Popliteal artery entrapment syndrome (PAES) adalah kelainan langka ketika pembuluh darah di belakang lutut terjepit akibat otot betis yang membesar atau posisinya tidak normal. Kondisi ini umumnya dialami oleh atlet.

Arteri poplitea adalah pembuluh darah besar di belakang lutut yang berfungsi untuk menyalurkan darah ke tungkai dan kaki. Jika pembuluh darah ini terjepit, suplai darah ke tungkai dapat terhambat. Akibatnya, timbul nyeri, kram, dan mati rasa di betis maupun kaki, terutama saat berolahraga.

PAES - Alodokter

PAES perlu segera ditangani untuk mencegah kerusakan tungkai, pembentukan gumpalan darah, dan risiko amputasi.

Penyebab Popliteal Artery Entrapment Syndrome

Berdasarkan penyebabnya, popliteal artery entrapment syndrome dapat dibedakan menjadi kelainan bawaan dan gangguan yang berkembang di kemudian hari.

PAES bawaan lahir terjadi akibat otot betis janin tumbuh dan berkembang secara tidak normal. Sementara PAES yang berkembang di kemudian hari disebabkan oleh pembesaran otot betis karena olahraga secara berlebihan atau latihan angkat beban yang ekstrem.

Pembesaran otot betis tersebut bisa merusak, menjepit, atau menimbulkan luka pada arteri poplitea. Kerusakan dan jepitan tersebut dapat menyumbat aliran darah atau menimbulkan gumpalan darah.

Popliteal artery entrapment syndrome lebih berisiko terjadi pada orang dengan kondisi berikut:

  • Berusia 15–25 tahun
  • Berjenis kelamin laki-laki
  • Berprofesi sebagai atlet, terutama pelari, pemain sepak bola, dan balap sepeda
  • Sering melakukan latihan beban

Gejala Popliteal Artery Entrapment Syndrome

Gejala utama popliteal artery entrapment syndrome adalah nyeri atau kram di betis yang timbul ketika berolahraga dan mereda saat beristirahat. Selain itu, penderita PAES dapat mengalami keluhan berikut:

  • Kaki terasa dingin setelah berolahraga
  • Kesemutan atau sensasi panas pada otot betis
  • Mati rasa di betis

Jika ada pembuluh darah kecil yang juga terjepit otot betis, gejala yang dapat muncul meliputi:

  • Kaki terasa berat
  • Betis membengkak
  • Kaki kram pada malam hari
  • Kulit betis berubah warna

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama jika Anda berprofesi sebagai atlet atau sering berolahraga berat. Segera cari pertolongan medis di IGD jika betis bengkak dan nyeri, tidak dapat berjalan, serta kaki berubah warna menjadi pucat atau lebih gelap.

Diagnosis Popliteal Artery Entrapment Syndrome

Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba betis yang bermasalah.

Setelah itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk memastikan diagnosis popliteal artery entrapment syndrome:

  • Ankle-brachial index (ABI), untuk membandingkan tekanan darah di lengan dan pergelangan kaki saat dan setelah berjalan di treadmill. Normalnya, tekanan darah kaki lebih tinggi daripada lengan. Akan tetapi, pada penderita PAES, tekanan darah kaki yang terkena akan menurun ketika beraktivitas.
  • USG Duplex, untuk mengukur seberapa cepat sirkulasi darah tungkai dan kaki ketika beristirahat dan berjalan.
  • MRA dan CT angiografi, untuk menilai seberapa parah penyempitan arteri poplitea.
  • Angiografi dengan kateter, yaitu melihat kondisi arteri poplitea dengan selang kecil berkamera. Prosedur ini dilakukan jika tes lain tidak menunjukkan hasil yang jelas.

Pengobatan Popliteal Artery Entrapment Syndrome

Popliteal artery entrapment syndrome dapat diobati dengan suntik botox atau operasi, seperti dijelaskan berikut ini:

Suntik botox

Suntik botox diberikan secara langsung ke otot yang menekan pembuluh darah. Pada prosedur ini, dokter juga akan melakukan USG atau CT scan agar lokasi suntikan tepat. Meski efektif mengecilkan otot, pengobatan ini hanya berefek sementara, yaitu sekitar 3–6 bulan.

Operasi

Operasi adalah pilihan utama untuk mengatasi PAES. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat atau memperbaiki posisi sebagian otot betis yang menekan pembuluh darah. Dokter juga dapat membersihkan pembuluh darah belakang lutut atau melakukan operasi bypass untuk memulihkan aliran darah di area kaki yang terkena.

Setelah pengobatan PAES, pasien harus menjalani kontrol rutin agar kondisinya bisa terpantau.

Komplikasi Popliteal Artery Entrapment Syndrome

Jika tidak ditangani, popliteal artery entrapment syndrome dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:

  • Penyempitan arteri poplitea makin parah sehingga menyebabkan nyeri tungkai berkepanjangan, bahkan ketika berjalan
  • Deep vein thrombosis (DVT)
  • Aneurisma pembuluh darah kaki
  • Kerusakan pada saraf dan otot kaki
  • Amputasi kaki

Pencegahan Popliteal Artery Entrapment Syndrome

Tidak ada cara pasti untuk mencegah popliteal artery entrapment syndrome. Namun, pengobatan yang dilakukan segera begitu gejala muncul dapat mencegah perburukan kondisi dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi.