Kista gigi adalah kantong kecil berisi cairan yang tumbuh di sekitar gigi atau gusi. Biasanya, kista gigi tidak menimbulkan gejala, kecuali jika sudah terinfeksi. Pada beberapa kasus, kista gigi yang besar bisa menekan gigi yang sehat dan melemahkan tulang rahang.

Karena biasanya tidak bergejala, kista gigi umumnya ditemukan secara tidak sengaja ketika menjalani foto panoramik atau CT scan area leher dan kepala. Ada beragam jenis kista gigi yang bisa dibedakan berdasarkan penyebabnya. Namun, jenis kista gigi yang paling sering ditemukan adalah kista periapikal atau kista dentigerous.

Kista Gigi

Penyebab Kista Gigi

Kista gigi bisa terbentuk pada gigi yang sudah tumbuh maupun belum tumbuh. Berdasarkan lokasi asal pertumbuhannya, beberapa jenis kista gigi yang umum terjadi adalah: 

1. Kista periapikal

Kista periapikal terjadi ketika gigi berlubang dibiarkan terlalu lama dan tidak diobati dengan baik. Kondisi ini menyebabkan peradangan pada jaringan akar gigi (pulpitis) hingga akhirnya terjadi kematian saraf pada gigi tersebut.

Dalam jangka panjang, pada ujung akar gigi yang sudah mati tersebut akan tumbuh kista periapikal. 

2. Kista dentigerous

Kista dentigerous terjadi ketika kantung berisi cairan tumbuh di sekitar area impaksi gigi, yaitu gigi yang hanya bisa tumbuh sebagian atau tidak dapat keluar dari gusi sama sekali. Oleh karena itu, kista dentigerous umumnya ditemukan di area gigi geraham, terutama gigi bungsu.

Penyebab terjadinya kista dentigerous belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat faktor genetik.

Selain kondisi di atas, kista gigi juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:

  • Riwayat prosedur pengangkatan kista gigi yang tidak sampai tuntas
  • Penumpukan darah atau cairan di dalam kantung atau folikel gigi akibat pertumbuhan gigi yang tidak terbentuk dengan sempurna
  • Pembentukan gigi yang tidak sempurna
  • Jaringan pembentuk gigi di bawah gusi yang tertinggal dan membentuk kista

Gejala Kista Gigi

Kista gigi tumbuh secara bertahap dalam jangka panjang dan jarang bergejala sehingga terkadang baru diketahui ketika penderita menjalani pemeriksaan. Umumnya, keluhan baru muncul ketika kista berukuran 2 cm atau lebih. 

Beberapa gejala yang umum terjadi akibat kista gigi adalah:

  • Gigi sensitif
  • Gigi berlubang 
  • Gusi bengkak pada area gigi yang terdampak
  • Keluar cairan bernanah dari gusi
  • Nyeri pada area gigi yang terdampak
  • Benjolan di gusi yang seharusnya ditumbuhi gigi geraham atau taring
  • Gigi bergeser
  • Terbentuknya celah baru di antara gigi
  • Benjolan di gusi yang berwarna kebiruan (pada anak-anak yang baru tumbuh gigi susu) 

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami gejala yang telah disebutkan di atas. Dengan begitu, dokter bisa mencari tahu penyebab keluhan tersebut dan memberikan penanganan yang tepat.

Segera cari pertolongan medis jika muncul gejala-gejala di bawah ini:

  • Benjolan di sekitar gigi atau gusi yang tidak hilang setelah beberapa minggu
  • Bercak berwarna merah atau putih di mulut atau bibir
  • Luka di mulut atau gusi yang tidak kunjung membaik atau malah memburuk
  • Sakit gigi yang terasa berdenyut
  • Rasa tidak enak di mulut atau bau mulut
  • Demam 

Diagnosis Kista Gigi

Untuk mendiagnosis kista gigi, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut kepada pasien:

  • Gejala yang dialami
  • Sakit gigi yang pernah dialami
  • Prosedur perawatan gigi yang pernah dijalani
  • Penyakit lain yang sedang diderita

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan gigi secara menyeluruh. Pada beberapa kasus, kista berukuran besar sehingga dokter bisa mengetahui jenis kista gigi hanya melalui pemeriksaan gigi. 

Namun, pada umumnya, dokter perlu melakukan foto panoramik, CT scan, atau MRI untuk memastikan diagnosis kista gigi. Pemeriksaan tersebut juga diperlukan untuk menentukan jenis kista gigi yang terjadi. 

Pengobatan Kista Gigi

Pada umumnya, pengobatan kista gigi adalah dengan mengangkat kistanya. Meski begitu, ada beberapa kasus di mana kista gigi tidak memerlukan perawatan dan bisa sembuh dengan sendirinya. 

Jika kista gigi perlu diobati, dokter akan menyesuaikan dengan penyebabnya, seperti yang dijelaskan berikut ini:

Pengobatan kista periapikal

Perawatan saluran akar gigi dapat dilakukan untuk menangani kista periapikal yang berukuran kecil. Pada prosedur ini, dokter akan membuang saluran akar gigi yang rusak, serta membersihkan rongga pulpa dan menambalnya untuk mencegah infeksi kambuh kembali.  

Sementara pada kista periapikal yang berukuran besar, dokter mungkin akan  melakukan kombinasi pengobatan, mulai dari perawatan saluran akar gigi, pengangkatan kista, dan tambal gigi. 

Pengobatan kista dentigerous

Kista dentigerous yang berukuran kecil akan diangkat bersamaan dengan gigi yang impaksi melalui prosedur operasi. Sementara pada kista yang besar, dokter akan mengeluarkan cairan pada kista dan membiarkan area sayatan kista tetap terbuka. 

Setelah cairan pada kista dikeluarkan, gigi yang sedang tumbuh bisa ikut dicabut atau dipertahankan. Jika dari hasil pemeriksaan gigi bisa tumbuh normal, gigi tersebut akan dibiarkan. Jika tidak, misalnya gigi tumbuh miring, dokter akan melanjutkan dengan operasi cabut gigi.

Di samping operasi pada kista gigi, operasi rekonstruksi pada rahang juga dapat dilakukan jika kista terlalu besar dan tulang rahang menjadi lemah. Hal ini untuk mencegah terjadinya komplikasi pada tulang rahang, seperti patah tulang rahang.

Selain itu, untuk mengatasi infeksi dan mengurangi keluhan, dokter dapat memberikan obat antibiotik dan antinyeri, baik sebelum maupun setelah prosedur perawatan untuk kista periapikal dan dentigerous.

Komplikasi Kista Gigi

Kista gigi yang tidak diobati lama-kelamaan dapat menyebabkan komplikasi di bawah ini:

  • Kerusakan pada tulang tempat tumbuhnya kista
  • Susunan gigi menjadi tidak rapi
  • Kelainan warna atau bentuk pada gigi
  • Perikoronitis 
  • Infeksi pada gigi, gusi, dan jaringan di sekitarnya
  • Gigi copot
  • Tulang rahang melemah atau patah
  • Ameloblastoma

Pencegahan Kista Gigi

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya kista gigi, yaitu:

  • Sikat gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi berfluoride.
  • Gunakan benang gigi atau benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi, setidaknya minimal 1 kali sehari.
  • Selalu berkumur dengan air setelah makan besar atau ngemil.
  • Batasi asupan makanan manis dan asam serta minuman beralkohol. 
  • Minum air putih dalam jumlah yang cukup jika memiliki kondisi mulut kering atau air liur yang sedikit.
  • Periksakan gigi ke dokter secara rutin minimal 6 bulan sekali.
  • Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika timbul gejala impaksi gigi, seperti nyeri dan gusi bengkak, di area gigi geraham paling belakang.