Misophonia adalah kondisi ketika seseorang merasa sangat terganggu dengan suara tertentu, seperti suara ketika orang lain mengunyah atau bernapas. Ketika mendengar suara tersebut, penderita misophonia dapat mengeluarkan reaksi berlebihan, seperti marah, berteriak, hingga menghindari kontak sosial.

Misophonia juga dikenal sebagai hyperacusis atau selective sound sensitivity syndrome. Pada kondisi normal, mendengar suara-suara yang berulang memang bisa mengganggu. Akan tetapi, biasanya orang dapat membiarkan atau bisa bertoleransi terhadap hal tersebut.

Misophonia - Alodokter

Namun, penderita misophonia memiliki kepekaan yang terlalu tinggi terhadap suara-suara tersebut sehingga merasa sangat terganggu. Akibatnya, penderita misophonia bisa merasa jijik hingga mengalami serangan panik.

Penyebab Misophonia

Penyebab misophonia belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan proses otak dalam memilah suara tertentu. Normalnya, suara akan ditangkap telinga dan dikirim ke otak. Di bagian otak tertentu, suara ini diproses sehingga otak dapat membagi fokus terhadap suara tersebut.

Pada misophonia, bagian otak yang berfungsi untuk memproses suara mengalami hipersensitivitas. Kondisi tersebut menyebabkan otak tidak bisa memilah suara dan menjadi terlalu peka. Hal ini akan memicu respons negatif dalam tubuh.

Misophonia lebih rentan terjadi pada seseorang dengan kondisi di bawah ini:

  • Gangguan mental lain, seperti obsessive compulsive disorder (OCD), sindrom Tourette, dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
  • Telinga berdenging (tinnitus)
  • Riwayat misophonia dalam keluarga

Perlu diketahui, tiap penderita misophonia dapat terpicu oleh suara yang berbeda-beda. Awalnya, penderita dapat terpicu oleh satu jenis suara. Namun, seiring waktu, penderita juga dapat terpicu oleh lebih banyak jenis suara lain.

Penderita dapat terpicu oleh suara yang dihasilkan orang lain ketika melakukan hal berikut:

  • Mengunyah
  • Menyeruput
  • Menarik atau mengembuskan napas
  • Menelan
  • Mengecap bibir
  • Mengetik
  • Memainkan pena

Gejala Misophonia

Gejala utama misophonia adalah munculnya respons negatif yang ekstrem terhadap suara pemicu. Berikut ini adalah beberapa respons negatif yang biasanya muncul pada penderita misophonia:

  • Rasa marah dan kesal, hingga dapat melakukan kekerasan secara verbal maupun fisik
  • Keinginan yang kuat untuk menghindari sumber suara
  • Rasa sangat terganggu
  • Rasa cemas, panik, jijik, atau takut

Selain respons negatif di atas, penderita juga dapat mengalami gejala fisik saat mendengar suara pemicu. Beberapa gejalanya adalah:

  • Tubuh terasa kaku
  • Otot tegang
  • Tekanan darah meningkat
  • Detak jantung lebih cepat
  • Sakit perut
  • Rasa tertekan di dada

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda merasa sangat terganggu pada suara-suara tertentu. Anda juga perlu segera ke dokter jika hal tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti membuat Anda tidak nyaman untuk berada di sekitar orang lain.

Diagnosis Misophonia

Untuk mendiagnosis misophonia, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk memeriksa tekanan darah pasien.

Dokter dapat memastikan diagnosis misophonia jika gejala yang dialami pasien tidak disebabkan oleh gangguan mental lain, seperti sindrom Asperger atau gangguan spektrum autisme. Pasien juga didiagnosis menderita misophonia jika memiliki kriteria berikut:

  • Menyadari bahwa terdapat suara pemicu yang membuat pasien merasa terganggu, marah, atau jijik
  • Merasakan amarah yang tidak terkontrol ketika mendengar suara pemicu
  • Menjauhkan diri dari sumber yang menghasilkan suara pemicu
  • Merasa kehidupan sehari-hari telah terganggu akibat kondisi tersebut

Pengobatan Misophonia

Belum ada pengobatan misophonia secara khusus. Namun, dokter akan membantu pasien untuk mendeteksi suara yang dapat memicu respons negatif, bagaimana cara menghentikan respons negatif akibat suara tersebut, serta mengurangi kepekaan terhadapnya.

Untuk meredakan gejala yang dialami pasien, ada beberapa metode pengobatan misophonia yang dapat dilakukan, yaitu:

Pengobatan medis

Beberapa tindakan medis yang dapat diberikan oleh dokter adalah:

  • Terapi perilaku kognitif
    Pada terapi perilaku kognitif, dokter akan membantu pasien untuk mengubah pikiran negatif menjadi lebih positif. Menurut penelitian, gejala misophonia dapat mereda dengan terapi ini.
  • Tinnitus retraining therapy (TRT)
    Pada TRT, pasien akan dipasangkan alat yang menghasilkan suara pengalih. Selain itu, pasien juga diajarkan untuk tidak menghiraukan suara pemicu dan teknik relaksasi untuk meredakan stres.
  • Obat-obatan
    Beberapa obat-obatan dapat diberikan oleh dokter jika pasien menderita misophonia bersama dengan gangguan mental lain, seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Pengobatan mandiri

Selain terapi medis, ada beberapa cara mandiri yang dapat dilakukan pasien untuk meredakan gejala misophonia, seperti:

  • Menggunakan penutup telinga jika berada di keramaian, seperti di kantin
  • Mendengarkan lagu atau suara yang menenangkan jika mulai merasa terganggu
  • Mengelola stres dengan baik
  • Menggunakan alat penghasil bunyi yang menenangkan (white noise), seperti suara hujan atau suara ombak
  • Melakukan teknik pernapasan ketika perasaan negatif mulai muncul setelah mendengar suara pemicu

Komplikasi Misophonia

Jika dibiarkan, misophonia akan membuat hubungan sosial dan kehidupan sehari-hari penderita terganggu. Hal ini karena penderita akan berusaha keras untuk menghindari suara pemicu dengan membatasi diri untuk berinteraksi, atau mengurung diri di dalam rumah.

Selain kondisi di atas, penderitanya juga dapat mengalami beberapa komplikasi lainnya, yaitu:

Pencegahan Misophonia

Belum ada cara untuk mencegah misophonia, karena penyebab kondisi tersebut belum diketahui secara pasti. Namun, jika Anda menderita gangguan mental tertentu, seperti depresi, OCD, atau gangguan kecemasan, lakukan kontrol dan berobat secara rutin ke dokter.