Parenting adalah pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak. Pola parenting ini nantinya bisa berpengaruh terhadap banyak aspek dalam kehidupan anak hingga ia dewasa, mulai dari sisi akademik, kesehatan mental, pola hidup, hingga kehidupan sosialnya.

Parenting merupakan perilaku dan sikap orang tua dalam membesarkan anak. Tentunya ini bukan suatu pekerjaan yang bisa dipelajari dalam waktu singkat dan dilakukan secara instan. Bahkan, pola parenting sebenarnya bisa menjadi pembelajaran seumur hidup bagi orang tua.

Parenting adalah Pola Asuh untuk Anak, Inilah 7 Tips Menjalaninya - Alodokter

Faktanya, menurut berbagai riset, pola parenting yang diterapkan orang tua bisa berdampak pada perkembangan otak dan karakter anak. Artinya, seorang anak akan tumbuh sebagaimana ia diasuh dan dibesarkan.

Memang tidak ada formula parenting yang pasti untuk mengasuh setiap anak. Namun, orang tua perlu selalu mempelajari dan mencari cara bagaimana mendidik serta membesarkan anak sesuai dengan karakteristiknya.

Berbagai Tips Parenting yang Baik

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari parenting. Sambil membesarkan dan mengasuh Si Kecil, Bunda dan Ayah bisa menerapkan berbagai tips parenting berikut ini:

1. Samakan pola parenting antara ibu dan ayah

Perlu ditegaskan sejak awal bahwa mempelajari parenting tidak hanya berlaku untuk ibu, tetapi ayah pun juga harus tahu pola parenting yang baik. Jangan sampai pola parenting Bunda berbeda dari Ayah.

Bila ini terjadi, Si Kecil nantinya akan bingung dan justru pola parenting yang diterapkan menjadi tidak efektif. Jadi, sepakatilah tujuan serta jenis pola asuh yang baik dan ingin dijalani, ya.

2. Jadilah contoh yang baik bagi anak

Pola parenting yang baik sebenarnya perlu dimulai dari diri masing-masing orang tua terlebih dulu. Ini karena anak cenderung akan meniru apa yang orang tua lakukan, bukan apa yang orang tua katakan. Oleh karena itu, tunjukkanlah pada anak perilaku yang baik, contohnya:

  • Kebiasaan mengucap kata tolong, terima kasih, dan maaf
  • Sopan santun terhadap orang lain dan orang yang lebih tua
  • Kejujuran
  • Toleransi, termasuk terkait perbedaan agama

3. Usahakan untuk kontrol emosi di depan anak

Menjaga sikap dan perkataan dalam keadaan emosional mungkin sulit. Namun, sebagai orang tua yang bijak, Bunda dan Ayah perlu berpikir terlebih dulu sebelum bertindak atau mengeluarkan kata-kata negatif di depan Si Kecil.

Anak yang sering melihat perilaku negatif orang tuanya cenderung akan meniru perilaku tersebut. Sebuah riset menunjukkan bahwa anak yang sering memukul biasanya dampak dari melihat orang tuanya berperilaku agresif di rumah.

Daripada membentak atau mengeluarkan perkataan kasar saat emosi, lebih baik cobalah untuk menanggapi sesuatu dengan tetap tenang dan nada bicara yang datar. Ingatlah bahwa Bunda dan Ayah tidak mau Si Kecil meniru perilaku buruk tersebut.

4. Hindari perilaku mengancam pada anak

Sebagian orang tua mungkin secara tidak sadar pernah mengeluarkan kalimat mengancam ke anak, bahkan dengan nada tinggi yang membentak, misalnya:

  • “Jangan makan es krim ya! Nanti gigi kamu ompong.”
  • “Jangan jajan banyak-banyak! Nanti diomelin Papa.”
  • “Ayo mandi! Kalo gak, nanti gak boleh main lagi.”
  • “Rapihkan mainannya! Nanti Papa gak beliin lagi.”

Nah, kata-kata mengancam tersebut tidak akan membantu anak untuk belajar bagaimana berperilaku yang baik dan justru bisa membuatnya kesal.

Selain itu, orang tua yang sering mengancam juga secara tidak langsung mengajari anak bahwa ancaman merupakan cara tepat untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Daripada mengancam, lebih baik Bunda dan Ayah memberikan Si Kecil beberapa pilihan atau menjelaskan konsekuensi yang bisa ia mengerti agar ia bisa bertanggung jawab atas tindakannya, misalnya:

  • “Kamu boleh makan es krim atau cokelat, tapi sedikit aja ya. Setelah itu, minum air putih, terus kita jajan lain yang lebih enak, ya.”
  • “Jajan boleh, kok, tapi jangan banyak-banyak ya, biar besok kamu bisa jajan lagi.”
  • “Mandi yuk, biar badan kamu wangi dan bersih, gak bau asem.”
  • “Setelah bermain, rapihkan kembali ya mainannya biar gak rusak. Kalo rusak, kamu gak bisa main lagi nanti.”

5. Ajari anak bagaimana cara mengungkapkan perasaan

Anak juga perlu mengenali berbagai emosi yang ia rasakan, termasuk rasa sedih, kecewa, dan marah. Biarkanlah ia menangis ketika bersedih. Tujuannya agar ia tahu bahwa semua emosi yang dirasakannya adalah hal yang nyata.

Ini akan mengajarinya bagaimana cara mengelola dan menerima perasaan yang tidak mengenakkan. Nantinya, anak akan tumbuh menjadi orang yang lebih kuat dan tangguh.

6. Tunjukan rasa kasih sayang dan bangga pada anak

Menunjukkan kasih sayang ke anak juga termasuk pola parenting yang tidak boleh diabaikan. Caranya bisa melalui banyak hal, misalnya merangkul anak, memegang tangannya, membelai rambutnya, dan menciumnya. Selain itu, penting juga untuk lebih banyak meluangkan waktu bersama anak.

Ketika Bunda dan Ayah menunjukkan kepedulian terhadap Si Kecil, ini akan mendorongnya untuk lebih patuh serta membuatnya tahu bahwa Bunda dan Ayah mencintainya.

Tidak hanya itu, saat Si Kecil berhasil mencapai sesuatu, misalnya tampil di acara sekolah atau mengikuti lomba, jangan lupa untuk menunjukkan rasa bangga kepadanya apa pun hasil yang ia peroleh. Hal ini nantinya bisa membuat Si Kecil lebih semangat sekaligus meningkatkan rasa percaya dirinya.

7. Jangan terlalu memaksakan kehendak dan harapan pada anak

Tips parenting yang tidak kalah penting adalah jangan terlalu memaksakan kehendak anak. Setiap orang tua perlu menyadari bahwa perkembangan anak bisa berbeda-beda dan setiap anak memiliki batasan tertentu yang mungkin berbeda dari anak seusianya.

Tidak jarang orang tua memiliki harapan atau ekspektasi yang tidak realistis untuk anaknya atau dirinya sendiri. Contohnya, memberikan tekanan yang ekstrem kepada anak untuk tampil mengesankan atau agar nilai di sekolahnya sempurna. Tekanan ini justru bisa menjadi bumerang bagi anak dan membuat orang tua stres.

Jadi, belajarlah untuk lebih fleksibel dan mengevaluasi kembali apakah ekspektasi Bunda dan Ayah realistis untuk Si Kecil atau tidak.

Mengasuh dan membesarkan anak memang bukanlah perkara mudah. Tanggung jawab ini bisa menjadi hal terberat dan paling menantang bagi para orang tua. Namun, jangan biarkan hal ini membuat Bunda dan Ayah frustrasi hingga secara tidak sadar menjadi overparenting terhadap Si Kecil.

Jika Bunda dan Ayah bingung menentukan pola parenting yang tepat atau merasa kewalahan untuk membesarkan Si Kecil, jangan ragu berkonsultasi ke psikolog agar nantinya bisa diberikan saran yang tepat mengenai masalah yang sedang dihadapi.