Disabilitas adalah keterbatasan fisik, intelektual, atau mental yang menyebabkan penyandangnya kesulitan melakukan aktivitas atau berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya secara mandiri. Disabilitas dapat terlihat oleh mata atau bisa juga tidak kasatmata.

World Health Organization (WHO) memperkirakan setidaknya ada 1,3 miliar orang di seluruh dunia yang mengalami disabilitas. Setiap penyandang disabilitas (difabel) memiliki keterbatasan yang berbeda-beda. Namun, tidak peduli jenis disabilitasnya, difabel memiliki hak yang sama dengan semua orang dan tidak boleh mendapatkan diskriminasi apa pun.

Disabilitas

Penting bagi kita untuk mempelajari tentang disabilitas agar bisa memahami apa yang dialami dan dibutuhkan oleh para difabel sehari-harinya, baik di rumah maupun di komunitas. Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk menghargai, membantu, dan hidup berdampingan dengan penyandang disabilitas.

Jenis-jenis Disabilitas

Seseorang bisa dikatakan menyandang disabilitas jika keterbatasan yang diderita berlangsung selama minimal 6 bulan. Menurut Undang-Undang RI No. 8 tahun 2016 tentang Ragam Penyandang Disabilitas, disabilitas dibagi 4, yaitu:

1. Disabilitas Fisik

Disabilitas fisik adalah keterbatasan fisik yang memengaruhi mobilitas, ketangkasan, kapasitas fisik, atau stamina. Seseorang dikatakan menyandang disabilitas fisik jika terdapat kelainan pada bentuk atau fungsi tubuh, otot, sendi, maupun syaraf. Contoh disabilitas fisik adalah kelumpuhan, amputasi, atau cerebral palsy.

2. Disabilitas Intelektual

Disabilitas intelektual adalah suatu kondisi yang membatasi kecerdasan dan mengganggu kemampuan adaptif, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk hidup mandiri atau berkomunikasi.

The American Psyhological Association (APA) mengklasifikasikan penyandang disabilitas intelektual berdasarkan skor IQ. Seseorang dikatakan menyandang disabilitas intelektual jika skor IQ-nya sebesar 69–25.

Contoh disabilitas intelektual adalah tunagrahita dan down syndrome.

3. Disabilitas Mental

Disabilitas mental adalah keterbatasan akibat gangguan pada pola pikir, emosi, dan perilaku. Beberapa contoh disabilitas mental antara lain skizofrenia, bipolar, depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian.

4. Disabilitas Sensorik

Disabilitas sensorik adalah terganggunya salah satu atau beberapa fungsi dari pancaindra. Contoh disabilitas sensorik antara lain tunanetra (gangguan penglihatan), tunarungu (gangguan pendengaran), atau tunawicara (gangguan berbicara).

Penyebab Disabilitas

Disabilitas bisa terjadi sejak lahir atau baru muncul di kemudian hari. Ada banyak kondisi yang bisa menyebabkan disabilitas.

Berikut ini adalah penyebab disabilitas berdasarkan jenisnya:

Disabilitas Fisik

  • Kecelakaan
  • Kelainan bawaan dari sejak lahir, misalnya cerebral palsy
  • Penyakit kronis, seperti diabetes yang menyebabkan gangrene hingga amputasi, atau multiple sclerosis
  • Penyakit pada saraf dan otot, seperti stroke, polio, sindrom Guillain-Barré, myasthenia gravis, atau ALS

Disabilitas Intelektual

  • Kelainan genetik, seperti pada sindrom Down atau sindrom Prader-Willi
  • Kebiasaan merokok, atau mengonsumsi minuman beralkohol maupun obat-obatan terlarang saat hamil
  • Penyakit atau kondisi medis tertentu yang bisa menganggu perkembangan janin, seperti hipotiroidisme
  • Infeksi berat pada masa kehamilan yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, seperti toksoplasmosis dan rubella
  • Kekurangan oksigen atau cedera pada otak saat proses persalinan
  • Cedera kepala berat atau tenggelam dalam waktu yang lama pada masa kecil
  • Paparan racun, misalnya timbal atau merkuri, saat hamil atau pada masa kecil
  • Infeksi yang menyebar ke sistem saraf, seperti meningitis atau campak, pada masa kecil

Disabilitas Mental

Disabilitas Sensorik

  • Kelainan bawaan dari lahir
  • Penyakit yang merusak saraf atau pembuluh darah pada organ sensorik, contohnya retinopati diabetik, stroke, glaukoma, atau meningitis
  • Kecelakaan
  • Kondisi lingkungan yang merusak organ sensoris, misalnya lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi yang dapat merusak pendengaran

Gejala Disabilitas

Gejala disabilitas dapat berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Beberapa karakteristik disabilitas yang dapat muncul antara lain:

Disabilitas Fisik

Gejala disabilitas fisik bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada penyebabnya. Beberapa gejala yang dapat dialami penyandang disabilitas ini adalah:

  • Anggota gerak tubuh kaku, lemah, atau lumpuh
  • Ada bagian tubuh yang tidak lengkap atau tidak sempurna
  • Gerakan anggota tubuhnya terbatas atau tidak terkendali dengan baik
  • Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
  • Kesulitan berdiri, berjalan, atau duduk
  • Kaki lumpuh atau layu

Disabilitas Intelektual

Gejala disabilitas intelektual bisa terlihat sejak bayi. Gejala yang paling terlihat antara lain:

  • Tidak bisa berkomunikasi untuk menyatakan keinginannya, termasuk untuk menunjukkan rasa lapar atau haus
  • Tidak dapat mengidentifikasi bahaya
  • Susah bersosialisasi dengan sebayanya
  • Sulit untuk belajar secara mandiri maupun dengan bimbingan
  • Sukar mengurus diri sendiri, misalnya untuk makan, buang air, atau mengenakan pakaian
  • Tidak mampu memikul tanggung jawab

Pada anak dengan kelainan genetik, ada beberapa karakteristik fisik yang dapat terlihat, misalnya bentuk kepala yang lebih kecil, jarak antarmata melebar, telinga lebih besar atau lebih kecil, atau lidah yang besar.

Disabilitas Mental

Gejala disabilitas mental tidak selalu terlihat secara kasat mata. Contoh gejala yang dapat terjadi pada penyandang disabilitas mental antara lain:

  • Takut menghadapi orang lain dan menarik diri dari interaksi sosial
  • Kesulitan mengorientasikan waktu
  • Penurunan daya ingat dan daya kognitif
  • Kehilangan motivasi untuk menjalani aktivitas, bahkan untuk merawat diri
  • Emosi yang labil, misalnya bisa tiba-tiba marah yang meledak-ledak
  • Perilaku yang tidak biasa, seperti berbicara atau tertawa sendiri

Disabilitas Sensorik

Gejala disabilitas sensorik tergantung pada jenisnya, seperti diuraikan berikut ini:

Tunanetra

Penyandang tunanetra mengalami kesulitan untuk melihat atau bahkan sama sekali tidak bisa melihat (buta). Karakteristik penyandang tunanetra di antaranya:

  • Kesulitan untuk membaca atau melakukan aktivitas yang membutuhkan penglihatan tajam, seperti memasak atau menjahit baju
  • Kesulitan dalam menentukan posisi dirinya di suatu tempat
  • Menggunakan tangan, kaki, atau alat bantu untuk merasakan benda di sekitarnya sehingga ia bisa mengetahui posisinya
  • Menggoyang-goyangkan kepala atau badan untuk mengidentifikasi asal suara yang ia dengar
  • Mengalami kelainan pada bentuk mata

Tunarungu dan Tunawicara

Tunarungu adalah kondisi ketika kemampuan seseorang untuk mendengar berkurang atau tidak ada sama sekali (tuli). Sementara itu, tunawicara adalah terbatasnya kemampuan untuk berbicara.

Penyandang tunarungu atau tunawicara memiliki karakteristik yang khas, yaitu:

  • Kesulitan mengatur napas saat bicara karena tidak terbiasa mendengar percakapan orang lain
  • Keterbatasan kosakata dan tata bahasa
  • Berkomunikasi dengan cara memperlihatkan ekspresi wajah dan mimik
  • Menggunakan bahasa isyarat untuk berbicara
  • Memahami perkataan lawan bicara dengan membaca gerakan bibir dan mulutnya
  • Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan

Kapan harus ke dokter

Jika Anda menyadari adanya kelainan dalam pertumbuhan atau perkembangan anak, segera konsultasikan dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan. Tidak semua kelainan pada tumbuh kembang anak berarti disabilitas. Namun, ada baiknya untuk berhati-hati karena ini merupakan tahap yang kritis dalam hidupnya.

Penyandang disabilitas tetap bisa memiliki kualitas hidup yang tinggi terlepas dari keterbatasan yang dimiliki. Konsultasi dengan dokter bisa membantu penyandang disabilitas untuk mengetahui jenis alat bantu atau terapi yang tepat sesuai dengan kondisinya.

Jika Anda atau kerabat yang mengalami disabilitas merasa masih kesulitan untuk beraktivitas, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pilihan bantuan lain yang tersedia.

Selain itu, penyandang disabilitas intelektual disarankan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan meski tidak ada keluhan. Hal ini karena risiko mereka terkena penyakit maupun gangguan mental umumnya lebih tinggi.

Diagnosis Disabilitas

Dokter akan memulai pemeriksaan dengan menanyakan gejala atau riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan tes fisik berdasarkan bagian yang terdampak.

Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter:

  • Tes ketajaman penglihatan dan fungsi mata, untuk menentukan seberapa baik penglihatan mata dan memeriksa apakah ada kerusakan pada mata.
  • Tes audiometri, untuk memeriksa kemampuan telinga dalam mendengar suara.
  • Pemindaian dengan MRI atau CT scan, untuk melihat area otak atau bagian tubuh lain yang mengalami gangguan
  • Tes IQ, untuk mengetahui taraf intelektual seseorang.
  • Tes kesehatan mental dengan mengisi kuesioner, untuk mengevaluasi lebih dalam mengenai kejiwaan pasien.

Penanganan Disabilitas

Penyandang disabilitas akan diberikan terapi atau alat bantu yang membuat mereka lebih mudah dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat diberikan kepada penyandang disabilitas:

Disabilitas Fisik

  • Terapi fisik untuk melemaskan otot yang kaku, meningkatkan kekuatan otot, atau menambah kelenturan saat bergerak
  • Pemberian obat-obatan, seperti pelemas otot untuk meredakan nyeri dan kaku
  • Penggunaan alat bantu, seperti kaki palsu, kruk (tongkat penyangga kaki), atau kursi roda

Disabilitas Intelektual

  • Pemberian pendidikan khusus (sekolah berkebutuhan khusus)
  • Terapi bicara dan bahasa, untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
  • Bergabung dengan komunitas atau organisasi dengan penyandang disabilitas
  • Pemberian pelatihan untuk mempelajari keterampilan yang bisa digunakan di dunia kerja

Disabilitas Mental

  • Psikoterapi
  • Pemberian obat-obatan, seperti obat antidepresan, untuk membantu memperbaiki dan menyeimbangkan suasana hati
  • Mengikuti komunitas atau organisasi dengan penyandang disabilitas mental lainnya
  • Mempelajari teknik-teknik yang dapat menenangkan dan menyeimbangkan mental, seperti teknik pernapasan atau yoga

Disabilitas Sensorik

  • Penggunaan alat bantu, seperti alat bantu dengar
  • Terapi bicara dan bahasa
  • Pembelajaran bahasa isyarat dan huruf Braille
  • Pelatihan yang dapat mengembangkan keterampilan dan bakat penyandang disabilitas sensorik untuk bekerja

Penanganan untuk penyandang disabilitas sangat bergantung pada perawat atau keluarga yang mendampinginya. Hal ini bisa terasa berat dan melelahkan apabila dijalani sendirian.

Jika Anda mendampingi difabel, jangan lupa untuk memperhatikan diri sendiri dan meminta bantuan kepada orang lain bila perlu. Anda juga bisa bergabung dengan komunitas pendamping penyandang disabilitas. Dengan begitu, Anda bisa berbagi cerita dan mendapatkan dukungan dari banyak orang yang mengerti betul situasi Anda.

Selain itu, beberapa komunitas juga bisa membantu Anda mendapatkan akses yang lebih baik ke fasilitas kesehatan atau bantuan pemerintah.

Komplikasi Disabilitas

Jika tidak diberi alat bantu atau penanganan yang tepat, disabilitas dapat membatasi aktivitas hingga menurunkan tingkat kesehatan penyandangnya. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi:

  • Hambatan dalam berkomunikasi
  • Penurunan produktivitas
  • Malnutrisi
  • Risiko lebih besar untuk terjatuh atau mengalami cedera berat
  • Penyalahgunaan NAPZA atau alkohol
  • Isolasi sosial
  • Keinginan untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri

Pencegahan Disabilitas

Ada upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah disabilitas, antara lain:

  • Melengkapi imunisasi dan melakukan konseling sebelum kehamilan, terutama jika memiliki keluarga yang menderita penyakit genetik
  • Menjalani pemeriksaan kesehatan rutin selama kehamilan sesuai yang dianjurkan dokter
  • Menghindari makanan mentah atau setengah matang dan produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi pada masa kehamilan
  • Memastikan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap
  • Tidak merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang
  • Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standard saat berkendara atau bekerja
  • Tidur yang cukup, makan sehat, serta melakukan aktivitas fisik yang teratur
  • Mengonsumsi obat dan kontrol ke dokter secara rutin jika memiliki penyakit kronis, seperti diabetes atau hipertensi