Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Kusta, juga dikenal sebagai lepra atau penyakit Hansen, dapat menimbulkan gejala berupa mati rasa, lesi kulit, serta gangguan pada otot dan indra peraba. 

Gejala kusta umumnya berkembang secara bertahap dan bisa menyebabkan kerusakan saraf serta cacat jika tidak diobati. Lepra juga kerap membuat penderita mengalami diskriminasi, yang kemudian dapat berdampak pada kondisi psikologis hingga penurunan kepercayaan diri.

Kusta - Alodokter

Penyebab Kusta

Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini menyebar melalui percikan cairan dari saluran pernapasan, seperti ludah atau dahak penderita yang keluar ketika batuk atau bersin. Penularan biasanya terjadi setelah kontak erat dan berkepanjangan dengan penderita, sehingga penyakit ini tidak mudah menular.

Bakteri penyebab lepra memerlukan waktu lama untuk berkembang biak di tubuh manusia, sehingga gejalanya sering kali baru muncul bertahun-tahun setelah infeksi. Perlu diketahui bahwa kusta tidak menular hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau berhubungan seksual, juga tidak menular dari ibu ke janin.

Selain penularan langsung, beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko terkena kusta:

  • Sering bersentuhan dengan hewan pembawa bakteri kusta, seperti armadillo
  • Bertempat tinggal atau berkunjung ke daerah endemik kusta
  • Memiliki daya tahan tubuh lemah

Gejala Kusta

Gejala kusta biasanya berkembang secara bertahap dan pada awalnya tidak begitu jelas. Berikut ini adalah beberapa gejala yang bisa ditemui pada penderita kusta:

  • Kulit menjadi mati rasa dan kehilangan sensitivitas terhadap suhu, sentuhan, tekanan, atau nyeri
  • Kulit menjadi kaku, kering, dan kehilangan kemampuan berkeringat (anhidrosis)
  • Luka di telapak kaki tanpa rasa nyeri
  • Benjolan atau pembengkakan di wajah dan telinga
  • Bercak kulit yang tampak lebih pucat daripada kulit di sekitarnya
  • Pembesaran saraf, biasanya di siku atau lutut
  • Otot melemah, terutama pada tangan dan kaki
  • Hilangnya alis dan bulu mata secara permanen
  • Mata kering dan jarang berkedip
  • Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung

Jika kusta menyerang sistem saraf, penderita dapat kehilangan kemampuan untuk merasakan luka atau cedera pada tangan dan kaki.

Berdasarkan tingkat keparahan dan gejalanya, kusta dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu:

  • Intermediate leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau lebih cerah daripada warna kulit sekitarnya, yang terkadang dapat sembuh dengan sendirinya
  • Tuberculoid leprosy, dengan gejala beberapa lesi datar yang kadang berukuran besar, mati rasa, dan saraf membesar
  • Borderline tuberculoid leprosy, yang ditandai dengan keluhan lesi berukuran kecil dan lebih banyak daripada tuberculoid leprosy
  • Mid-borderline leprosy, yaitu berupa lesi kemerahan yang tersebar secara acak dan asimetris, mati rasa, dan pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar kusta
  • Borderline lepromatous leprosy, yakni lesi yang berjumlah banyak dengan bentuk datar atau benjolan, dan bisa menimbulkan keluhan mati rasa
  • Lepromatous leprosy, yang ditandai dengan keluhan berupa lesi yang tersebar dengan simetris, lesi timbul mengandung banyak bakteri, rambut rontok, gangguan saraf, serta kelemahan anggota gerak

Kapan harus ke dokter

Segera periksakan ke dokter jika mengalami gejala kusta yang disebutkan di atas, terutama jika ada faktor risiko, seperti tinggal di daerah endemik atau sering melakukan kontak dengan penderita kusta. Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk meningkatkan peluang sembuh dan mencegah terjadinya komplikasi.

Jika Anda mengalami keluhan mirip gejala kusta dan belum yakin penyebabnya, jangan ragu untuk berkonsultasi lewat Chat Bersama Dokter. Dokter akan membantu mencari tahu penyebab gejala, meresepkan obat, atau merujuk ke rumah sakit terdekat bila diperlukan. 

Diagnosis Kusta

Untuk mendiagnosis kusta, dokter akan menanyakan gejala, penyakit yang pernah atau sedang dialami, dan riwayat perjalanan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama dengan melihat adanya lesi kulit yang khas. Lesi pada lepra biasanya berupa bercak pucat atau kemerahan yang mati rasa.

Guna memastikan diagnosis, dokter dapat mengambil sampel kulit (skin smear) untuk diperiksa di laboratorium. Tujuannya adalah untuk mencari keberadaan bakteri Mycobacterium leprae, dengan uji bakteri tahan asam (BTA).

Di daerah endemik lepra, seseorang dapat didiagnosis menderita lepra meskipun pemeriksaan kerokan kulit menunjukkan hasil negatif. Hal ini mengacu pada klasifikasi badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) terhadap penyakit kusta, yaitu:

  • Paucibacillary, yaitu terdapat lesi kulit meskipun hasil kerokan kulit negatif
  • Multibacillary, yakni terdapat lesi kulit dengan hasil smear positif

Jika ditemukan gejala berat atau komplikasi, dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan, seperti:

Pengobatan Kusta

Pengobatan utama untuk kusta atau lepra adalah pemberian antibiotik kombinasi dalam jangka waktu 1–2 tahun, tergantung jenis kusta yang diderita pasien. Contoh antibiotik yang digunakan untuk penanganan kusta antara lain:

Di Indonesia, pengobatan kusta dilakukan dengan metode MDT (multidrug therapy), yaitu kombinasi dua antibiotik atau lebih.

Setelah pengobatan dengan antibiotik, operasi umumnya akan dilakukan sebagai penanganan lanjutan. Operasi bagi penderita kusta bertujuan untuk:

  • Memperbaiki kerusakan saraf
  • Memulihkan bentuk tubuh yang cacat
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh

Komplikasi Kusta

Jika tidak ditangani, kusta dapat menimbulkan komplikasi, seperti:

  • Mati rasa permanen
  • Glaukoma dan kebutaan
  • Gagal ginjal
  • Kerusakan bentuk wajah atau hidung
  • Kemandulan pada pria
  • Otot melemah
  • Kerusakan saraf di tangan, kaki, dan telapak kaki
  • Cacat fisik seperti hilangnya alis, jari, atau bagian hidung

Selain komplikasi fisik, diskriminasi akibat kusta dapat menyebabkan tekanan psikologis, depresi, bahkan berisiko memunculkan keinginan penderitanya untuk melakukan percobaan bunuh diri.

Pencegahan Kusta

Sampai saat ini, belum tersedia vaksin untuk mencegah kusta. Pencegahan terbaik adalah deteksi dini dan pengobatan yang tepat guna mengurangi risiko terjadinya komplikasi dan penularan kusta. Upaya lain yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menghindari kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta, misalnya armadillo
  • Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya di daerah endemik agar tidak ragu memeriksakan diri jika ada gejala
  • Mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta

Pengetahuan yang cukup tentang kusta dan pencegahannya diharapkan mampu menghilangkan stigma serta meningkatkan kualitas hidup penderita kusta.