Lalat Tsetse banyak ditemukan di Afrika dan bisa menularkan penyakit tidur. Penyakit yang disebabkan oleh lalat ini disebut African trypanosomiasis. Lalat Tsetse menyerang sistem saraf manusia dan menyebabkan penderitanya mengalami gangguan tidur, koma, bahkan kematian.
Jika diperhatikan, lalat Tsetse memiliki beberapa perbedaan dengan lalat pada umumnya. Selain kelopak matanya yang besar, lalat ini juga memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki lalat lain, yaitu moncong (proboscis) yang panjang seperti jarum pada bagian kepalanya. Lalat ini bisa “menggigit” seperti nyamuk.
Kenapa Lalat Tsetse Bisa Sebabkan Penyakit Tidur?
Lalat Tsetse adalah inang dari beragam parasit, termasuk Trypanosoma brucei yang menjadi penyebab penyakit tidur. Ketika lalat Tsetse mengisap darah manusia, parasit T. brucei akan masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan penyakit tidur.
Perlu Anda ketahui bahwa parasit penyebab penyakit tidur ini memiliki dua varian, yaitu:
Trypanosoma brucei gambiense
Serangan parasit ini lebih sering terjadi di Afrika wilayah Barat dan Tengah, yang dilaporkan telah menyumbang 97% kasus penyakit tidur. T. b. gambiense adalah parasit yang bergerak lambat dan bisa berada di dalam darah hingga 1–2 tahun bahkan bisa lebih, sebelum menyerang saraf dan menimbulkan gejala.
Trypanosoma brucei rhodesiense
Serangan parasit ini banyak terjadi di Afrika wilayah Timur dan Selatan. Dilaporkan telah menyumbang kurang dari 3% kasus penyakit tidur.
Berbeda dengan varian sebelumnya, T. b. rhodesiense bergerak lebih cepat dan dapat menyerang sistem saraf pusat hanya dalam waktu beberapa minggu. Jika tidak segera diobati, infeksi parasit ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam beberapa bulan.
Gejala Penyakit Tidur Akibat Gigitan Lalat Tsetse
Ada dua tahapan gejala penyakit tidur yang muncul akibat gigitan lalat Tsetse. Pada tahap awal, gejala dapat berupa luka, ruam, atau gatal di lokasi gigitan, lemas berkepanjangan, demam, nyeri otot, sakit kepala, serta penurunan berat badan.
Ketika parasit sudah menginfeksi sistem saraf pusat, barulah muncul gejala tahap kedua yang lebih khas daripada gejala di tahap awal, yaitu:
- Sering mengantuk di siang hari
- Gangguan kepribadian
- Gangguan kesimbangan tubuh
- Gangguan tidur (insomnia)
- Lumpuh sebagian (kelumpuhan parsial)
Mencegah Penyakit Tidur Akibat Gigitan Lalat Tsetse
Lalat Tsetse banyak ditemukan di Afrika. Jadi, jika ingin bepergian ke benua Afrika, Anda harus mengetahui cara menghindari gigitan lalat ini agar tidak tertular penyakit tidur.
Berikut adalah cara mencegah gigitan lalat Tsetse:
- Kenakan pakaian yang agak tebal karena gigitan lalat Tsetse dapat menembus kain yang tipis.
- Hindari mengenakan pakaian yang berwarna terang atau sangat gelap karena warna tersebut dapat menarik perhatian lalat Tsetse.
- Gunakan kelambu saat tidur guna menghalau gigitan lalat Tsetse.
- Periksa kendaraan terlebih dahulu sebelum menggunakannya, terutama jika Anda menggunakan kendaraan terbuka, seperti mobil jeep atau truk pick-up.
- Hindari mendekati area semak-semak di siang hari.
Lalat Tsetse yang merupakan pembawa penyakit tidur memang tidak ditemukan di Indonesia. Meski begitu, bukan berarti Anda tidak perlu mewaspadai penyakit ini. Selain ditularkan oleh gigitan lalat Tsetse, penyakit tidur juga bisa ditularkan lewat jarum yang terkontaminasi parasit T. brucei atau melalui hubungan seksual dengan penderita.
Sebaiknya, periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala yang mengarah pada penyakit tidur, terutama setelah Anda bepergian ke daerah Afrika, di mana terdapat banyak lalat Tsetse.