Tidak hanya orang dewasa, diabetes melitus juga bisa terjadi pada anak-anak, lho. Oleh karena itu, penting bagi Bunda dan Ayah tahu bagaimana cara deteksi dini diabetes melitus pada anak, agar pengobatan dapat dilakukan secepat mungkin dan Si Kecil pun terhindari dari komplikasi berbahaya.

Di Indonesia, kasus diabetes pada anak dan remaja terus bertambah setiap tahunnya. Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko anak mengalami kondisi ini, mulai dari genetik, pola makan yang kurang sehat, kurang aktif berolahraga, memiliki riwayat infeksi virus, dan berat badan berlebih atau obesitas.

Kenali Cara Deteksi Dini Diabetes Melitus pada Anak - Alodokter

Diabetes tipe 1 merupakan tipe diabetes yang paling sering dialami oleh bayi, balita, dan anak berusia sekitar 5–7 tahun. Sedangkan diabetes tipe 2 biasanya rentan terjadi pada anak yang berusia di atas 10 tahun atau di awal masa pubertas.

Deteksi Dini Diabetes Melitus pada Anak

Gejala diabetes tipe 1 pada anak sering kali muncul secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat lho, Bun. Ini berbeda dengan diabetes tipe 2 yang gejalanya sulit terdeteksi dan berkembang secara bertahap. Namun, pada beberapa kasus, diabetes juga bisa tidak menimbulkan gejala atau keluhan sama sekali.

Secara umum, gejala diabetes tipe 1 dan 2 pada anak sulit dibedakan karena mirip satu sama lain. Namun, untuk membantu deteksi dini diabetes melitus pada anak, ada beberapa gejala yang bisa Bunda dan Ayah perhatikan, yaitu:

1. Anak sering buang air kecil

Normalnya, bayi akan buang air kecil setiap 1–3 jam sekali atau paling jarang 3–4 kali dalam sehari. Setelah usianya menginjak 3 tahun, frekuensi buang air kecil anak bisa sebanyak 12 kali sehari dan menjadi 4–6 kali sehari seiring bertambahnya usia.

Bunda dan Ayah perlu perhatikan nih, jika Si Kecil buang air kecil lebih sering dari biasanya, ini bisa menjadi gejala diabetes, lho. Ini bisa terlihat juga ketika popok Si Kecil cepat penuh atau ia lebih sering mengompol.

Hal tersebut terjadi karena ginjal tidak dapat mengimbangi penyerapan glukosa yang berlebih, sehingga dikeluarkan melalui urine. Jadi, anak yang mengalami diabetes akan lebih sering buang air kecil.

2. Anak merasa haus yang berlebihan

Sering buang air kecil membuat tubuh kekurangan cairan, sehingga ini akan membuat anak minum lebih banyak air dari biasanya. Bahkan, ia tetap bisa merasa haus meskipun telah banyak minum. Jadi, Bunda dan Ayah perlu curiga ya jika Si Kecil minum air berlebihan dan disertai sering buang air kecil.

3. Nafsu makan anak meningkat

Melihat Si Kecil yang doyan makan, tentu membuat Bunda dan Ayah senang. Meski begitu, tetaplah waspada ya, Bun, Yah. Pasalnya, ini juga bisa menjadi gejala diabetes, lho.

Rendahnya kadar atau tidak maksimalnya fungsi insulin membuat gula yang masuk ke tubuh tidak bisa diolah menjadi energi. Ini akan membuat anak lebih cepat lapar. Kondisi ini disebut dengan polifagia.

4. Berat badan anak menurun tanpa sebab yang jelas

Si Kecil sudah makan lebih banyak dari biasanya, eh kok berat badannya malah menurun, ya? Hati-hati, Bun, ini bisa menjadi tanda diabetes, lho. Pasalnya, ketika tubuh tidak mampu memproses glokosa menjadi energi, tubuh akan mencari sumber lain, seperti lemak dan otot, untuk dijadikan energi.

Nah, pemecahan otot dan lemak inilah yang membuat anak mengalami penurunan berat badan dan menjadi kurus. Penurunan berat badan lebih signifikan dialami anak yang menderita diabetes tipe 1 dibandingkan dengan diabetes tipe 2.

5. Anak tidak berenergi dan perilakunya berubah

Karena tidak berenergi, anak akan terlihat lelah sepanjang waktu. Perilaku mereka juga akan tidak terlihat seperti biasanya, enggan untuk bermain, tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu, dan tidak mampu berkonsentrasi dengan baik. Alhasil, prestasi di sekolah pun bisa menurun.

6. Luka pada tubuh anak sulit sembuh

Tingginya kadar gula darah dalam tubuh dapat membuat dinding pembuluh darah menyempit. Alhasil, sel-sel tubuh akan kesulitan memperbaiki jaringan yang rusak dan membuat proses penyembuhan luka menjadi lebih lambat.

Selain penyembuhan luka terhambat, diabetes juga dapat membuat anak rentan terserang infeksi, khususnya infeksi jamur pada anak perempuan.

7. Warna kulit anak menghitam

Diabetes pada anak dapat menimbulkan gejala akantosis nigrikans, yakni perubahan wana kulit menjadi lebih gelap dan tebal, terutama di area lipatan tubuh. Perubahan wana kulit ini disebabkan oleh adanya resistensi insulin.

Selain gejala-gejala di atas, anak yang menderita diabetes juga bisa mengeluh pandangannya kabur, sakit perut, mual dan muntah, serta napas berbau seperti buah. Pada bayi, ruam popok yang berulang kali juga bisa menjadi gejala diabetes.

Setelah mengetahui gejala diatabes pada anak, Bunda dan Ayah juga perlu mengetahui riwayat kesehatan kalian berdua sebagai orang tuanya. Pasalnya, jika Bunda atau Ayah menderita diabetes, maka Si Kecil pun lebih berisiko mengalami hal serupa.

Apabila Si Kecil menunjukkan tanda-tanda seperti yang telah dijelaskan di atas, sebaiknya segera periksakan ia ke dokter anak agar bisa dilakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk pemeriksaan kadar gula darah. Ini penting agar diabetes Si Kecil bisa terdeteksi sedini mungkin dan pengobatan bisa segera diberikan.