PCR saliva adalah salah satu metode untuk mendiagnosis COVID-19 dengan sampel air liur. Tes PCR ini dinilai lebih nyaman bagi pasien daripada PCR swab. Namun, bagaimana cara kerja dan tingkat efektivitas PCR saliva? Ketahui jawabannya dalam artikel ini.

Tes PCR dinilai paling akurat untuk mendiagnosis penyakit COVID-19. Tes ini menggunakan sampel lendir yang diambil dari nasofaring, yaitu bagian antara hidung dan tenggorokan, atau dari orofaring, yaitu bagian belakang tenggorokan. Pengambilan sampel adalah dengan cara swab menggunakan batang serat dakron.

PCR Saliva, Tes COVID-19 yang Terasa Lebih Nyaman - Alodokter

Meski memiliki tingkat akurasi yang tinggi, proses usap (swab) yang dilakukan saat pengambilan sampel lendir tak jarang membuat banyak orang mengeluhkan rasa tidak nyaman. Oleh karena itu, muncul sebuah alternatif berupa tes PCR saliva yang dinilai lebih nyaman dan mudah dilakukan.

Mengenal Kelebihan dan Cara Kerja PCR Saliva

Tes PCR dengan sampel air liur mulai dikembangkan sejak tahun 2020 dan telah diuji coba oleh beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan.

Penggunaan sampel air liur dalam tes PCR memiliki tujuan utama untuk mempercepat proses tracing kasus COVID-19 dan membuat proses pengambilan sampel terasa lebih nyaman, terutama pada anak-anak.

Tak hanya itu, proses pengambilan sampel air liur (saliva) yang lebih praktis dan sederhana dibandingkan PCR swab diharapkan dapat meringankan kerja tenaga kesehatan dan mencegah infeksi ke tenaga kesehatan.

Berikut ini adalah cara pengambilan sampel PCR saliva:

  • Petugas medis akan memberikan instruksi kepada Anda untuk membersihkan tenggorokan dengan cara mengeluarkan dahak sebanyak 3 kali.
  • Anda akan diminta untuk mengumpulkan air liur sebanyak 0-5–1 mL (sekitar 1 sendok teh) ke dalam tabung kosong yang steril dan kering.
  • Anda harus segera menutup tabung setelah sampel air liur terkumpul.
  • Petugas medis akan mencampur sampel air liur dengan VTM (viral transport medium), yaitu cairan yang berfungsi untuk mencegah sampel terkontaminasi oleh bakteri.

Setelah proses pengambilan selesai, sampel air liur akan dibawa ke laboratorium untuk dideteksi apakah terdapat materi genetik virus Corona di dalamnya.

Agar hasilnya lebih akurat, ada beberapa hal yang perlu dihindari setidaknya 30–60 menit sebelum melakukan tes COVID-19 dengan PCR saliva, yaitu:

  • Makan
  • Minum
  • Merokok, baik rokok biasa maupun rokok elektrik
  • Konsumsi permen karet

Selain itu, tes PCR saliva juga akan lebih akurat hasilnya jika dilakukan di minggu pertama sejak munculnya gejala dan di pagi hari saat mulut belum terkontaminasi oleh sisa makanan atau minuman.

Efektivitas PCR Saliva dalam Mendiagnosis COVID-19

PCR saliva diketahui cukup efektif dalam mendeteksi virus Corona pada pasien COVID-19, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian yang membandingkan sensitivitas PCR saliva dengan PCR swab.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa PCR saliva memiliki sensitivitas hingga 86 persen, tidak jauh berbeda dengan PCR swab nasofaring-orofaring yang memiliki sensitivitas 92 persen.

Bahkan, ada sebuah studi membuktikan bahwa sensitivitas PCR saliva bisa mencapai 92 persen pada pasien dewasa dan 84,5 persen pada pasien anak-anak.

Meski terbukti mampu mendiagnosis COVID-19, PCR saliva masih memiliki beberapa kekurangan, seperti adanya risiko sampel air liur terkontaminasi oleh bakteri di rongga mulut dan hasil negatif palsu karena proses pengambilan sampel yang kurang tepat.

Oleh karena itu, pengembangan dan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas PCR saliva dalam mendiagnosis COVID-19 masih terus dilakukan hingga saat ini.

Di Indonesia sendiri, PCR saliva belum digunakan sebagai alat pemeriksaan COVID-19. Namun, berbagai terobosan baru, seperti PCR kumur dan tes saliva RT LAMP, terus dikembangkan guna mempercepat proses tracing dan memutus rantai penularan virus Corona.

Jika Anda merasakan gejala COVID-19, ada tiga jenis pemeriksaan yang saat ini dapat dipilih, yaitu PCR swab, rapid test antigen, dan rapid test antibodi. Rapid test memang bisa memberikan hasil lebih cepat, tetapi PCR swab memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dan merupakan pemeriksaan utama untuk mendiagnosis COVID-19.

Bila tes COVID-19 yang dilakukan menunjukkan hasil positif, Anda diharuskan untuk menjalani isolasi mandiri dan menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak fisik dengan orang lain, menggunakan masker dobel, dan mencuci tangan secara rutin.

Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi mengenai penanganan COVID-19 yang dapat Anda lakukan selama isolasi mandiri di rumah atau menggunakan fitur chat langsung dengan dokter di aplikasi ALODOKTER.