PCR kumur merupakan metode terbaru untuk mendiagnosis penyakit COVID-19. Dibandingkan PCR swab, PCR kumur lebih nyaman dilakukan karena tidak sakit. Namun, bagaimana cara kerja dan setinggi apa efektivitas PCR kumur? Simak jawabannya dalam artikel berikut.

Ada tiga jenis tes COVID-19 yang digunakan di Indonesia, yaitu PCR, swab antigen, dan rapid test antibodi. PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi materi genetik (DNA atau RNA) virus, swab antigen dapat mendeteksi protein tertentu dalam virus, sedangkan rapid test antibodi untuk mendeteksi antibodi terhadap virus Corona.

PCR Kumur, Solusi Tes COVID-19 Tanpa Rasa Sakit - Alodokter

Sejauh ini, tes PCR merupakan pemeriksaan baku untuk mendiagnosis atau mendeteksi COVID-19. Tes ini menggunakan sampel dahak atau lendir yang diambil dari nasofaring (bagian antara hidung dan tenggorokan) dan orofaring (bagian belakang tenggorokan) untuk dianalisis menggunakan PCR di laboratorium.

Saat pengambilan sampel, sebagian orang mungkin akan mengeluhkan rasa sakit dan tidak nyaman karena proses usap (swab) hidung dan tenggorokan memberikan sensasi seperti dicolok. Oleh karena itu, muncul sebuah terobosan baru tes PCR menggunakan sampel air liur yang diambil dengan cara berkumur juga PCR saliva.

Pengertian dan Cara Kerja PCR Kumur

PCR kumur atau PCR gargle merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi virus Corona dalam tubuh yang pengambilang sampelnya dengan cara berkumur. Metode pengambilan sampel untuk tes PCR dengan cara ini bertujuan untuk membuat pasien merasa lebih nyaman, terutama anak-anak dan lansia.

Selain memberikan rasa nyaman, PCR kumur juga diharapkan dapat dilakukan di area nonmedis dengan pengawasan tenaga kesehatan, sehingga mampu mengurangi kerumunan dan menghindari kontak langsung.

Proses pengambilan sampel dengan metode PCR ini juga dinilai lebih praktis dan tidak perlu melibatkan banyak tenaga medis. Berikut ini adalah cara pengambilan sampel PCR kumur:

  • Pertama, petugas medis akan memberi larutan garam (saline) untuk berkumur.
  • Selanjutnya, pasien akan diminta untuk berkumur dengan larutan garam tersebut selama 45 detik.
  • Sampel air liur (saliva) hasil berkumur akan dimasukkan ke dalam tabung yang telah disediakan oleh petugas kesehatan.

Selanjutnya, sampel PCR kumur tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk diuji menggunakan teknik PCR. Teknik yang digunakan sama dengan uji PCR menggunakan sampel swab nasofaring-orofaring.

Sampel akan diuji menggunakan bahan kimia khusus dan mesin PCR yang disebut thermal cycler. Bahan kimia ini akan menghasilkan cahaya fluoresens jika virus Corona terdeteksi. Inilah yang mengindikasikan hasil tes PCR positif pada penderita COVID-19.

Untuk meningkatkan akurasi atau ketepatan hasil tes, ada beberapa hal yang harus Anda hindari setidaknya 30 menit sebelum melakukan tes COVID-19 dengan metode PCR kumur, yaitu:

  • Makan dan minum
  • Menggunakan obat kumur
  • Menggosok gigi
  • Mengunyah permen karet
  • Merokok, baik rokok tembakau maupun vape

Meski lebih nyaman daripada tes usap hidung dan tenggorokan, PCR kumur bukan pilihan tepat untuk orang dengan produksi air liur yang sedikit, seperti penderita stroke atau mulut kering.

Efektivitas PCR Kumur dalam Mendeteksi COVID-19

Sejauh ini, PCR kumur telah dikembangkan oleh Biofarma sebagai badan usaha milik negara yang bergerak di bidang farmasi. Menurut penelitian, metode ini cukup efektif untuk mendeteksi virus Corona dalam tubuh penderita COVID-19 dengan atau tanpa gejala.

Proses pengembangan PCR kumur di Indonesia ini melibatkan lebih dari 400 sampel pasien postif COVID-19, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap.

Dari penelitian tersebut diketahui bahwa sensitivitas PCR kumur mencapai 93,57 persen, tidak jauh berbeda dengan PCR swab nasofaring-orofaring yang memiliki sensitivitas 95 persen. Selain itu, penelitian PCR kumur di Amerika Serikat juga menunjukkan sensitivitas yang tinggi, yaitu sebesar kurang lebih 95 persen.

Namun, dikarenakan PCR kumur masih sangat baru, efektivitasnya untuk mendiagnosis COVID-19 masih perlu terus diteliti.

PCR kumur memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

  • Proses pengambilan sampel lebih cepat dan sederhana
  • Ekonomis
  • Tidak terasa sakit
  • Dapat dilakukan pada anak-anak yang sudah bisa berkumur

Meski begitu, PCR kumur memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah belum semua laboratorium di Indonesia bisa melakukan pemeriksaan PCR kumur, terutama di daerah terpencil.

PCR swab masih merupakan pemeriksaan utama untuk mendiagnosa COVID-19. Jadi, jika Anda merasakan gejala COVID-19 atau sempat kontak dengan pasien positif COVID-19, lakukanlah pemeriksaan PCR yang biasa, yaitu dengan swab. Jika hasilnya positif, jalani isolasi mandiri dan terapkan protokol kesehatan dengan ketat.

Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter melalui chat di aplikasi ALODOKTER untuk mendapatkan informasi seputar obat-obatan dan penanganan COVID-19 yang dapat Anda lakukan sendiri di rumah.