Kanker serviks adalah perubahan sel-sel di leher rahim (serviks) sehingga menjadi ganas. Kanker ini umumnya berkembang perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Kanker serviks atau kanker leher rahim menjadi salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara sebagai penyakit kanker yang paling banyak terjadi.
Angka Harapan Hidup Penderita Kanker Serviks
Angka harapan hidup pada penderita kanker serviks tergantung pada stadium yang dialaminya. Angka ini merupakan gambaran persentase penderita yang masih hidup 5 tahun setelah didiagnosis terkena kanker serviks.
Sebagai contoh, angka harapan hidup 80% berarti 80 dari 100 penderita bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih setelah terdiagnosis kanker serviks.
Berikut adalah angka harapan hidup pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium yang dialami:
- Stadium 1: 95%
- Stadium 2: 70%
- Stadium 3: 40%
- Stadium 4: 15%
Oleh sebab itu, deteksi kanker serviks sejak dini diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi serius
Jenis Kanker Serviks
Kanker serviks terbagi dua, yaitu:
-
Karsinoma sel skuamosa (KSS)
Karsinoma sel skuamosa adalah jenis kanker serviks yang paling sering terjadi. KSS bermula di sel skuamosa serviks, yaitu sel yang melapisi bagian luar leher rahim. -
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah jenis kanker serviks yang bermula di sel kelenjar pada saluran leher rahim.
Meski jarang, kedua jenis kanker serviks di atas dapat terjadi secara bersamaan. Kanker serviks juga bisa muncul di sel leher rahim selain sel skuamosa atau sel kelenjar, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Penyebab Kanker Serviks
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami perubahan atau mutasi. Mutasi ini menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga membentuk sel kanker.
Belum diketahui apa yang menyebabkan perubahan pada gen sel-sel tersebut. Namun, kondisi ini diketahui terkait dengan infeksi human papillomavirus (HPV), yang bisa menular melalui hubungan seksual.
Faktor Risiko Kanker Serviks
Selain infeksi HPV, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker serviks, yaitu:
- Berhubungan seksual secara aktif pada usia dini, terutama untuk yang usianya di bawah 18 tahun
- Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
- Berhubungan dengan pasangan seksual yang telah terinfeksi HPV atau kerap bergonta-ganti pasangan seksual
- Memiliki daya tahan tubuh yang lemah karena kondisi tertentu, misalnya karena menderita HIV/AIDS
- Menderita infeksi menular seksual, seperti gonore, klamidia, dan sifilis
- Menggunakan pil KB dalam jangka panjang atau lebih dari 5 tahun
- Hamil 3 kali atau lebih
- Merokok
Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks awalnya tidak menimbulkan gejala. Namun, setelah sel kanker berkembang, sejumlah gejala akan muncul, antara lain:
- Keluar keputihan encer atau berdarah dalam jumlah yang banyak dan berbau busuk
- Perdarahan vagina diluar siklus menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau setelah menopause
- Perdarahan menstruasi yang lebih banyak dan berlangsung lebih lama dari biasanya
- Sakit saat berhubungan seksual
- Nyeri panggul atau nyeri perut bagian bawah
Jika sel kanker telah menyebar ke jaringan atau organ lain dekat serviks, gejala di bawah ini juga mungkin timbul:
- Nyeri atau sulit untuk buang air kecil
- Kencing berdarah (hematuria)
- Diare
- BAB berdarah
- Kaki bengkak
- Nyeri tulang
- Mudah lelah
- Hilang nafsu makan
- Berat badan turun
Kapan harus ke dokter
Lakukan konsultasi secara online lewat Chat Bersama Dokter ketika mengalami gejala-gelala seperti di atas. Dokter akan memberikan saran untuk penanganan awal dan pemeriksaan langsung, seperti kolposkopi.
Diagnosis Kanker Serviks
Untuk mendeteksi kanker serviks, dokter akan menanyakan penyakit yang diderita dan gaya hidup yang dijalani, serta gejala yang dirasakan pasien. Selanjutnya, untuk mendiagnosis kanker serviks, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan berikut ini:
-
Skrining
Untuk mendeteksi dini penyakit kanker serviks, dokter akan menyarankan skrining test, seperti pemeriksaan IVA, pap smear, dan HPV DNA. Skrining dapat dilakukan mulai usia 21 tahun. -
Biopsi jaringan serviks
Jika hasil skrining test menunjukkan adanya dugaan kanker serviks. dokter akan menyarankan biopsi jaringan serviks. Pada prosedur ini, dokter akan mengambil sampel kecil dari jaringan serviks untuk kemudian diteliti di laboratorium.
Jika dari pemeriksaan di atas pasien dipastikan menderita kanker serviks, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjut guna mengetahui stadium kanker pada pasien. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- Pemindaian, seperti Rontgen, MRI, CT scan, dan PET scan, untuk melihat kondisi serviks dan kemungkinan kanker menyebar ke jaringan atau organ lain.
- Tes darah, untuk memeriksa kondisi hati dan ginjal
- Sistoskopi, untuk memeriksa kemungkinan penyebaran sel kanker ke uretra dan kandung kemih
- Protoskopi, untuk melihat apakah sel kanker sudah menyebar ke rektum atau belum
Pengobatan Kanker Serviks
Pengobatan kanker serviks akan disesuaikan dengan kondisi dan stadium kanker pada pasien. Berikut ini adalah beberapa pengobatan kanker serviks:
- Bedah, untuk mengangkat kanker yang bersarang di serviks, bisa dengan trabekulektomi radikal, histerektomi, atau pelvic exenteration. Pada prosedur ini, dokter juga bisa mengangkat kelenjar getah bening di sekitar serviks yang terkena kanker.
- Radioterapi, untuk membunuh sel kanker dengan memanfaatkan sinar X.
- Kemoterapi, yaitu pemberian obat-obat antikanker untuk membunuh dan menghentikan pertumbuhan sel kanker.
- Terapi target, untuk menghentikan pembentukan zat kimia tertentu dalam sel kanker sehingga membuat sel tersebut mati. Terapi ini umumnya disarankan untuk kanker serviks stadium lanjut.
- Imunoterapi, yaitu pengobatan kanker dengan memanfaatkan obat yang membantu sistem kekebalan tubuh membunuh sel kanker.
Komplikasi Kanker Serviks
Komplikasi kanker serviks bisa terjadi akibat penyebaran kanker ke organ tubuh lain atau karena pengobatan kanker serviks itu sendiri. Berikut adalah komplikasi yang umum terjadi akibat kanker serviks:
- Keluarnya cairan atau keputihan berbau tidak sedap dari vagina.
- Nyeri hebat, jika sel kanker menyebar ke tulang, otot, dan ujung saraf.
- Perdarahan, jika kanker menyebar ke vagina, usus, atau kandung kemih.
- Fistula (saluran yang terhubung secara tidak normal) antara vagina dan kandung kemih atau vagina dan rektum.
- Gagal ginjal, jika sel kanker yang telah metastasis menekan ureter sehingga urine tidak lancar keluar dari ginjal.
- Penggumpalan darah, akibat berbaring terlalu lama di tempat tidur setelah operasi bedah atau bisa juga akibat kemoterapi.
- Limfedema, jika kelenjar getah bening yang terkena kanker ikut diangkat saat operasi.
Pencegahan Kanker Serviks
Risiko terjadinya kanker serviks bisa dikurangi dengan menjalani vaksinasi HPV Upaya lain yang bisa dilakukan meliputi:
- Menjalani pap smear secara berkala
- Melakukan hubungan seks dengan aman, seperti menggunakan kondom atau hanya berhubungan dengan satu pasangan.
- Berhenti merokok
Kanker serviks perlu dideteksi secara dini. Jika cepat terdeteksi, penyakit ini berpeluang besar untuk sembuh, apalagi jika masih dalam stadium awal dan segera ditangani.