Kleptomania bisa muncul sejak kanak-kanak, lho, Bun. Dorongan untuk mencuri barang milik orang lain ini tidak boleh dibiarkan. Jika curiga Si Kecil mengalaminya, Bunda perlu tahu cara mengatasi kleptomania pada anak agar perilaku tersebut tidak berlanjut hingga dewasa.
Anak yang mengalami kleptomania bisa saja membawa pulang barang milik temannya atau barang yang dia lihat di toko. Namun, motif mengambil barang ini tidak didasari oleh kebutuhan, tetapi murni karena adanya keinginan untuk mengambil saja.
Ketika timbul keinginan untuk mengambil suatu barang, anak yang mengalami kleptomania akan merasa resah atau tegang, dan baru bisa tenang ketika dia berhasil mengambil barang tersebut.
Barang yang diambil juga bukan barang yang berharga atau penting. Bahkan, barang tersebut bisa tidak digunakan sama sekali. Biasanya, dia akan menyimpan barang curiannya atau malah memberikannya kepada orang lain.
Perlu diketahui bahwa penderita kleptomania bisa merasa bersalah dan menyesal setelah mencuri. Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menahan keinginan mencurinya di lain waktu, sehingga hal ini berulang terus.
Tips bagi Orang Tua untuk Mengatasi Kleptomania pada Anak
Jika Bunda curiga buah hati mengalami kleptomania, sebaiknya konsultasikan hal tersebut dengan psikiater atau psikolog. Pasalnya, keluguan dan ketidaktahuan anak bahwa mengambil barang orang lain itu salah sering disalahpahami sebagai kleptomania pada anak.
Jika memang Si Kecil mengalami kleptomania, psikolog atau psikiater bisa memberikannya terapi kognitif perilaku yang khusus dirancang untuk mengatasi kleptomania pada anak. Guna mendukung keberhasilan terapi ini, ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan, yaitu:
1. Pahami dan terima keadaan anak
Bunda perlu tahu bahwa kleptomania berbeda dengan mencuri seperti yang biasa pencuri lakukan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ini adalah gangguan kesehatan mental yang dapat menjebak penderitanya dalam perasaan cemas, ingin mencuri, dan merasa bersalah secara berulang-ulang.
Faktanya, penyebab kleptomania hingga kini belum benar-benar diketahui. Namun, beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kleptomania dan ketidakseimbangan hormon di otak. Jadi, ini bukan masalah Bunda kurang memberikan perhatian atau uang jajan kepada anak.
Wajar jika Bunda mungkin merasa sedih dan sedikit kecewa akan perilaku buah hati. Namun, pahamilah bahwa ia juga mungkin tidak mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Jadi, pelan-pelan terima keadaannya, tidak usah merasa bersalah, dan tetaplah curahkan kasih sayang untuknya.
2. Bicarakan kondisi ini dengan anak
Bunda tetap harus menanamkan bahwa mengambil barang orang lain dengan sengaja termasuk perbuatan yang salah dan memiliki konsekuensi. Namun, ingat juga bahwa anak dengan kleptomania mungkin akan merasa stres dan bingung dengan perasaan dan dorongan-dorongan mencuri yang terjadi padanya.
Si Kecil mungkin juga akan malu atau takut disangka orang jahat jika mengakui ini ke teman-temannya. Jadi, Bunda perlu menjadi teman bicaranya. Jangan sampai ia memendam semua perasaannya sendiri.
Bunda bisa menanyakan apa yang ia rasakan ketika mencuri dan bagaimana perasaannya setelahnya. Katakan padanya bahwa Bunda mengerti bahwa ini adalah situasi yang sulit untuknya. Jika Si Kecil mengaku merasa bersalah, katakan padanya bahwa itu adalah tanda yang baik, karena ia tahu mana yang benar dan salah.
3. Ajarkan anak untuk mengakui kesalahan dan minta maaf
Jika Bunda melihat Si Kecil membawa pulang barang yang bukan miliknya, hal pertama yang Bunda harus lakukan adalah bertanya baik-baik padanya. Jangan langsung marah ya, Bun. Ketika sudah mengaku, ajaklah ia mendatangi pemilik barang tersebut dan mintalah ia untuk mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
Si Kecil mungkin akan ketakutan selama melakukan ini, tapi Bunda tidak perlu memintakan maaf untuknya. Biarkan ia belajar bertanggung jawab sendiri. Namun, setelah itu, pastikan Bunda menenangkannya dan berterima kasih atas usahanya dalam meminta maaf.
4. Ajarkan anak teknik relaksasi
Ketika mengalami dorongan untuk mencuri, anak yang mengalami kleptomania akan kesulitan untuk mengendalikan keinginannya dan akhirnya merasa cemas. Untuk mengatasi ini, Bunda bisa mengajarkannya teknik relaksasi.
Teknik ini diharapkan dapat menekan dorongan yang timbul dan mengurangi kejadian mencuri. Cara yang bisa dilakukan misalnya menarik napas yang dalam dan menghembuskannya sebanyak beberapa kali dalam beberapa menit, memikirkan tempat yang indah, atau memfokuskan pikiran dengan menghitung.
5. Alihkan perhatian anak dengan aktivitas lain
Setiap kali Bunda bersama buah hati dan melihat tanda-tanda ia ingin mencuri, Bunda bisa berusaha untuk mencegah dengan mengalihkan perhatiannya pada aktivitas positif lain.
Misalnya, jika sedang pergi berbelanja, ajaklah Si Kecil untuk sibuk memilih bahan makanan yang akan dijadikan menu makan malam nanti. Dengan begitu, perhatian Si Kecil akan tertuju pada barang yang akan dibeli.
Selain itu, Bunda juga jadi bisa memantaunya dan langsung mengambil alih ketika ia terlihat ingin mencuri dengan mengajaknya melakukan teknik relaksasi bersama.
Anak dengan kleptomania mungkin akan merasa malu atau bahkan membenci dirinya sendiri karena memiliki kebiasaan yang tidak terpuji dan bisa merugikan orang lain. Oleh karena itu, Bunda dan Ayah harus tetap menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada Si Kecil, agar ia mengerti bahwa dirinya berharga dan dicintai.
Selain itu, jangan pula membandingkan dirinya dengan orang lain atau saudara kandungnya sendiri. Usahakan pula untuk selalu bersabar dan tidak bersikap terlalu keras kepadanya. Buatlah batasan kapan harus marah dan kapan harus mengerti keadaan anak. Hal ini penting agar kesehatan mental anak tetap terjaga.
Mengatasi kleptomania pada anak memang bukanlah hal yang mudah, karena dibutuhkan kesabaran dan konsistensi. Jika Bunda merasa kesulitan dalam menghadapi perilaku kleptomania yang dialami Si Kecil, jangan ragu untuk meminta saran atau bantuan dari psikolog, ya.