Neurodivergent adalah istilah untuk menyebut orang yang memiliki cara kerja otak yang berbeda dari orang pada umumnya yang dianggap lebih normal. Hal ini bukanlah istilah medis, tetapi tidak menutup kemungkinan jika orang dengan neurodivergent memiliki kondisi medis tertentu. 

Istilah neurodivergent tidak dapat dilepaskan dari kata neurodiversity. Kata tersebut mengacu pada keberagaman cara kerja otak manusia yang unik, dibandingkan dengan cara kerja otak yang dianggap normal oleh sebagian besar orang. Oleh karena itu, tidak ada pemilahan yang jelas antara cara kerja otak yang normal dan tidak.

Neurodivergent, Orang dengan Cara Kerja Otak yang Unik - Alodokter

Neurodivergent memang sempat dianggap sebagai kelainan, tetapi hal ini menimbulkan perdebatan ketika para ahli memahami bahwa neurodivergent tidak selalu menjadi masalah bagi individu, melainkan hanya perbedaan dalam cara kerja otak manusia.

Neurodivergent dan Beberapa Bentuknya

Ada banyak bentuk neurodivergent yang bisa muncul, mulai dari hal kecil hingga hal besar yang terlihat jelas di dalam kehidupan sosial. 

Berikut ini adalah beberapa bentuk neurodivergent dan manifestasinya:

1. Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan dan perilaku individu akibat adanya perbedaan dalam pengolahan informasi akibat cara kerja otak tertentu. Kondisi ini umumnya menyebabkan penderitanya kesulitan dalam berkomunikasi, belajar, dan berhubungan sosial.

Autisme tergolong sebagai neurodivergent karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan cara kerja otak pada umumnya yang dianggap lebih normal dan tipikal. 

2. ADHD

Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat digolongkan sebagai neurodivergent. ADHD ditandai dengan anak yang sulit memusatkan perhatian, mengelola pikiran, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Kondisi ini dapat berdampak pada cara belajar anak di sekolah.

Selain itu, penderita ADHD juga mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, mudah gelisah, dan terkadang menunjukkan perilaku yang tidak tepat secara sosial saat mengalami emosi yang kuat.

3. Disleksia

Bentuk neurodivergent lainnya adalah disleksia. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan seseorang dalam membaca, menulis, dan mengeja. Disleksia tergolong sebagai neurodivergent karena terdapat perbedaan cara kerja otak yang signifikan, terutama dalam hal memproses bahasa.

Meskipun begitu, cara kerja otak penderita disleksia umumnya mendukung penderitanya untuk memiliki kemampuan yang sangat baik dalam pemrosesan visual. 

4. Dyspraxia

Dyspraxia adalah gangguan pada koordinasi gerak yang disebabkan oleh perbedaan pada perkembangan sistem saraf. Dyspraxia atau developmental coordination disorder merupakan kondisi bawaan, tetapi tidak selalu dapat terdeteksi sejak lahir.

Selain kurangnya koordinasi pergerakan tubuh, bentuk neurodivergent yang satu ini juga ditandai dengan perilaku yang ceroboh, seperti sering terbentur atau menjatuhkan barang.

Perlu diketahui bahwa berbagai bentuk neurodivergent di atas bukanlah suatu kondisi medis, sehingga tidak bisa dicegah, diobati, dan disembuhkan. Meskipun begitu, beberapa kondisi tersebut bisa dikelola dan diarahkan agar tetap dapat berkembang dengan baik.

Neurodivergent dan Perkembangannya

Meskipun berbeda dengan cara kerja otak pada umumnya, tetapi orang yang tergolong neurodivergent sebenarnya tetap dapat berkembang dengan baik dan optimal. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang neurodivergent yang berhasil dan berprestasi dalam berbagai bidang pekerjaan. 

Meskipun begitu, keberhasilan perkembangan orang yang tergolong neurodivergent tetap tergantung pada bagaimana kondisi tersebut dikelola dan diarahkan. 

Perkembangan neurodivergent memang bisa menimbulkan tantangan tersendiri dalam beberapa situasi, tetapi hal ini bisa diatasi dengan penyesuaian fasilitas dan penyikapannya yang tepat. Dengan begitu, tumbuh kembangnya pun dapat berjalan dengan baik. 

Ada banyak cara untuk mengelola dan mengarahkan perkembangannya, seperti melakukan beberapa program dan terapi, hal ini tergantung pada gejala yang muncul dan seberapa besar tantangan yang ditimbulkannya.

Selain itu, penting bagi Anda untuk menciptakan ruang yang nyaman bagi individu yang tergolong neurodivergent, seperti berkomunikasi dengan cara yang membuat mereka nyaman, mendengarkannya, dan tidak memberi label yang negatif. 

Dalam beberapa kasus tertentu, misalnya ADHD, dibutuhkan obat-obatan untuk mengurangi berbagai gejalanya, seperti hiperaktif dan sulit konsentrasi. Hal ini diharapkan dapat membantunya untuk melewati tantangan yang timbul akibat perbedaan cara kerja otaknya tersebut.

Meskipun bukan kondisi yang mengkhawatirkan, mendampingi orang neurodivergent memang memerlukan pengetahuan yang benar tentang kondisi ini. Pasalnya, orang dengan neurodivergent sering kali tidak mendapatkan perlakuan yang tepat di dalam kehidupan sosial secara umum. 

Oleh karena itu, jika ada orang terdekat Anda mengalami beberapa kondisi yang termasuk ke neurodivergent seperti yang disebutkan di atas, jangan ragu untuk mengonsultasikannya kepada psikiater. Nantinya, para ahli akan memberikan saran yang tepat untuk mendukung perkembangannya.