Saat memasuki usia 6 bulan, Si Kecil sudah bisa diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Namun, hati-hati saat memperkenalkan MPASI kepada Si Kecil dan jangan salah informasi. Ada banyak mitos tentang MPASI yang tidak benar dan perlu diluruskan. Yuk, Bun, ketahui faktanya di sini.

Di 6 bulan pertama kehidupannya, semua kebutuhan nutrisi bayi dapat terpenuhi dengan memberikannya ASI. Namun, setelah usia bayi lebih besar, kebutuhan nutrisinya akan semakin meningkat. Jadi, bayi membutuhkan makanan pendamping ASI (MPASI) agar tumbuh kembangnya menjadi lebih optimal.

Mitos Seputar MPASI yang Perlu Diluruskan - Alodokter

Dalam mempersiapkan MPASI, Bunda harus memahami bagaimana proses pengolahannya, jadwal makan, merancang menu, hingga mengetahui hal yang boleh dan tidak boleh diberikan dalam MPASI.

Oleh karena itu, Bunda disarankan untuk mencari informasi yang akurat dan tidak mudah memercayai informasi yang mungkin saja hanya mitos seputar pemberian MPASI pada bayi.

Beberapa Mitos tentang MPASI

Informasi perihal MPASI tentunya bisa dengan mudah Bunda dapatkan dari berbagai situs web atau media sosial. Bunda juga bisa meminta saran dari orang tua atau kerabat seputar pemberian MPASI. Namun, kadang kala informasi yang Bunda peroleh keliru dan hanyalah sebuah mitos.

Alih-alih menyehatkan, mempercayai dan menerapkan mitos-mitos tersebut justru bisa mengganggu kecukupan asupan nutrisi dan tumbuh kembang bayi Bunda, lho.

Berikut adalah beberapa mitos seputar MPASI yang penting untuk Bunda ketahui:

1. Mitos: tunda pemberian daging, ikan, serta telur sampai bayi berusia 8−12 bulan

Menunda pemberian daging, ikan, dan telur pada MPASI merupakan informasi yang salah. Ketiga sumber protein ini sudah bisa Bunda kenalkan pada Si Kecil di awal masa MPASI.

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah pastikan Bunda memilih daging, ikan, serta telur yang masih segar dan dalam keadaan baik. Pilihlah jenis ikan untuk MPASI yang rendah merkuri, seperti ikan kakap, tilapia, mujair, dan lele. Selain itu, ketiga bahan makanan ini harus dimasak sampai benar-benar matang untuk membunuh bakteri.

2. Mitos: hindari pemberian hati karena dapat meracuni tubuh bayi

Pernah membaca informasi bahwa hati bukanlah menu yang tepat untuk MPASI? Ini tidak benar, ya, Bun.

Hati justru menjadi salah satu sumber zat besi yang baik untuk bayi. Zat besi memiliki peranan penting dalam pembentukan hemoglobin, yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Selain itu, mencukupi asupan zat besi juga dapat menunjang pertumbuhan serta perkembangan saraf dan otak Si Kecil.

3. Mitos: hindari makanan yang berpotensi menyebabkan alergi

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa menunda pengenalan makanan yang berpotensi menyebabkan alergi justru dapat meningkatkan risiko bayi untuk terkena alergi makanan tersebut.

Agar risiko Si Kecil untuk terkena alergi makanan bisa berkurang, Bunda dianjurkan untuk memberikannya makanan yang sering memicu alergi, seperti telur, ikan, kacang, gandum, kerang, dan susu sapi, secara bertahap dan sedini mungkin.

Namun, selama pemberian makanan tersebut, Bunda perlu memantau kondisi Si Kecil dan mengantisipasi apakah ia mengalami gejala alergi, seperti gatal-gatal, pilek, diare, dan muntah.

Jika Si Kecil mengalami gejala alergi setelah mengonsumsi makanan tertentu, cobalah hentikan pemberian makanan tersebut dan konsultasikan ke dokter.

4. Mitos: hindari memberikan gula dan garam

Menambahkan gula dan garam pada MPASI Si Kecil sah-sah saja, kok, Bun. Akan tetapi, pemberian perasa ini boleh dilakukan jika memang Si Kecil hanya mau makan makanan yang ditambahkan gula dan garam saja. Bila usia Si Kecil masih di bawah 1 tahun, penambahan gula dan garam sedikit saja, ya, Bun.

Untuk anak Balita, asupan garam yang boleh diberikan adalah tidak lebih dari 2 gram atau sekitar 1/3 sendok teh per hari. Sementara itu, asupan gula pada Balita sebaiknya tidak melebihi 25 gram atau 6 sendok teh per harinya.

5. Mitos: kenalkan sayuran terlebih dahulu, kemudian buah

Informasi yang mengatakan bahwa pengenalan buah lebih dulu akan menyulitkan bayi untuk menerima sayur hanyalah mitos. Bunda bisa memperkenalkan sayur dan buah di waktu yang sama, kok. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah mengimbangi asupan sayuran dan buah dengan jenis makanan lainnya.

6. Mitos: hindari memberi makanan bertekstur jika bayi belum tumbuh gigi

Banyak orang tua yang takut memberikan makanan bertekstur padat pada bayinya karena alasan belum tumbuh gigi. Padahal, anggapan ini keliru.

Bunda dan Ayah tidak perlu ragu untuk menyajikan MPASI yang tertekstur meski Si Kecil belum tumbuh gigi. Walau giginya belum tumbuh, Si Kecil masih bisa mengunyah dan menelan makanan bertekstur dengan baik.

Pemberian makanan yang cukup padat juga bisa melatih kemampuan Si Kecil dalam mengunyah dan menelan, sehingga ia akan terbiasa untuk mengonsumsi makanan padat.

7. Mitos: bayi harus mengabiskan setiap sajian MPASI

Jangan paksa Si Kecil, jika ia tidak ingin menghabiskan seluruh makanan yang Bunda sajikan. Ketika Si Kecil sudah memalingkan wajah atau enggan membuka mulut, itu tandanya ia sudah kenyang. Memaksa Si Kecil untuk makan meski sudah kenyang dapat membuatnya menjadi rewel karena perutnya terasa tidak nyaman.

Itulah mitos pemberian MPASI yang banyak beredar di masyarakat beserta penjelasan yang meluruskannya.

Demi memberikan yang terbaik untuk Si Kecil, sebaiknya Bunda semakin kritis dalam memilah informasi. Pastikan Bunda mencari informasi dari sumber yang terpercaya.

Selain itu, bila ingin mendapatkan informasi yang benar dan tidak termakan mitos tentang MPASI, Bunda juga bisa bertanya kepada dokter.