Gangguan kepribadian adalah gangguan mental dengan ciri-ciri pola pikir dan perilaku yang tidak normal serta sulit untuk diubah. Penderita gangguan kepribadian juga mengalami kesulitan untuk memahami situasi dan orang lain.
Gejala gangguan kepribadian biasanya muncul pada usia remaja atau awal dewasa. Gangguan ini sering kali tidak disadari oleh penderitanya, tetapi terlihat jelas oleh orang di sekitarnya. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah pada lingkungan sosial, baik di rumah, sekolah, maupun pekerjaan.
Penyebab Gangguan Kepribadian
Penyebab gangguan kepribadian belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat faktor genetik yang diturunkan dari orang tua atau pengaruh lingkungan.
Berikut adalah beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kepribadian:
- Memiliki kelainan pada struktur atau zat kimia otak
- Menghabiskan masa kecil di dalam kehidupan keluarga yang tidak harmonis
- Merasa sering diabaikan sejak masa kanak-kanak
- Mengalami pelecehan pada masa kanak-kanak, baik secara verbal maupun fisik
- Menjalani hidup di tengah keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi
Gejala Gangguan Kepribadian
Berdasarkan jenisnya, gangguan kepribadian dibagi tiga, yaitu gangguan kepribadian kelompok A, kelompok B, dan kelompok C. Pembagian ini berdasarkan karakteristik dan gejala khas yang dialami penderita.
Orang dengan gangguan kepribadian kelompok A umumnya memiliki pemikiran dan perilaku yang aneh dan tidak wajar. Jenis-jenis gangguan kepribadian kelompok A beserta gejalanya adalah:
-
Gangguan kepribadian skizotipal
Pada jenis gangguan kepribadian ini, penderitanya tidak suka berhubungan dekat dengan orang lain, serta memiliki tingkah laku, cara bicara, dan gaya berpakaian yang tidak wajar.
-
Gangguan kepribadian skizoid
Penderita dengan gangguan kepribadian ini bersifat dingin, suka menyendiri, tidak mau berteman, dan menghindari interaksi sosial.
-
Gangguan kepribadian paranoid
Penderita gangguan kepribadian paranoid memiliki rasa curiga dan tidak percaya yang berlebihan terhadap orang lain, termasuk kepada pasangan.
Sementara itu, gangguan kepribadian kelompok B memiliki ciri-ciri pola pikir dan perilaku yang tidak bisa diprediksi, serta perilaku yang cenderung dramatis dan emosional. Jenis gangguan kepribadian kelompok B dan gejalanya antara lain:
-
Gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder)
Gangguan kepribadian ambang ditandai dengan perilaku yang impulsif dan berisiko, emosi yang tidak stabil dan rapuh, serta dorongan untuk menyakiti diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian ini juga cenderung rentan mengalami identity crisis.
-
Gangguan kepribadian antisosial
Penderita gangguan kepribadian ini kerap mengabaikan norma sosial, melanggar hukum, bersikap kasar dan agresif, serta tidak memiliki simpati terhadap orang lain. Psikopat atau sosiopat dan Ripley Syndrome merupakan dua jenis kepribadian yang termasuk dalam gangguan kepribadian antisosial.
-
Gangguan kepribadian narsistik
Pada gangguan kepribadian narsistik, penderitanya merasa yakin bahwa dirinya lebih istimewa daripada orang lain, cenderung arogan, dan selalu mengharapkan pujian dari orang lain.
-
Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik mengakibatkan penderitanya terlalu mencemaskan penampilan, cenderung dramatis dalam berbicara, dan sering mencari perhatian.
Meski jenisnya berbeda-beda, gangguan kepribadian kelompok C memiliki satu ciri yang sama, yaitu rasa cemas dan takut. Berikut adalah jenis gangguan kepribadian kelompok C dan gejala yang timbul:
-
Gangguan kepribadian dependen
Gangguan kepribadian dependen ditandai dengan perilaku yang bergantung pada orang lain dalam hal apa pun, tidak percaya diri dan merasa tidak bisa melakukan apa-apa jika sendirian, serta tidak bisa membela diri.
-
Gangguan kepribadian menghindar
Gangguan kepribadian menghindar disebut juga avoidant personality disorder. Penderita gangguan ini kerap menghindari kontak sosial, terutama dalam kegiatan baru yang melibatkan orang asing, karena merasa takut tidak diterima atau akan dipermalukan.
-
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
Pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif, penderitanya bisa dikatakan “gila kendali”, sulit bekerja sama dengan orang lain karena standar yang terlalu tinggi, mudah cemas atau takut jika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan aturan atau keinginannya, dan keras kepala.
Kapan harus ke dokter
Segera konsultasikan ke dokter bila Anda menyadari perilaku Anda mengarah ke gangguan kepribadian, terutama jika gejala tersebut sudah mengganggu aktivitas sehari-hari atau membahayakan diri. Pemeriksaan juga perlu dilakukan bila perilaku tersebut mendatangkan keluhan dari rekan kerja atau orang terdekat.
Bila orang di sekitar Anda menunjukkan gejala gangguan kepribadian, ajak ia berbagi cerita dan bicaralah baik-baik mengenai gejala yang dialaminya. Jika memungkinkan, ajak dia menemui psikiater.
Segera ke IGD jika Anda melihat gelagat seseorang ingin melukai diri sendiri, bunuh diri, atau jika ia berpotensi melukai orang lain. Tetaplah bersamanya dan cari pertolongan secepatnya.
Diagnosis Gangguan Kepribadian
Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, dokter atau psikiater akan melakukan tanya jawab seputar gejala serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
Setelah itu, dokter atau psikiater akan berdiskusi dengan pasien atau memberikan kuesioner terkait pikiran, perasaan, dan perilakunya. Informasi tambahan dari anggota keluarga, rekan kerja, atau teman terdekat akan sangat membantu dokter dalam menentukan diagnosis.
Bila dirasa perlu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, untuk mengetahui apakah gejala pada pasien disebabkan oleh kecanduan alkohol atau efek obat-obatan terlarang, karena bisa saja hal itulah yang memicu munculnya gejala-gejala gangguan kepribadian.
Pengobatan Gangguan Kepribadian
Terapi psikologis di bawah bimbingan psikiater merupakan metode utama untuk menangani gangguan kepribadian. Terapi ini bertujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan emosi dan pikirannya dengan lebih baik.
Beberapa jenis terapi psikologis yang bisa digunakan psikiater untuk menangani gangguan kepribadian adalah:
Terapi perilaku kognitif
Terapi ini bertujuan untuk menemukan pola pikir yang menghasilkan perilaku negatif, kemudian secara perlahan mengubahnya menjadi positif. Terapi ini dapat membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
Terapi psikodinamik
Terapi ini bertujuan untuk mencari tahu dan membenahi segala bentuk penyimpangan yang telah ada sejak masa kanak-kanak. Setelah diketahui, pasien akan diajarkan cara untuk menghadapi masalah-masalah terkait penyimpangan tersebut secara mandiri.
Terapi interpersonal
Dalam terapi interpersonal, pasien akan diajarkan cara menjalin interaksi yang baik dengan orang lain. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain. Dengan kata lain, bila interaksi tersebut bermasalah, gangguan kepribadian pun bisa terbentuk.
Selain terapi psikologis, beberapa metode pengobatan berikut ini juga dapat digunakan untuk menangani gangguan kepribadian:
-
Penggunaan obat-obatan
Jenis obat-obatan psikiatri, seperti antidepresan, mood stabilizer (antimania), antipsikotik, atau pereda cemas bisa membantu meredakan gejala gangguan kepribadian, khususnya jika keluhan sudah mengganggu keseharian.
-
Perbaikan gaya hidup
Menerapkan gaya hidup sehat, seperti rajin berolahraga dan aktif dalam berbagai kegiatan, dapat membantu mengelola emosi dan menjauhkan diri dari depresi, stres, serta kecemasan.
Komplikasi Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian dapat menyebabkan komplikasi serius, baik pada fisik, emosi, maupun perilaku. Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah:
- Perasaan tidak bahagia dalam hidup
- Produktivitas menurun
- Sulit menjalin hubungan dengan orang lain
- Terasingkan dari lingkungan sosial
- Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
- Keinginan untuk bunuh diri dan mencelakai orang lain
- Terjerat masalah hukum dan keuangan
Pencegahan Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian tidak dapat dicegah, tetapi arah atau dimensi kepribadian masih bisa diidentifikasi sejak dini. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini adalah:
- Berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi
- Berbagi cerita dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah
- Berolahraga, makan teratur, dan mengelola stres dengan baik
- Tidur dan bangun tidur pada waktu yang sama setiap hari
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
- Mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter sesuai dosis dan aturan pakai