Infeksi virus HPV dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari kutil kelamin hingga kanker pada organ reproduksi. Virus ini bisa menyerang pria maupun wanita dan menular melalui hubungan intim, sehingga pencegahan sejak dini menjadi langkah yang sangat penting.

Virus HPV atau human papillomavirus memiliki banyak tipe. Namun, tipe yang paling sering menyebabkan kutil kelamin adalah tipe 6 dan 11. Sementara itu, virus HPV tipe 16 dan 18 dapat menimbulkan kanker, seperti kanker serviks (leher rahim) dan kanker anus.

Dampak Infeksi Virus HPV pada Pria dan Wanita - Alodokter

Penularan Infeksi Virus HPV

Infeksi virus HPV dapat menular dengan mudah melalui berbagai jenis aktivitas seksual, termasuk hubungan vaginal, anal, maupun oral. Risiko penularan akan semakin tinggi pada orang yang sering bergonta-ganti pasangan atau berhubungan tanpa kondom. 

Setelah menginfeksi tubuh, virus ini bisa menimbulkan benjolan menyerupai kembang kol di area genital, anus, hingga rongga mulut, yang sering kali mengganggu kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup. 

Lebih jauh lagi, infeksi virus HPV tidak hanya menyebabkan kutil kelamin, tetapi juga berperan sebagai pemicu utama berbagai jenis kanker, seperti kanker serviks, penis, anus, dan mulut.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2025, diperkirakan setiap tahun terdapat lebih dari 36.000 kasus baru yang terdeteksi. Ironisnya, sekitar 70% dari kasus tersebut baru diketahui pada stadium lanjut, sehingga meningkatkan risiko kematian secara signifikan.

Berbagai Dampak Infeksi Virus HPV

Infeksi virus HPV dapat menyerang pria maupun wanita. Namun, dampak infeksi virus HPV umumnya lebih sering menimbulkan gejala serius pada wanita, seperti kanker serviks. Berikut ini adalah bahaya yang bisa ditimbulkan virus HPV pada pria dan wanita:

Efek Virus HPV pada Wanita

Virus HPV, terutama tipe 16 dan 18, memiliki risiko tinggi menyebabkan kanker serviks. Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga banyak penderita baru menyadarinya setelah penyakit berkembang lebih lanjut. Pemeriksaan rutin, seperti Pap smear, sangat penting agar penyakit ini dapat terdeteksi lebih dini dan segera ditangani.

Gejala kanker serviks umumnya baru muncul saat sudah memasuki stadium lanjut atau ketika sel kanker menyebar (metastasis). Tanda-tanda yang bisa muncul antara lain perdarahan setelah berhubungan intim, nyeri saat berhubungan, keputihan encer berbau tidak sedap, dan nyeri panggul.

Selain kanker serviks, infeksi HPV meski jarang juga dapat menyebabkan kanker vagina, kanker anus, hingga kanker tenggorokan.

Efek Virus HPV pada Pria

Pria juga bisa mengalami dampak infeksi virus HPV yang serius, mulai dari kanker anus hingga kanker penis. Sama seperti pada wanita, penyakit kanker ini sering kali terlambat terdeteksi karena gejala awalnya tidak jelas.

Gejala kanker anus dapat berupa keluarnya darah dari anus, tinja bercampur darah, atau muncul benjolan di anus. Sementara itu, kanker penis biasanya ditandai dengan benjolan atau luka di penis yang cepat membesar dan mudah berdarah.

Risiko pria mengalami kanker akibat HPV lebih tinggi pada kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) dan pada penderita dengan sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya pengidap HIV/AIDS.

Cara Mencegah Infeksi Virus HPV

Vaksin HPV merupakan langkah utama untuk mencegah infeksi sekaligus bahaya yang ditimbulkan virus ini. Di Indonesia, vaksin HPV dianjurkan untuk diberikan pada anak usia 9–26 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.

Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan sejak usia dini, sebelum seseorang aktif secara seksual, agar perlindungan lebih efektif. Anak usia 9–14 tahun cukup mendapatkan 2 dosis vaksin, sedangkan usia 15 tahun ke atas memerlukan 3 dosis. Vaksinasi perlu diberikan sesuai jadwal agar proteksi yang terbentuk benar-benar optimal. Jika ada dosis yang terlewat, segera konsultasikan dengan dokter untuk penyesuaian jadwal.

Selain vaksinasi, pencegahan infeksi HPV juga bisa ditunjang dengan menerapkan perilaku seksual yang aman, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Untuk deteksi dini, wanita yang sudah aktif berhubungan seksual dianjurkan melakukan Pap smear secara rutin setiap 3–5 tahun, tergantung usia dan faktor risiko. Sementara itu, pria dengan risiko tinggi, seperti LSL atau penderita HIV/AIDS, disarankan menjalani anal Pap smear (tes Pap anus).

Pencegahan dan deteksi dini adalah kunci utama menghadapi bahaya HPV. Jika Anda belum mendapatkan vaksin HPV, memiliki anak yang belum divaksinasi, atau ingin melakukan pemeriksaan rutin, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Konsultasi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER. 

Dengan langkah pencegahan yang tepat, dampak infeksi virus HPV bisa ditekan dan risiko penyakit serius dapat dihindari.