Anak disabilitas fisik perlu mendapatkan perawatan dan pendampingan dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, anak disabilitas dapat mengembangkan kemampuan mereka dan belajar untuk menjalani hari-harinya secara mandiri.

Secara umum, disabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Kondisi yang juga kerap disebut sebagai difabel ini juga diartikan sebagai penurunan kemampuan atau hilangnya fungsi pada bagian tubuh tertentu.

Cara Merawat dan Mendampingi Anak Disabilitas Fisik - Alodokter

Kondisi disabilitas dapat dialami siapa saja, termasuk anak-anak. Hal ini membuat anak terbatas dalam beraktivitas, sehingga memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.

Oleh karena itu, bagi Anda yang memiliki anak dengan disabilitas, penting untuk mengetahui cara merawat dan mendampinginya. Dengan demikian, anak dapat lebih memahami kondisinya dan belajar untuk menjalani aktivitas secara mandiri.

Cara Merawat dan Mendampingi Anak Disabilitas

Jika anak Anda telah mendapat diagnosis disabilitas fisik sejak lahir, setelah sakit, atau setelah mengalami cedera, berikut ini adalah beberapa cara merawat dan membimbing anak disalibitas fisik yang bisa Anda coba lakukan:

Bergabung dengan komunitas orang tua dari anak disabilitas

Ketika dokter memberikan diagnosis mengenai kondisi anak Anda yang memiliki kebutuhan khusus, Anda perlu mengumpulkan beragam informasi mengenai kondisi tersebut. Anda bisa mencari infromasi secara daring atau berkonsultasi dengan dokter.

Anda juga bisa bergabung dengan komunitas yang beranggotakan sesama orang tua dengan anak disabilitas. Melalui perkumpulan tersebut, Anda dapat bertukar informasi mengenai permasalahan, cara merawat, atau pengalaman yang dihadapi setiap orang tua.

Selain dapat menambah informasi, bergabung dalam perkumpulan atau komunitas orang tua dari anak penyandang disabilitas dapat membuat Anda tidak merasa sendiri dan memiliki teman untuk saling berbagi.

Bermain bersama anak dan membangun interaksi sosial

Bermain dan membangun pertemanan dapat membantu anak disabilitas mengembangkan keterampilan fisik, komunikasi, dan sosialnya. Tak hanya itu, permainan membuat mereka bisa bersenang-senang dengan berbagai hal yang dilakukannya.

Bermain juga membantu anak disabilitas belajar berbagi, bekerja sama, dan membangun empati terhadap orang lain. Dengan bermain, anak penyandang disabilitas pun dapat merasakan bahwa mereka mendapat dukungan dari orang lain. Hal ini baik untuk membangun self-esteem dalam dirinya.

Jika anak mengalami disabilitas sejak lahir dan keterbatasan fisiknya berada di tubuh bagian bawah, Anda bisa mengajarkan beberapa aktivitas dengan anggota tubuh bagian atas dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bertujuan agar anak disabilitas tetap aktif bergerak dan tidak merasa dibatasi dengan kondisi yang dimilikinya.

Hal tersebut bertujuan agar anak disabilitas tetap aktif bergerak dan tidak merasa dibatasi dengan kondisi yang dimilikinya.

Ketika anak sudah berusia sekitar 3–6 tahun, Anda dapat membacakan buku cerita atau menceritakan situasi dalam suatu permainan. Hal ini dapat membantu anak disabilitas untuk belajar berkomunikasi atau menghadapi situasi tertentu.

Berbagai Bantuan Medis untuk Anak Disabilitas

Bila seiring pertambahan usia anak Anda tetap sulit melakukan aktivitas sehari-hari, konsultasikan kondisi anak Anda ke dokter spesialis anak. Dokter akan melakukan rangkaian pemeriksaan dan merekomendasikan perawatan pendamping, misalnya fisioterapi.

Fisioterapis akan mengenalkan kepada anak Anda hal-hal yang dapat dilakukan sendiri serta penggunaan alat bantu yang memudahkan mereka bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Untuk anak disabilitas yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, dokter dapat merekomendasikan untuk menjalani terapi bahasa atau bicara dan bahkan menggunakan alat bantu tertentu.

Selain kesulitan dalam bergerak dan berkomunikasi, anak disabilitas juga biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa menggunakan toilet.

Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai hal, termasuk kondisi kesehatan yang memengaruhi kemampuannya untuk mengontrol kandung kemih atau usus. Oleh karena itu, orang tua perlu lebih sabar saat mendampingi anak disabilitas belajar melakukan berbagai hal, termasuk buang air kecil dan buang air besar.

Fisioterapis juga dapat memberikan saran dalam menggunakan toilet atau pispot khusus, serta posisi yang tepat saat menggunakannya.

Beberapa anak disabilitas juga mengalami gangguan tidur karena berbagai hal, seperti kejang otot atau kesulitan bernapas. Kondisi ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman mereka tentang alasan dan kapan mereka perlu tidur.

Untuk mengatasinya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan tips agar anak Anda bisa tidur dengan nyenyak dan tidak mengganggu waktu istirahat anggota keluarga yang lain.

Selain beberapa penanganan di atas, Anda mungkin membutuhkan saran dan bantuan dari dokter spesialis dalam merawat anak disabilitas fisik. Berikut ini adalah beberapa dokter spesialis yang dapat membantu Anda:

  • Dokter bedah ortopedi, untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan otot dan struktur tulang anak.
  • Dokter spesialis mata, untuk memberikan penanganan terkait masalah penglihatan anak.
  • Dokter spesialis rehabilitasi medik anak, untuk penanganan kondisi fisik anak dengan cacat kronis.
  • Psikiater anak, untuk menangani kondisi terkait gangguan perilaku dan emosional, serta kemampuan kognitif.
  • Dokter spesialis THT, untuk menangani anak disabilitas dengan kondisi medis yang berkaitan dengan pernapasan, gangguan makan atau menelan, serta masalah pada hidung dan sinus.

Setiap orang tua tentu merasa khawatir terhadap masa depan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus. Anda dapat mengikuti berbagai cara menangani anak disabilitas di atas dan melakukan konsultasi rutin, baik dengan dokter atau terapis.

Jika Anda masih memiliki pertanyaan lebih jauh seputar anak disabilitas fisik, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Dengan begitu, dokter dapat memberikan saran dan tips merawat anak penyandang disabilitas sesuai kondisi kesehatannya.