Cedera kepala berat adalah kondisi kepala yang mengalami benturan atau tekanan keras sehingga menyebabkan perdarahan atau kerusakan berat pada otak. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, kondisi ini dapat berakibat fatal.
Cedera kepala berat, atau disebut juga gegar otak berat, bisa disebabkan oleh banyak hal. Kecelakaan lalu lintas dan kekerasan fisik adalah beberapa kejadian yang sering kali menyebabkan seseorang mengalami cedera kepala berat.
Berdasarkan penyebabnya, cedera kepala dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
-
Cedera kepala tertutup
Cedera kepala tertutup dapat terjadi akibat benturan atau sentakan keras pada kepala. Kondisi ini menyebabkan cedera di jaringan otak tetapi tulang tengkorak masih utuh. Diffuse axonal injury merupakan salah satu penyebab cedera kepala tertutup yang berat. -
Cedera kepala terbuka atau luka tembus
Kondisi ini dapat terjadi akibat hantaman yang menyebabkan tulang tengkorak pecah. Bisa juga karena ada benda yang menembus atau menusuk ke tulang tengkorak dan otak, misalnya tembakan peluru ke kepala.
Penyebab Cedera Kepala Berat
Cedera kepala berat dapat terjadi akibat pukulan, tekanan, tusukan, atau sentakan keras ke kepala. Beberapa kejadian yang dapat menyebabkan cedera kepala berat adalah:
- Jatuh
- Cedera saat berolahraga
- Kecelakaan lalu lintas
- Kekerasan fisik
- Ledakan bahan peledak atau bahan lainnya
Faktor risiko cedera kepala berat
Cedera kepala berat dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, cedera kepala berat lebih rentan dialami oleh:
- Pria
- Anak-anak, terutama yang berusia kurang dari 4 tahun
- Dewasa muda, terutama yang berusia 15–24 tahun
- Lanjut usia (lansia), yang berusia 65 tahun ke atas
- Atlet
- Pekerja bangunan
- Pengendara sepeda motor
Gejala Cedera Kepala Berat
Cedera kepala berat dapat menimbulkan gejala yang beragam, baik fisik maupun mental. Gejala dapat muncul seketika, beberapa jam, atau beberapa hari setelah cedera terjadi.
Berikut ini adalah beberapa gejala fisik yang dapat dialami penderita cedera kepala berat:
- Pusing
- Sakit kepala berat
- Kaku pada leher
- Sulit berbicara
- Sulit bernapas
- Sulit menggerakkan beberapa bagian tubuh
- Memar dan bengkak di sekitar kedua mata atau di sekitar telinga
- Kerusakan pada tulang tengkorak atau wajah
- Gangguan pada indra, seperti hilang pendengaran atau penglihatan ganda
- Muntah terus-menerus dan menyembur
- Keluar darah atau cairan bening dari telinga atau hidung
- Disorientasi atau tidak dapat mengenali waktu, tempat, dan orang
- Ketidakmampuan menggerakkan lengan atau kaki
- Perubahan ukuran pupil mata
- Kejang
- Hilang kesadaran
- Amnesia
Sementara itu, gejala mental yang dapat dialami penderita cedera kepala berat meliputi:
- Mudah marah
- Rasa cemas atau depresi
- Gangguan pada ingatan dan konsentrasi
- Perubahan perilaku
Pada anak-anak, gejala yang muncul dapat berupa:
- Perubahan pola makan atau menyusui
- Perubahan pola tidur
- Rewel
- Murung
- Hilang ketertarikan pada aktivitas atau mainan favorit
- Sulit berhenti menangis
- Kehilangan fokus
- Tampak mengantuk
- Kejang
Kapan harus ke dokter
Jika Anda melihat orang di sekitar Anda mengalami benturan atau cedera pada kepala hingga timbul gejala yang menandakan cedera kepala berat, segera bawa ia ke dokter, terlebih jika orang tersebut mengalami gejala yang lebih serius, seperti henti napas.
Anda dapat memberikan pertolongan pertama sembari menunggu pertolongan medis datang. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
- Jangan mengubah posisi penderita, seperti mengubah posisi leher atau melepaskan helm dari kepala.
- Hentikan perdarahan dengan menekan bagian yang mengalami perdarahan menggunakan kain kasa atau kain yang bersih. Namun, jangan lakukan hal tersebut jika terdapat kemungkinan penderita mengalami patah tulang.
- Lakukan CPR jika penderita tidak bernapas atau denyut nadi tidak teraba.
Seseorang dengan kondisi di bawah ini harus segera dibawa ke dokter jika mengalami benturan atau cedera pada kepala:
- Pernah menjalani operasi otak
- Keluar cairan bening atau darah dari telinga atau hidung
- Mengalami kejang
- Mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan sebelumnya, terutama obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah, seperti warfarin
- Pernah mengalami gangguan pembekuan darah
- Mengalami cedera akibat benturan keras, misalnya akibat tertabrak mobil berkecepatan tinggi atau jatuh dari ketinggian lebih dari 1 meter
- Mengalami cedera akibat sesuatu yang disengaja, seperti dipukul oleh orang lain
- Terdapat benda yang menancap di kepala
Diagnosis Cedera Kepala Berat
Sebagai langkah awal, dokter akan melakukan pertolongan pertama untuk menstabilkan pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah pasien. Setelah kondisi pasien stabil, dokter akan menanyakan beberapa hal terkait gejala dan kejadian yang dapat menjadi penyebab cedera kepala.
Jika pasien tidak sadarkan diri, dokter dapat bertanya kepada orang yang mengantar pasien ke rumah sakit. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada pasien, termasuk pemeriksaan saraf.
Dokter akan menggunakan glasgow coma scale (GCS) untuk menilai kesadaran dan mengidentifikasi tingkat keparahan cedera kepala yang dialami pasien. Nilai GCS ditentukan berdasarkan tiga faktor, yaitu:
- Respons verbal
- Pergerakan fisik
- Pembukaan mata
Nilai dari setiap faktor di atas akan dijumlahkan hingga menghasilkan total nilai. Berdasarkan total nilai ini, cedera kepala diklasifikasikan menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
- Cedera kepala ringan: total nilai berada dalam skala 13–15
- Cedera kepala sedang: total nilai berada dalam skala 9–12
- Cedera kepala berat: total nilai berada dalam skala 8–3
Nilai 15 (nilai tertinggi) menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sadar seutuhnya, dapat membuka mata secara spontan, berbicara, dan menerima instruksi. Sementara nilai skala 3 (nilai terendah) menunjukkan pasien dalam keadaan koma.
Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti CT scan atau MRI, untuk mendapatkan gambaran tulang yang patah dan mendeteksi perdarahan di otak, pembekuan darah (hematoma), jaringan otak yang memar (kontusio), atau pembengkakan pada jaringan otak.
Pengobatan Cedera Kepala Berat
Umumnya, cedera kepala berat memerlukan perawatan intensif di rumah sakit untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi. Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani cedera kepala berat adalah:
Pertolongan pertama
Saat memberikan pertolongan pertama terhadap pasien cedera kepala berat, dokter biasanya akan melakukan beberapa tindakan berikut ini:
- Memeriksa pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
- Melakukan resusitasi jantung paru (RJP) ketika pasien mengalami henti napas atau henti jantung
- Menstabilkan leher dan tulang punggung dengan penyangga leher atau penyangga tulang punggung
- Menghentikan perdarahan
- Memberikan cairan infus untuk mencegah syok hipovolemik akibat perdarahan
- Membebat tulang yang retak atau patah
- Meresepkan obat pereda nyeri
Observasi
Setelah kondisi pasien stabil, dokter akan menyarankan observasi di ruang intensif. Tenaga medis akan melakukan pemeriksaan berkala pada faktor-faktor berikut:
- Tingkat kesadaran
- Ukuran pupil mata dan reaksinya terhadap cahaya
- Seberapa baik pasien menggerakkan tangan dan kaki
- Pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar oksigen dalam darah
Operasi
Dokter akan melakukan operasi apabila pasien cedera kepala berat mengalami salah satu atau beberapa kondisi berikut ini:
- Perdarahan otak
- Penggumpalan darah di dalam otak
- Memar pada otak (kontusio serebri)
- Patah tulang tengkorak
- Terdapat benda asing, seperti pecahan kaca atau peluru
Salah satu jenis operasi yang dapat dilakukan dokter adalah kraniotomi, yaitu dengan membuka tulang tengkorak. Tahapan yang dilakukan dokter dalam prosedur kraniotomi adalah:
- Membuat sebuah lubang di tulang tengkorak sebagai akses ke dalam otak
- Mengeluarkan gumpalan darah yang mungkin terbentuk dan memperbaiki pembuluh darah di otak yang rusak
- Menempatkan kembali potongan tulang tengkorak di posisi semula setelah perdarahan di otak berhenti, kemudian menempelnya dengan mur khusus
Penanganan patah tulang tengkorak
Cedera kepala berat terkadang disertai dengan patah tulang tengkorak. Jika patah tulang yang dialami tergolong parah, kondisi ini berisiko menyebabkan infeksi dan meningkatkan tekanan pada otak. Dokter mungkin akan melakukan beberapa tindakan berikut untuk menanganinya:
- Memberikan antibiotik jika terjadi patah tulang terbuka untuk mencegah infeksi
- Melakukan operasi untuk memperbaiki tulang yang patah atau mengangkat serpihan tulang yang ada di otak
Akan tetapi, jika tengkorak hanya mengalami retakan kecil, tindakan di atas mungkin tidak diperlukan. Hal ini karena kondisi tersebut umumnya pulih dengan sendirinya dalam beberapa bulan.
Terapi
Pada pasien cedera kepala berat, dokter akan melakukan beberapa terapi guna membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. Beberapa terapinya adalah terapi fisik (fisioterapi), terapi okupasi, dan terapi wicara.
Peluang kesembuhan pasien yang mengalami cedera kepala berat sangat tergantung pada seberapa cepat penanganan diberikan. Makin cepat kondisi ditangani, peluang kesembuhannya juga akan makin tinggi.
Komplikasi Cedera Kepala Berat
Jika tidak segera ditangani, cedera kepala berat dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan menimbulkan komplikasi serius yang bisa berakibat fatal. Komplikasi dapat terjadi sementara atau permanen.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat cedera kepala berat adalah:
- Infeksi otak, akibat patah tulang tengkorak yang merobek lapisan tipis pelindung otak
- Gangguan kesadaran, seperti koma, akibat diffuse axonal injury atau kondisi pasien tampak sadar tetapi tidak responsif (vegetative state)
- Sindrom pascacedera kepala, yang mengakibatkan gangguan tidur, gagap atau gangguan bicara, gangguan memori, dan konsentrasi yang buruk
- Cedera dan kerusakan pada otak, yang bisa menyebabkan epilepsi, gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh, serta kesulitan berpikir
- Kematian otak
Pencegahan Cedera Kepala Berat
Kejadian yang dapat menyebabkan cedera kepala berat cenderung terjadi secara tiba-tiba sehingga sulit untuk dicegah sepenuhnya. Meski demikian, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya cedera di kepala, yaitu:
- Gunakan alat pelindung diri yang tepat ketika mengendarai kendaraan bermotor dan saat berolahraga.
- Hindari berkendara di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan yang dapat memengaruhi tingkat kewaspadaan.
- Pastikan rumah bebas dari benda-benda yang bisa membuat Anda terjatuh, seperti barang yang berserakan di lantai atau karpet yang licin.
- Bagi lansia, berhati-hatilah dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena berisiko terjatuh akibat penurunan kemampuan dalam menjaga keseimbangan tubuh.
- Pastikan rumah aman untuk anak-anak, misalnya dengan memastikan jendela atau balkon jauh dari jangkauan anak-anak.
- Hindari meletakkan bayi atau balita di tempat yang tinggi tanpa pengawasan.
- Hindari mengguncang bayi terlalu kencang.