasi disfungsi ereksi. Terapi ini tergolong sebagai metode yang relatif baru dalam pengobatan impotensi.

Sebelum menjalani terapi tersebut, pasien umumnya perlu menjalani pemeriksaan medis secara menyeluruh oleh dokter.

Disfungsi ereksi sendiri lebih berisiko terjadi pada pria usia 40 tahun ke atas. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi, yaitu:

  • Pola hidup tidak sehat, seperti sering merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol
  • Jarang berolahraga
  • Gangguan sistem saraf
  • Kelainan hormonal atau gangguan keseimbangan hormon
  • Kelainan pada anatomi atau struktur penis
  • Gangguan psikologis, seperti stres berlebihan atau depresi
  • Efek samping obat-obatan, seperti antihistamin, antidepresan, atau kortikosteroid

Meski demikian, beberapa penelitian menyebutkan bahwa prosedur ESST dapat bekerja lebih efektif pada penderita disfungsi ereksi akibat gangguan pembuluh darah di penis.

Peringatan dan Kontraindikasi ESST

Meski umumnya aman, extracorporeal shock waves for sexual therapy (ESST) tidak dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi-kondisi berikut ini:

  • Tumor ganas pada penis atau testis
  • Penyebaran kanker pada penis atau testis
  • Multiple myeloma
  • Limfoma pada penis atau testis

Selain itu, pasien juga perlu memberi tahu dokter jika menderita kanker di organ tubuh lain, karena terdapat kemungkinan kanker menyebar ke penis atau testis.

Sebelum ESST

Sebelum menjalani ESST, dokter dan pasien akan menjalani tahap diskusi. Dokter akan menjelaskan secara detail mengenai prosedur ESST yang akan dilakukan dan risiko yang mungkin dialami pasien.

Setelah pasien paham dan setuju untuk menjalani prosedur ESST, dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan. Pada tahap ini, dokter akan bertanya terkait keluhan yang dialami pasien, riwayat penyakit, dan jenis obat atau suplemen yang sedang dikonsumsi.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan diagnosis dan mengevaluasi kondisi pasien. Jika diperlukan, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan penunjang, seperti USG atau foto Rontgen.

Prosedur ESST

Extracorporeal shock waves for sexual therapy (ESST) umumnya berlangsung sekitar 15 menit dan dilakukan setiap 1 bulan sekali selama 6 bulan. Namun, lamanya prosedur, jumlah sesi yang harus dijalani pasien, serta banyaknya gelombang kejut, tergantung pada kondisi pasien.

ESST tidak memerlukan bius lokal atau bius umum. Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan dilakukan oleh dokter dalam prosedur ESST:

  • Meminta pasien untuk berbaring di meja pemeriksaan dalam posisi terlentang
  • Mengoleskan gel khusus ke seluruh bagian penis
  • Memberikan gelombang kejut berintensitas rendah dengan menggunakan alat yang serupa dengan tongkat kecil
  • Menggerakkan alat tersebut di setiap sisi penis secara lembut

Gelombang kejut yang diberikan akan melepaskan dorongan (impuls) kuat dan energi kinetik untuk merangsang aliran darah.

Setelah ESST

Extracorporeal shock waves for sexual therapy (ESST) merupakan prosedur yang aman dilakukan sehingga pasien biasanya diperbolehkan pulang dan beraktivitas seperti biasa setelah prosedur ini selesai. ESST tidak menimbulkan rasa nyeri, tetapi pasien dapat merasakan sensasi kesemutan di area penis.

Selain sebagai pengobatan tunggal, ESST juga dapat dikombinasikan dengan obat-obatan dalam menangani impotensi.

Untuk mencegah kambuhnya disfungsi ereksi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan pasien, yaitu:

  • Menjalani gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, serta berolahraga secara teratur
  • Melakukan hal yang dapat mengurangi stres, seperti meditasi, atau melakukan konseling jika mengalami depresi atau gangguan cemas
  • Menjalani pemeriksaan secara rutin, terutama bila menderita diabetes, penyakit jantung, atau gangguan perdarahan

Komplikasi atau Efek Samping ESST

Meskipun jarang terjadi, ESST dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang umumnya tergolong ringan. Beberapa komplikasi yang dapat timbul adalah:

  • Rasa sakit di area prosedur
  • Memar atau perdarahan di area penis
  • Darah dalam urine
  • Infeksi pada penis
  • Sakit ketika ereksi
  • Penis bengkok akibat pembentukan jaringan parut di batang penis

Pasien perlu memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas, terutama jika gejala tidak membaik atau malah memburuk.